Di zaman Belanda ia pernah berkarier sebagai guru Kweekschool PSII dan pengawas sekolah wilayah PSII Sulawesi Utara. Ia membantu dan memimpin berbagai surat kabar dan majalah yang berhaluan Islam-politik, pengarang beberapa brosur, terutama yang bercorak politik dan ke-Islam-an. Di zaman Jepang beberapa waktu bekerja pada DomeiJakarta, dan pernah pula meringkuk dalam sekapan Kempetai, karena ikut dalam gerakan pemuda Indonesia yang hendak merobohkan pemerintahan Jepang. Pada tahun 1946, ia menjabat sebagai wakil Menteri Negara dalam Kabinet Natsir; dan pada tahun 1955, ia menjabat sebagai wakil Perdana Menteri dalam Kabinet Burhanuddin Harahap.
Pada masa revolusi fisik, anak kedua dari pahlawan nasional Oemar Said Tjokroaminoto dan adik dari Siti Oetari, istri pertama Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno ini duduk sebagai penasihat pribadi PangIima Besar Soedirman dan ikut bergerilya bersamanya, kemudian menjadi anggota dalam Panitia RIS RI untuk mengembalikan bentuk Negara Kesatuan RI, memimpin goodwiil mission Indonesia ke negara-negara Islam dan menjadi presiden Kongres Pemuda Islam se-Dunia. Pada tahun 1972-1975 ia ditunjuk menjadi duta besar RI untuk Swiss;[3] dan pada tahun 1976-1978 ia menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung RI. Ia juga pernah menjadi rektor untuk Universitas Tjokroaminoto.[4]