Kereta api eksekutif adalah kereta penumpang yang dilengkapi dengan penyejuk udara (bahasa Inggris: air conditioner). Kereta api eksekutif juga menyediakan sarana hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video dari operator Show On Rail yang kemudian dinasionalkan melalui siaran KATV ( Kereta Api Televisi) yang mengudara di atas KA eksekutif mulai tahun 2000. Selain sarana hiburan, penumpang juga dapat memesan makanan dan minuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta makan yang didesain sebagai mini bar. Namun kelas eksekutif terbagi menjadi tiga, yaitu kelas kompartemen, luxury, dan campuran.
Kelas eksekutif mengawali sejarahnya pada saat peluncuran kereta api Argo Parahyangan, serta kemajuannya dimulai pada saat diluncurkannya kereta api Bima dengan rangkaian kereta tidur kelas 1 dan 2. Dahulu, ada 2 pelayanan kelas eksekutif (+ 3 khusus kereta api Bima), yakni kereta tidur kelas 1 (SAGW), kereta tidur Kelas 2 (SBGW), kereta kuset, eksekutif A, dan eksekutif B.
Kereta api ini pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, dan CC204. Namun kini, CC206 ditugaskan untuk menggantikan lokomotif-lokomotif tersebut semenjak CC 204 Dan BB 203 mulai berdinas di Sumatera Selatan.
Kereta api Argo Lawu bersama kereta api kelas Argo lainnya diangkat menjadi lagu campur sari karya Cak Diqin, "Sepur Argo Lawu".[3] Pada lagu tersebut disebutkan nama Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Muria, Argo Bromo Anggrek, dan Sri Tanjung.
Sejarah
Kelas Argo mulai ada sejak era KA Argo Bromo dan KA Argo Gede pada tahun 1995. Kemudian KA Argo-Argo baru mulai diluncurkan. KA Argo Bromo ditingkatkan lagi dengan mengoperasikan KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria lahir pada 1997, lalu muncullah Argo Dwipangga dan Argo Wilis pada 1998. Kemudian KA Argo Muria I menjadi Argo Sindoro dan lahir juga KA Argo Jati pada tahun 2007 dengan menggunakan rangkaian eks-Argo Gede JB-250.[butuh rujukan]
Kebijakan pemangkasan perjalanan kereta api oleh PT Kereta Api telah menyebabkan kereta api JS-950 Argo Bromo dipangkas sehingga hanya ada satu kereta api Argo Bromo, yakni Argo Bromo Anggrek.
Armada Kereta
KA-KA kelas Argo yang diluncurkan pada era 1995 sampai dengan 2000-an awal menggunakan rangkaian baru produksi dari INKA sejak awal peluncurannya.
Armada Eksekutif baru ini dibuat secara bertahap, yaitu:
1995 (K1 0 95 xx) untuk KA Argo Bromo JS-950 dan Argo Gede (sekarang rangkaian eksekutif tahun 1995 telah disebar ke berbagai dipo),
1996 (K1 0 96 xx) untuk KA Argo Lawu (sekarang rangkaian eksekutif buatan tahun 1996 telah disebar ke berbagai depo)
1997 (K1 0 97 xx kelas Anggrek) untuk KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria (sekarang rangkaian eksekutif buatan 1997 tidak digunakan lagi di KA Argo Muria dan KA Argo Sindoro melainkan di Konservasi permanen)
1998 (K1 0 98 xx) untuk KA Argo Wilis dan KA Argo Dwipangga (sekarang rangkaian eksekutif buatan 1998 telah disebar ke berbagai depo)
Pada saat ini, hampir semua kereta eksekutif argo menggunakan rangkaian kereta baja nirkarat (stainless steel) produksi PT. INKA tahun 2018-2019 seperti kereta api Argo Bromo Anggrek, Argo Wilis, Argo Lawu, Argo Dwipangga, dan Argo Parahyangan. Sementara, Kereta Api Argo Sindoro, Argo Muria, dan Argo Cheribon menggunakan rangkaian kereta buatan PT. INKA tahun 2016-2017. Pada tanggal 13 Desember 2023, PT INKA telah mengoperasikan rangkaian baja nirkarat produksi PT INKA tahun 2023. Angkatan pertama dari rangkaian generasi terbaru telah dioperasikan di kereta api Argo Dwipangga pada tanggal 13 Desember, sedangkan kereta api Argo Lawu pada tanggal 19 Desember; namun kereta api Taksaka dan Argo Bromo Anggrek sudah diluncurkan kemudian.
Kelas satwa dan campuran
Sedangkan kelas satwa adalah kereta dengan rangkaian eksekutif secara keseluruhan yang pelayanannya berada di bawah kelas argo, termasuk nomor kereta yang lebih besar dibandingkan dengan kelas Argo sehingga sering kali harus mengalah apabila bersilang atau disusul oleh kereta kelas Argo. Rangkaian KA Eksekutif Satwa pada awalnya bermacam-macam jenisnya, dari mulai kereta buatan dibawah tahun 90-an yang telah diperbaiki dan ditingkatkan fasilitasnya, tetapi beberapa kereta seperti Turangga dan Gajayana mendapatkan rangkaian baru dari PT INKA, tentunya dengan standar yang berbeda dari kelas Argo. Dulu, beberapa KA kelas satwa terkadang ada yang menggunakan livery kelas argo, seperti kereta api Bima dan Taksaka sekitar tahun 2000-an.
Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap kereta, meskipun sekarang kapasitasnya telah diubah menjadi 50 orang per kereta. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalam legendaIndonesia. Seperti Gajayana, Sembrani, Turangga, Bima, dan Taksaka.[butuh rujukan]
Sedangkan kelas eksekutif campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per kereta dan sekarang berubah menjadi 50/48 penumpang per kereta. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Sancaka, dan sebagainya.[butuh rujukan]
Pengoperasian dan fasilitas
Pada era Perumka, pelayanan kelas argo adalah yang tertinggi, melebihi pelayanan kelas eksekutif yang lain, seperti TV, meja lipat, dan pintu otomatis. Bahkan kereta Argo yang menggunakan kereta kelas Anggrek, seperti Argo Bromo Anggrek dan Argo Muria pada saat itu memiliki sandaran kaki (legrest). Sedangkan kelas satwa, meja makan bisa ada atau tidak, tergantung pada kereta yang digunakan. Pada umumnya KA Eksekutif Satwa yang menggunakan KA baru buatan INKA memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Di kelas campuran, tidak ada meja makan dan TV, serta pintu model geser. Untuk mengetahui kelas KA eksekutif, awalnya dapat dilihat dari skema warna kereta.
Meskipun begitu, sejak era PT KAI dan seiring waktu pelayanan KA eksekutif argo, satwa, dan campuran sekarang disetarakan (seperti pintu manual), dan semua KA eksekutif yang baru menjalani perawatan di Balai Yasa dicat dengan skema kelas argo, apapun tipe KA eksekutifnya (kereta yang dulunya dicat warna campuran dan sekarang dicat warna argo bisa dilihat di kereta-kereta seperti Lodaya, Malabar, Cirebon Ekspres, dll pada tahun 2013-2015). Kini, semua kereta eksekutif memiliki peluang yang sama untuk dirangkaikan dengan kereta kelas Argo, Satwa, maupun campuran (tentu saja pengecualian untu Kelas Anggrek karena pasti dirangkai dengan kelas Argo).
Mulai tahun 2015, semua kereta eksekutif dicat dengan livery "Kesepakatan" seperti yang ada pada KA Jayabaya, dengan pintu berwarna biru.
Setiap kereta memiliki setidaknya satu atau dua toilet di dekat pintu masuk keluar kereta. Di dalam kereta juga ada fasiltas keselamatan, seperti tabung pemadam kebakaran ataupun emergency brake (rem darurat). Ada pula fasilitas lain seperti lampu baca di setiap kursi. Namun ketersediaan ini bervariasi bergantung retrofit, permintaan, serta perawatan, seperti ada Kereta Eksekutif yang tidak dilengkapi lampu baca dan meja lipat di kursi.
Fasilitas kereta kelas eksekutif, dilihat dari kelengkapannya, adalah:
Pintu Otomatis (mulai dimanualkan, masih ada tersisa 1 trainset buatan 2010 (6 kereta penumpang). Kini terdapat juga di rangkaian kereta eksekutif produksi 2023/2024)
Pijakan Kaki (Footrest)
Sandaran Kaki (Legrest) (Hanya ada di Kereta Wisata "Imperial" dan rangkaian Anggrek pra-Go Green (sudah dihilangkan)
Lampu Baca
Tirai (ada yang masih geser ke samping, ada yang sudah Tarik dari atas)
Stopkontak
Kursi bahan Beludru (sekarang mulai diganti menjadi kulit)
Reclining seat
Layanan audio-video on demand (AVOD) (hanya pada kereta kelas Luxury di kereta api Argo Bromo Anggrek, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, Gajayana, dan Sembrani—juga terdapat pada kereta kelas compartment suites di kereta api Bima dan Argo Semeru)
Meja Lipat
Layanan Wi-Fi (hanya KA Argo Bromo Anggrek, Argo Parahyangan, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, dan Argo Wilis (K1 tahun 2018/19 dan 2023/2024)).
Lubang Audio Jack 3.5mm (hanya di Rangkaian Eksekutif produksi 2018 dan 2019 serta 2023 dan 2024)
Sedangkan fasilitas yang diberikan gratis saat perjalanan (tuslah) adalah selimut (khusus perjalanan malam). Perlu diperhatikan bahwa fasilitas diatas bergantung kepada permintaan, peraturan, maupun kebijakan lainnya. Banyak kereta eksekutif yang mengalami standardisasi karena pemeliharaan (menekan biaya) maupun kebijakan dari Depo Kereta / Balai Yasa yang mengurus kereta pada saat Pemeriksaan 48 bulan (Pemeriksaan Akhir) (meskipun bisa saja dilakukan standardisasi sebelum pemeriksaan akhir).
Interior Kelas Eksekutif
Interior kelas Eksekutif pada KA Argo Bromo Anggrek
Interior Kelas Eksekutif pada K1 kereta penumpang Biasa
Interior Kelas Eksekutif pada K1 kereta penumpang Pesawat
Interior Kelas Eksekutif pada rangkaian K1 2016
Interior kelas eksekutif pada rangkaian buatan 2017 hingga 2019
Peremajaan
Pada tahun 2014, KAI merencanakan pembelian kereta eksekutif dan kereta ekonomi AC baru buatan PT INKAMadiun[4] setelah sukses dengan peresmian kereta ekonomi AC Jayabaya. Rangkaian kereta eksekutif baru ini menggantikan kereta eksekutif yang sudah tidak layak pakai karena sudah sangat tua dan sering bermasalah.
Ada pula kereta retrofit, tetapi kereta retrofit ini benar-benar seperti baru dan merupakan hasil mengubah kereta kelas bisnis menjadi kelas eksekutif, seperti mengganti kaca jendelanya, memasang AC-nya, memperindah interiornya, memperbaiki sistem toiletnya, atau mengganti tempat duduknya, misalnya seperti yang ada di kereta api Cirebon Ekspres pada awal tahun 2014.[5]
Balai Yasa Manggarai dan Balai Yasa Surabaya Gubeng adalah balai yasa yang mendapat tugas untuk mengubah atau dimodifikasi kereta bisnis menjadi kereta eksekutif, misalnya kereta penumpang K1 0 15 01 Sampai dengan K1 0 15 19. Selain itu, beberapa kereta bisnis juga diretrofit menjadi kereta pembangkit dan kereta makan baru. Selain itu, ada kereta eksekutif lama yang diretrofit di PT INKA, seperti Argo Bromo Anggrek.
Pada tahun 2016, PT INKA Madiun memproduksi 7 set kereta eksekutif baru, yang menggunakan bogie terbaru tipe K10 (desain gabungan dari bogie K5 dan K8). Interior kereta baru juga merupakan penyempurnaan dari interior kereta Argo Bromo Anggrek baru yang diluncurkan setahun sebelumnya, tetapi pada kereta baru ini.
terdapat footrest dan TV di tengah kereta yang modelnya tetap (bukan TV lipat seperti di Argo Bromo Anggrek). Model jendelanya juga serupa dengan Argo Bromo Anggrek, meskipun bentuk bodinya sama seperti kereta eksekutif biasa non-Anggrek K9. Satu persatu set yang dibuat di INKA pun mulai beroperasi dengan set pertama dan kedua untuk Depo Solo Balapan (SLO). set ketiga dan keenam untuk Depo Jakarta Kota (JAKK) dan set ketujuh untuk Depo Malang (ML). Di kereta ini dilengkapi pula WiFi, meski belum beroperasi sepenuhnya
Peremajaan kereta api eksekutif oleh PT KAI dimulai dengan beroperasinya KA Cirebon Ekspres baru, dengan kereta eksekutif retrofit tahun 2014-2015, Terdapat 5 kereta eksekutif buatan tahun 2014 dan 5 lagi yang dibuat tahun 2015. Kereta ini beroperasi dengan disambung dengan kereta bisnis dengan formasi 5 kereta eksekutif dan dua kereta bisnis pada awalnya, meskipun akhirnya menjadi 4 kereta eksekutif dan 3 kereta bisnis dalam satu rangkaian.
Kemudian menyusul Argo Bromo Anggrek dengan dua set kereta kelas Anggrek yang sudah diretrofit di PT INKA dan menggunakan livery kesepakatan, dengan satu rangkaiannya yang terdiri dari sembilan kereta eksekutif (K1), satu kereta makan (M1), dan satu kereta pembangkit pintu tengah (P). Ada juga satu kereta makan baru tambahan. Kereta pembangkit pintu tengah yang dimaksud adalah P 0 97 02 dan P 0 01 03, melengkapi kereta pembangkit pintu pinggir yang tidak diretrofit (P 0 97 01 dan P 0 97 03). Namun, kini antara kereta yang diretrofit dan yang tidak sering kali bercampur.
Argo Jati pun kedapatan satu rangkaian dengan formasi enam K1 retrofit Balai Yasa Gubeng tahun 2015, semenjak K1 tahun 2010 dimutasi ke Purwojaya sejak tahun 2016. Sebelumnya, depo Cirebon juga sudah kedapatan satu kereta makan dan kereta pembangkit baru. Saat ini, Argo Jati sudah mendapat rangkaian aslinya karena Purwojaya mendapat hibah rangkaian Gajayana K1 angkatan 2009.[butuh rujukan]
Untuk kereta eksekutif keluaran tahun 2016 yang berjumlah empat set digunakan oleh Argo Dwipangga, Argo Lawu, dan Bima. Sementara keluaran tahun 2017 (Kereta Eksekutif Masih tetap pembuatan tahun 2016 dan sering agak terlambat karena Kereta Ekonomi 2016 yang dikebut) digunakan oleh Sembrani, Argo Muria, Argo Sindoro, Gajayana, Brawijaya, dan Purwojaya. Per tahun 2023, kereta eksekutif keluaran tahun 2016 hanya digunakan di sebagian kereta api eksekutif dan campuran di Pulau Jawa dan Sumatra. [butuh rujukan]
Bodi baja nirkarat
Pada tanggal 9 Februari 2018, PT KAI dan PT INKA Madiun mengujicoba satu set kereta api eksekutif terbaru produksi 2018. Kereta api eksekutif tersebut memiliki eksterior berbahan dasar stainless steel (yang disebut juga tahan karat) dengan liverynya hampir sama seperti bentuk spektrum elektromagnetik gelombang berupa tiga guratan lengkung pada bagian kiri dan kanan. Baris paling atas berwarna oranye, sedangkan dua baris guratan di bawahnya berwarna abu-abu. Set pertama ini diujicoba dengan rute Madiun-Yogyakarta-Kroya-Bandung-Cikampek, lalu kembali ke Madiun keesokan harinya melalui rute Cirebon-Semarang Tawang-Solo Jebres-Madiun. Kereta api ini (bersama dengan kereta kelas Premium 2018 yang telah diujicoba Januari 2018) akan digunakan untuk persiapan jelang arus mudik-lebaran 2018 dan selanjutnya digunakan sebagai pengganti beberapa rangkaian kereta api yang sudah ada yang masih menggunakan rangkaian produksi lama. Saat ini, posisinya di trainset Kedua K1 2018 yang telah digunakan untuk kereta api Argo Parahyangan Tambahan (JAKK) Setelah KA Tawang Jaya Premium K3 2018 Trainset Pertama (Nomor kereta penumpang tidak Teratur pada trainset eksekutif, premium maupun dikobinasi eksekutif dan premium).[6] Saat ini kereta api eksekutif berbodi baja nirkarat beroperasi sebagian besar kereta api eksekutif dan campuran di Pulau Jawa.
Rangkaian kereta api kelas eksekutif baja nirkarat generasi kedua akan diluncurkan dalam waktu dekat setelah melakukan uji coba operasional dengan relasi Madiun–Kertosono. Perbedaan antara generasi pertama dan kedua adalah pintu otomatis pada rangkaian, panjang rangkaian lebih panjang dimana terdapat 9 kelas eksekutif, 3 kelas luxury, 1 kereta makan, dan 1 kereta pembangkit, serta rangkaian akordeon seperti dimiliki oleh kereta api Argo Bromo Anggrek dan Taksaka. Tahap pertama yang telah diluncurkan adalah kereta api Argo Lawu dan Argo Dwipangga dengan relasi Gambir–Solo Balapan pada tanggal 13 dan 19 Desember 2023, diikuti dengan kereta api Taksaka relasi Gambir–Yogyakarta pada tanggal 18 Januari 2024; namun kereta api Argo Bromo Anggrek relasi Gambir–Surabaya Pasarturi sudah diluncurkan pada tanggal 29 Maret 2024. Rangkaian ini memiliki perbedaan dengan rangkaian kereta produksi sebelumnya, yakni eksteriornya menggunakan bahan stainless steel (sehingga tampak mengkilap; berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan bahan mild steel) dengan livery striping, warna magenta serta pintu menggunakan corak livery segitiga. Per 1 September 2024, beberapa kereta api campuran sudah menggunakan rangkaian baja nirkarat generasi terbaru, kereta api tersebut meliputi kereta api Lodaya relasi Bandung–Solo Balapan di lintas selatan Jawa dan kereta api Jayabaya relasi Pasar Senen–Malang via Surabaya Pasarturi di lintas utara Jawa.
Eksterior Kelas Eksekutif
Eksterior kereta penumpang K1 2016/2017
Ekseterior kereta penumpang K1 jendela Pesawat
Penomoran
Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K1-xxyzz. Artinya, K1 adalah kereta penumpang eksekutif, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenis bogie, dan zz (nomor urut). Misalnya: K1-97901 artinya kereta kelas 1 (eksekutif) yang mulai dinas tahun 1997 dengan jenis bogie '9' urutan ke 01 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik depo tertentu (awalnya dibawah nomor, lalu dipindah ke samping nomor).
Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua kereta menggunakan format penomoran K1 x yy zz. Artinya, K1 adalah kereta penumpang eksekutif, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulis; yy adalah tahun operasi, dan zz adalah nomor urut operasi. Misalnya, K1 0 24 44 JAKK, artinya kereta eksekutif ini ditarik lokomotif (0), mulai operasi tahun 2024 (24), dan nomor urut dinasnya adalah 44, serta diikuti oleh dua, tiga sampai empat huruf alfabet yang menandakan kepemilikan depo, dalam hal ini, Jakarta Kota (JAKK).[7]
Mulai pertengahan Desember 2016, penomoran seluruh kereta eksekutif retrofit diubah mengikuti nomor pada saat menjadi kereta api kelas Bisnis. Contohnya pada K1 0 15 04 CN yang merupakan rehab dari K2 0 86 xx, sekarang penomorannya menjadi K1 0 86 17 CN.[8]
Hanya berisi layanan kereta api yang dioperasikan oleh induk perusahaan. Untuk layanan yang dioperasikan oleh anak perusahaan, lihat Templat:KAI Commuter untuk layanan KAI Commuter, Templat:KAI Bandara untuk layanan KAI Bandara dan Templat:KCIC untuk layanan KCIC/Whoosh