Daerah lereng pegunungan Wilis pernah dilalui oleh Jenderal Sudirman, sebelum melakukan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Yogyakarta dimulai dari goliman - bajulan - ngliman - gedang klutuk - selayar/ pulosari - seran - jambu - warungbung
Legenda Sejarah
Gunung Wilis menyimpan banyak cerita misteri yang kental dengan aroma mistis [2]
Legenda Gunung Wilis sangat erat dengan kisah penciptaan manusa yang tertulis dalam Tantu Panggelaran[3] yang ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan pada zaman Majapahit. Suntingan teks yang sangat penting telah terbit pada tahun 1924 di Leiden oleh Dr. Theodoor Gautier Thomas Pigeaud
Dikisahkan, pada mulanya pulau Jawa tidak berpenghuni dan selalu bergoncang sehingga Pulau Jawa membutuhkan gunung untuk menancapnya. Proses pengaturannya berjalan sebagai berikut: para Dewa mengangkat puncak gunung Mahameru (Gunung Semeru) dari India dan ditempatkan di sebelah barat pulau Jawa dan berceceran di sepanjang jalan, sehingga terjadilah gunung Lawu, Gunung Wilis, Kelud, Kawi, Gunung Arjuna, Gunung Kumukus dan pada akhirnya Gunung Semeru
Dalam literatur klasik Jawa, Gunung Wilis atau Gunung Pawinihan memiliki peran penting dalam sejarah terciptanya manusia. Penggambaran kisah penciptaan manusia bersumber dari Jagad Gumelar – Manusia Tercipta [4]yang di tulis oleh Agung Bimo Sutejo dan Timmy Hartadi, inilah kisahnya :
Adalah Sang Hyang Batara Brama yang pertama kali menciptakan manusia, diambil dari tanah dan dibuat dengan kepalan tangannya, karena Sang Hyang Batara Brama adalah Dewa Api maka wujud manusia yang dibuat terlalu gosong, karena itulah kemudian disebut dengan Bangsa Keling. Proses penciptaan manusia [5] pertama itu terjadi di daratan Jawa di Gunung Bromo, dan manusia yang diciptakan saat itu suhunya sangat panas untuk tinggal di dataran rendah sehingga mereka hanya dapat hidup di ketinggian yang suhunya lebih dingin.
Kemudian Sang Hyang Batara Wisnu juga menciptakan manusia dan terwujudlah sosok manusia yang lebih baik dan sempurna [seperti manusia sekarang ini], kejadian itu masih di daratan Jawa di Gunung Pawinihan [sekarang Gunung Wilis]. Tetapi saat itu manusia ciptaan Sang Hyang Batara Wisnu kondisi suhunya masih sama karena hanya mampu tinggal di tempat dingin. Manusia ciptaan itu menjadi rebutan dari para Hapsara dan Hapsari untuk dimomong oleh mereka.
Maka diaturlah agar manusia mempunyai keturunan dulu dan kemudian anak-anak mereka langsung di bawa oleh para Hapsara dan Hapsari untuk kemudian wajahnya dibentuk sesuai dengan wajah dari para Hapsara dan Hapsari yang memomongnya. Hal ini dilakukan agar Arcapada dapat dipenuhi oleh manusia untuk keseimbangan alam semesta.
Jika nama kuno Gunung Wilis adalah Gunung Pawinihan [6], maka hingga kini tak ada literatur yang mencatat sejak kapan nama pawinihan berubah menjadi Wilis
Letusan
Catatan mengenai erupsi Gunung Wilis tidak dapat diketahui secara pasti. Namun, terdapat laporan yang menyatakan bahwa adanya erupsi pada tahun 1641; pada tahun yang sama, Gunung Kelud mengalami erupsi besar.[1]
Potensi Panas Bumi
Pegunungan Wilis menyimpan potensi Panas Bumi dan memiliki cadangan 50 Mw dan di berpotensi menerangi 15.000 rumah [7]
Pendakian
Pendakian Gunung Wilis [8] dari arah timur dapat dimulai melalui Kabupaten Kediri tepatnya Kecamatan Mojo. Jalan menuju ke puncak gunung Wilis sudah dibangun memadai melalui Mojo.Selain pendakian melalui Kecamatan Mojo, menuju ke puncak juga bisa melalui Kecamatan Semen. Kondisi Pendakian Gunung Wilis yang melalui Kec.Semen cukup menantang, aksesnya bisa melewati Taman Kelir yang terletak di Desa Joho, selain jalurnya menantang, kondisi tutupan lahannya juga sangat lebat, sejumlah kasus pendaki tersesat kerap terjadi di Gunung Wilis sisi Kediri [9] Tahun 2021, 15 Pendaki Asal Surabaya Tersesat usai menggelar upacara bendera di Gunung Wilis [10]
Jalan alternatif baru yang dibangun oleh pihak pemerintah Kediri sangat memadai, dengan luas jalan yang bisa dilalui oleh 2 mobil. Sementara itu dari arah selatan Gunung Wilis dapat didaki dari Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung.
Apabila ingin mencapai Gunung Wilis puncak limas dari arah utara, pendakian dapat dimulai dari bajulan roro kuning dan puncak jontani yang dapat ditempuh melalui desa Bareng, Kecamatan SawahanKabupaten Nganjuk, sementara jika ingin menuju puncak liman (puncak tertinggi wilis 2563 mdpl) bisa ditempuh melalui pudak wetan Kabupaten Ponorogo , air terjun sedudo ngliman sawahan nganjuk dan dari seweru, kare Kabupaten Madiun.
Berikut ini rute jalur pendakian Pegunungan Wilis antara lain :
Pendakian Liman via Kare yang dikelola Kare Eco Adventure [11]
Pendakian Liman via Pudak Wetan Ponorogo yang dikelola Paguyuban Hargo Wilis
Pendakian Limas via Sekartaji [12]yang dikelola LMDH Desa Bajulan
Pendakian Limas via Taman Kelir Desa Joho Kediri yang dikelola Wana Rescue Kediri
Pendakian Jontani via Desa Bareng yang dikelola Jontani Adventure
Pendakian Wilis via Mojo Kediri yang dikelola LMDH
Pendakian Wilis via Desa Sendang Tulungagung yang dikelola LMDH
Pendakian Wilis via Jurang Senggani Tulungagung yang dikelola LMDH
Pegunungan Wilis
Menurut Peta AMS 1 (tahun 1942)
Gunung Wilis (2.563 meter) terletak satu rangkaian dalam Pegunungan Wilis. Puncak tertinggi dari pegunungan Wilis adalah puncak Liman atau yang biasa disebut Puncak Trogati yang terletak 2.563 meter dari permukaan laut. Pada puncak gunung inilah secara de facto merupakan perbatasan dari dua (2) kabupaten: Nganjuk dan Ponorogo
Di wilayah Kediri: Pk. G. Cemorokandang 2256 m, pk. G. Malang 1860 m, pk. G. Watubangil 2196 m, pk. G. Obeng-obeng 1993 m, pk. G. Kendil 1887 m, dan pk. G. Argoklono 1772 m.
Di wilayah Nganjuk: Pk. G. Jogopogo 2220 m, pk. G. Wilis Wilboz 2330 m, pk. G. Tapan sewelas 1283 m, pk. G. Mloloseketip 1270 m, pk. G. Lekerasu 1290 m, dan pk. G. Cumpleng 1375 m.
Di wilayah Madiun: Pk. G. Bendo 1170 m, pk. G. Manyutan 1565 m, pk. G. Bulur 852 m, pk. G. Kemamang, 1463 m, pk. G. Seklajar 1295 m, pk. G. Kukusan 1337 m, pk. G. Cemoro 1288 m, pk. G. Margojambangan 1266 m, pk. G. Setompo 1292 m, pk. G. Tangkil 1232 m, pk. G. Bandoeng 1178 m, pk. G. Poerwo 1064 m, pk. G. Hargokalangan 2142 m.
Di wilayah Ponorogo: Pk. G. Dorowati 2207 m, pk. G. Merning 2204 m, pk. G. Argo Tawang 2284 m, pk. G. Tugel 2174 m, pk. G. Argo Kalang 2142 m, pk. G. Wilis Zuid 1850 m, pk. G. Wolan 1780 m, pk. G. Dudha Karim 1894 m, pk. G. Jeding 1612 m, pk. G. Tumpak Candu 1602 m, pk. G. Gayungan 1266 m, pk. G. Beser 1328 m, pk. G. Patuk Banteng 1630 m, pk. G. Wader Gandul 1405 m, pk. G. Banyon 1175 m, pk. G. Picis 1170 m, pk. G. Segogor 1181 m, dan pk. G. Kemlandingan 1379 m, pk. G. Kayurubung 1518 m.
Di wilayah Trenggalek: Pk. Ngrembes 1332 m dan pk. G. Sangku 1890 m.
Di wilayah Tulungagung: Pk. G. Wilis Wilbur 2104 m dan pk. G. Ngesong 1888 m.
Masih banyak nama-nama puncak yang lainnya, namun nama gunung-gunung tersebut oleh masyarakat hanya dipanggil sebagai Gunung Wilis dan Gunung Liman saja.
Monumen alam
Gunung Segogor dan Gunung Picis, merupakan nature monument / cagar alam yang khusus konservasi elang jawa yang berada di kawasan Pegunungan Wilis. Nature monument ini berupa tanaman dan juga hewan yang langka.
Pada dataran tinggi Arga Embag/ margombak (berada di antara gunung hargokalangan dan dorowati) terdapat rawa-rawa dengan tanah yang bergoyang. Tumbuhan berupa rumput sangat subur. Di tempat ini terdapat spesies hewan kijang bertandung panjang.
Pariwisata
Gunung Wilis merupakan Gunung Air terbesar di Pulau Jawa dan terbukti, gunung ini memiliki air terjun paling banyak, namun belum begitu dikembangkan hingga saat ini. Beberapa tempat pariwisata yang kini mulai dikembangkan dan mulai dikenal masyarakat luas adalah Air Terjun Ironggolo, Air Terjun Dholo yang terletak di Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri. Air Terjung Ngleyangan [14]yang terletak Dusun Goliman, Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri
Di Kawasan Lereng Gunung Wilis juga terdapat bangunan peninggalan Belanda dan Jepang seperti Loji Belanda, Bunker, Lookrab (Parit Perang), Goa Jepang, hingga Pedotan Jepang yang membujur dari Madiun hingga Kediri.
Pemerintah telah mencanangkan program pembukaan jalur kawasan selingkar Gunung Wilis yang meliputi 6 Kabupaten di Lereng Wilis. di Madiun, Para Pengunjung juga dapat mengunjungi Air Terjun Kertoembo, Air Terjun Kedung Malem, Waturumpuk, Selogedong, dan Kawasan Perkebunan Kopi Kandangan Kare. Kabupaten Ponorogo mempunyai Pesona Daerah tersendiri berupa Telaga Ngebel, Air Panas Tirta Husada, Mloko Sewu, dan juga Air Terjun Selorejo.
Di Kawasan Gunung Wilis Kabupaten Nganjuk tepatnya di Kecamatan Sawahan terdapat sejumlah air terjun yakni Air Terjun Sedudo, Singokromo, Sri Gunting. Selain itu wisatawan juga bisa menginap di Hotel Sanggrahan dan menikmati pemandangan Gunung Wilis melalui Teras Cafe Wilis View[15] yang terdapat di Hotel Sanggrahan
Di Kecamatan Ngetos terdapat Wisata Air Terjun Pring Jowo [16] serta Bukit Salju [17]dan Wana Wisata Mahgel obyek wisata yang baru dikenalkan ini terletak di Dusun Salam Judeg, Desa Blongko, atau sekitar 10 km dari kantor Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.
Di Nganjuk selain terdapat Air terjun Sedudo, juga terdapat Air Terjun Sendang Putri [18]Lokasi tepatnya di di Desa Ngliman, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Upaya Konservasi
Kawasan Hutan Produksi di Pegunungan Wilis masuk dalam dua wilayah kerja Perhutani Divre Jawa Timur yakni KPH Kediri yang meliputi wilayah Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan KPH Lawu yang meliputi wilayah Ponorogo dan Madiun
Upaya konservasi dilakukan oleh elemen masyarakat yang tergabung dalam Konsorsium Pelestari Kawasan Wilis yang menggelar deklarasi di Kediri.[19] Tahun 2018, Kawasan Hutan Kritis di Pegunungan Wilis mencapai 15.733 ha dan tersebar di 6 kabupaten, yakni Trenggalek, Tulungagung, Ponorogo, Madiun, Nganjuk, dan Kediri.[20]
Tahun 2020, Pelestari Kawasan Wilis Kediri menemukan aktivitas penebangan pohon secara liar di kawasan hutan lindung tepatnya di sekitar Air Terjun Ngleyangann, Kabupaten Kediri.[21] Penggundulan hutan [22](Deforestasi) dengan cara penebangan pohon mencapai luasan hingga sekitar 35 hektar.
Kondisi pegunungan wilis di tahun 2022 mengalami Deforestasi yang terjadi akibat dua hal yakni Kebakaran Hutan serta Alih fungsi lahan. Kegiatan alih fungsi lahan hutan untuk kepentingan tertentu [23] juga terjadi di Gunung Wilis, salah satunya di kawasan Gunung Wilis Kediri. “Hutan yang kritis tersebut tersebar di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Semen, Kecamatan Grogol, Kecamatan Tarokan, dan Kecamatan Mojo,” jelas Ketua Umum Pelestari Kawasan Wilis (Perkawis) Tofan Ardi [24]
Kendati demikian, ia belum bisa memastikan berapa luasan hutan di Kawasan Wilis yang sudah rusak di tahun 2022 ini. Namun setelah tahun 2018, setiap tahunnya ia memperkirakan 10 persen hutan di Lereng Wilis Kediri rusak. Terbukti di Tahun 2019 dan 2022, terjadi banjir bandang di wilayah Nganjuk [26] akibat debit air hujan yang melanda di hulu Gunung Wilis tak mampu ditampung oleh sungai kuncir.[27]
Tofan menyebut secara umum kondisi hutan wilis ini masuk kategori kritis. Pohon semakin habis akibat kebakaran hutan [28] serta alih fungsi lahan hutan menjadi pertanian dan perkebunan. Pohon hutan produktif pun kini sulit untuk mendapat tempat dikawasan itu.
Pada tahun 2024, Pelestari Kawasan Wilis mendapatkan penghargaan Teladan 1 Wana Lestari Tingkat Nasional untuk kategori Kelompok Pecinta Alam [29]
Selain faktor manusia faktor alam juga masih menghantui kondisi kritisnya kawasan hutan wilis. Faktor alam seperti Kebakaran Hutan Gunung Wilis KediriDiarsipkan 2023-02-09 di Wayback Machine. yang melanda terakhir tahun 2017 dan 2029 lalu, mengakibatkan tanah hutan wilis gersang. Pemulihan yang kian lambat, juga semakin membuat lahan tidak dapat kembali subur.
Perkembangan hutan rakyat yang terus meningkat seiring dengan gencarnya program rehabilitasi hutan dan lahan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung minat budidaya kayu oleh masyarakat yang cukup tinggi karena meningkatnya permintaan kayu rakyat untuk pemenuhan industri primer hasil hutan kayu di Jawa Timur maupun di luar Jawa Timur.
Dalam Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan disebutkan bahwa luas kawasan hutan yang harus dipertahankan minimal 30 % dari luas daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk menjamin optimalisasi peran kawasan hutan dalam hal manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat.
Air terjun Laweyan dan air terjun Prongos, Sendang, Tulungagung
^Tantu Panggelaran, Kitab. "Kitab Tantu Panggelaran". Budaya Indonesia. Sobat Budaya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-10. Diakses tanggal 10 Februari 2023.
^Jatim, Dishut. "Data Spasial Kehutanan". Dinas Kehutanan Jawa Timur. Dishut. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-21. Diakses tanggal 9 Februari 2023.