Karena meningkatnya frekuensi perjalanan kereta api, sebagian jalur ini direncanakan menjadi jalur dwiganda (quadruple-track railway). Jalur akan memiliki empat jalur dengan sepasang jalur untuk kereta api antarkota dan sepasang lainnya untuk kereta api komuter. Saat ini, jalur dwiganda telah beroperasi dari Stasiun Jatinegara hingga Stasiun Bekasi dan direncanakan ini akan sampai Stasiun Cikarang.
Terdapat dua jembatan yang melintasi dua sungai bersejarah: Kali Bekasi (di dekat Stasiun Bekasi) dan Ci Tarum (di dekat Stasiun Kedunggedeh).
Sejarah
Pengoperasian jalur ini dilakukan secara bertahap. Segmen Jakarta–Bekasi mulai digunakan tahun 1887, Bekasi–Kedunggedeh mulai digunakan tahun 1888, Kedunggedeh–Karawang mulai digunakan tahun 1891, dan Karawang–Cikampek mulai digunakan tahun 1906. Jalur ini merupakan kelanjutan jalur-jalur kereta apiJakarta-Bogor yang telah dibuka beberapa tahun sebelumnya.[2] Pada masa penjajahan Belanda, jalur-jalur ini berada di bawah pengelolaan Staatsspoorwegen Westerlijnen (SS-WL) sejak tahun 1898 dan semula dikelola oleh Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (BOS).
Jalur ganda di lintas Batavia–Cikampek sudah diinisiasi sejak tahun 1920-an, bahkan dicatat dalam laporan tahunan SS pada tahun 1920-an. Laporan tahunan SS tahun 1922 sudah mencatat bahwa jalur ganda Jatinegara–Cikampek, Wonokromo–Tarik, dan Padalarang–Cimindi sudah dioperasikan.[3]
Penyempurnaan jalur ganda dan elektrifikasi di lintas ini telah dimulai sejak tahun 1992, sebagai bagian dari pembangunan jalur ganda Cikampek–Cirebon. Per 2003, jalur ganda di kedua lintas ini selesai dibangun dan ditingkatkan dengan biaya Rp500 miliar.[1]
Pembangunan jalur dwiganda
Di lintas ini sedang dibangun jalur dwiganda atau disebut juga quadruple track untuk segmen Manggarai–Jatinegara–Cikarang sepanjang 34 kilometer; menghubungkan Stasiun Manggarai sampai Stasiun Cikarang, dan dipakarsai oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian.[4] Proyek ini bertujuan untuk memisahkan jalur utama untuk kereta api antarkota dan jalur kereta komuter sehingga menghilangkan keterlambatan KRL Commuter Line dan juga sekaligus menambah kapasitas penumpang yang semula 850 ribu penumpang menjadi 1,2 juta penumpang per harinya.[4] Proyek ini dimulai sejak tahun 2013 dan diharapkan selesai pada 2019.[5]
Proyek ini menggunakan sistem pembiayaan paket,yang dibagi menjadi paket A, paket B1, dan paket B21.[5] Paket A senilai Rp2,5 triliun dengan menggunakan sukuk negara, Paket B1 senilai 3 triliun berasal dari pinjaman Jepang, dan Paket B21 sebesar 1 triliun dari APBN.[5]
Untuk mempersiapkan proyek ini, beberapa stasiun ada yang direnovasi dengan menambahkan bangunan baru dan ada yang ditambahkan. Selain itu, dibangun dua stasiun baru yang dikhususkan untuk KRL, yaitu Stasiun Telaga Murni dan Stasiun Bekasi Timur.[6][7] Pengoperasian jalur dwiganda telah dilakukan di segmen Stasiun Jatinegara sampai Stasiun Cakung mulai 14 April 2019[8] dan kemudian hingga Stasiun Bekasi mulai 17 Desember 2022.
^Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.