Dalam banyak kasus, transportasi ini menggunakan konfigurasi rel sempit dan tidak permanen, serta banyak digunakan di daerah yang sulit dijangkau.
Sejarah
Sebelum jalur kereta api dikembangkan, kayu umumnya ditransprtasikan dalam jumlah besar dengan memanfaatkan sungai. Masalah muncul ketika kayu rusak, tenggelam (pada kasus kayu bermassa jenis tinggi karena/atau kandungan resin tinggi), hanyut oleh banjir, atau tersangkut perairan dangkal dan badan sungai yang sempit. Selain itu, sungai yang memadai untuk pemindahan kayu juga tidak tersedia di pegunungan.
Jalur kereta api sederhana yang menggunakan rel kayu dan kereta kuda digunakan pada abad ke 18. Namun penemuan lokomotif uap dan rel baja dengan segera menjadikan teknologi ini digunakan di kehutanan. Namun sulitnya medan di dalam hutan menjadikan rel berkonfigurasi sempit dibangun karena memakan ruang yang lebih kecil, lebih ringan, dan lebih mudah dibangun. Lokomotif khusus seperti lokomotif Shay dan lokomotif Climax dikembangkan dengan kemampuan traksi yang tinggi pada trek yang tidak rata. Beberapa jalur kereta api hutan telah menjadi transportasi umum ketika hutan telah ditebang habis.
Setelah lokomotif uap, lokomotif diesel dan bensin juga digunakan. Hal ini membawa kemunduran bagi transportasi bertenaga hewan di kehutanan.
Sejak pertengahan abad ke 20, jalur kereta api hutan terancam oleh maraknya transportasi ban beroda karena lebih mudah dibangun. Hingga akhir tahun 1960-an, kereta api kehutanan tidak digunakan lagi, kecuali sedikit di Eropa Timur seperti di Rusia, Hungaria, dan Rumania. Kebanyakan telah dibongkar, beberapa beralih fungsi menjadi rel wisata dan museum.
Di Asia dan Oseania, sejarah dan takdir jalur kereta api hutan sama dengan Eropa, di mana sebagian besar telah beralih menggunakan transportasi truk. Sebagian besar telah dibongkar dan ada yang menjadi museum dan kereta api wisata.