Ekstraksi resinEkstraksi resin adalah aktivitas pengambilan resin dari batang kayu pohon konifer. Ekstraksi berbeda dengan penyadapan (tapping) yang dilakukan terhadap pohon karet, sama halnya dengan resin yang tidak sama dengan lateks. Resin memiliki konstituen utama terpena sedangkan lateks memiliki komposisi yang amat beragam. Ekstraksi resin secara industri biasanya memanfaatkan asam sulfur sebagai stimulan yang diberikan kepada pohon pinus untuk meningkatkan jumlah resin yang dikeluarkan, tetapi asam sulfur memiliki dampak negatif bagi lingkungan. Larutan jeruk nipis dapat dijadikan pengganti bagi asam sulfur.[1] Di Austria, aktivitas ekstraksi resin (yang disebut dengan pecherei, dengan "pech" yang memiliki arti "resin") mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya oleh UNESCO pada tahun 2011.[2] Di wilayah Krui (dahulu Kabupaten Lampung Barat, kini Pesisir Barat) masyarakat memiliki sistem manajemen hutan tersendiri untuk menghasilkan resin damar secara adat dan menjualnya. Sistem ini disebut dengan repong.[3] Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Resin production in forestry.
|