Rempah-rempah

Beberapa rempah-rempah asal Indonesia sebagai obat atau bumbu masakan.

Rempah-rempah adalah bagian tumbuhan yang beraroma atau berasa kuat yang digunakan dalam jumlah kecil di makanan sebagai pengawet atau perisa dalam masakan. Rempah-rempah biasanya dibedakan dengan tanaman lain yang digunakan untuk tujuan yang mirip, seperti tanaman obat, sayuran beraroma, dan buah kering.

Rempah-rempah merupakan barang dagangan paling berharga pada zaman prakolonial. Banyak rempah-rempah dulunya digunakan dalam pengobatan, tetapi sekarang ini berkurang.

Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku di Indonesia. Rempah-rempah ini pula yang menyebabkan Belanda kemudian menyusul ke Maluku, sementara itu, bangsa Spanyol di bawah pimpinan Magellan telah lebih dahulu mencari jalan ke Timur melalui jalan lain yakni melewati samudra Pasifik dan akhirnya mendarat di pulau Luzon, Filipina.

Beberapa daerah penghasil rempah-rempah terpenting di dunia adalah India, Zanzibar, dan Kepulauan Maluku. Tetapi kebanyakan negara di dunia mengimpor rempah-rempah dari India karena India merupakan pusat rempah-rempah terbesar di dunia.

Sejarah

Sejarah awal

Proses pengeringan pala, rempah-rempah yang diperkirakan berasal dari Kepulauan Banda, Maluku.

Perdagangan rempah-rempah di subbenua India dimulai setidaknya pada tahun 2000 Sebelum Masehi (SM).[1] Jenis rempah-rempah yang diperdagangkan terutama kayu manis dan lada hitam. Sementara bangsa-bangsa di Asia Timur memperdagangkan herba dan lada. Praktik mumifikasi dan kebutuhan lain Bangsa Mesir Kuno mendorong terjadinya perdagangan antarnegara. Hingga 1000 SM, pengobatan medis berbasis herba mulai digunakan di Tiongkok, Korea, dan India. Selain itu, rempah-rempah awalnya juga digunakan untuk kepentingan ritual, agama, dan tradisi.[2]

Cengkih sudah digunakan oleh Bangsa Mesopotamia pada 1700 SM.[catatan 1] Bangsa Romawi Kuno menggunakan cengkih pada abad pertama Masehi, dibuktikan dengan tulisan Pilinius Tua tentang rempah-rempah tersebut. Papirus Ebers bertanggal 1550 SM dari Mesir Kuno menjelaskan tentang delapan ratus prosedur pengobatan medis menggunakan herba.[4]

Pedagang dari Indonesia memperdagangkan rempah-rempah termasuk pala.[5] Kawasan yang menjadi tujuan penjualannya meliputi wilayah Tiongkok, India, Timur Tengah, hingga pantai timur Afrika. Sementara pedagang Arab membawa rempah-rempah dari timur ke Eropa untuk diperdagangkan. Hal ini menyebabkan Kota Iskandariyah (Alexandria) di Mesir menjadi kota pelabuhan yang penting dalam perdagangan rempah-rempah dunia saat itu. Ditemukannya angin muson menyebabkan rute perdagangan beralih dari yang semula melalui jalur darat menjadi jalur laut.[6]

Abad Pertengahan

"The Mullus" yang tengah memanen rempah-rempah. Ilustrasi tersebut berasal dari edisi bahasa Prancis dari The Travels of Marco Polo.

Rempah-rempah merupakan salah satu produk paling mahal dan diminati pada Abad Pertengahan.[7] Komoditas yang paling umum diperdagangkan ialah lada hitam, kayu manis (beserta alternatifnya yaitu kayu manis tiongkok), jintan putih, pala, jahe, dan cengkih. Berkaitan dengan teori utama dalam dunia medis abad pertengahan, humoralisme, rempah-rempah dan herba dianggap penting dalam menyeimbangkan "humor" dalam makanan.[8] Selain digunakan dalam kedokteran abad pertengahan, kaum elit Eropa juga menggemari rempah-rempah. Salah satu contohnya ialah Raja Aragon yang mencurahkan banyak sumber daya untuk membawa rempah-rempah ke Spanyol pada abad ke-12. Ia bukanlah satu-satunya monarki Eropa yang mencari rempah-rempah dengan tujuan untuk ditambahkan ke dalam minuman anggur.[9]

Sebagian besar rempah-rempah diimpor dari Asia dan Afrika sehingga harganya cukup mahal. Sejak abad ke-8 hingga ke-15, Republik Venesia melakukan monopoli atas perdagangan rempah-rempah dengan Timur Tengah.[10] Monopoli perdagangan rempah-rempah juga diadakan oleh republik maritim dan kota-kota lain di Italia. Perdagangan tersebut membuat wilayah Venesia dan sekitarnya menjadi kaya. Diperkirakan sebanyak 1.000 ton lada dan 1.000 ton rempah-rempah lain diimpor menuju Eropa Barat selama Abad Pertengahan Akhir. Komoditas ini memiliki nilai yang setara dengan biji-bijian untuk 1,5 juta orang.[11]:65 Rempah-rempah paling eksklusif saat itu ialah safron yang digunakan sebagai perasa dan pewarna merah kekuningan pada makanan.[11]:15

Kegunaan

Chili powder, mustard seeds, turmeric powder, cumin seeds
Dari kiri ke kanan: Bubuk kunyit, biji sesawi, bubuk cabai, dan biji jintan putih.

Fungsi utama rempah-rempah yakni sebagai perasa makanan. Rempah-rempah juga digunakan sebagai bahan baku parfum kosmetik dan dupa.[12] Sejak awal ditemukan, rempah-rempah juga menjadi salah satu hal penting dalam pengobatan medis. Sifatnya yang mahal, langka, dan eksotis seringkali dikaitkan sebagai simbol kekayaan dan kelas sosial.[13]

Pewarna makanan

Selain memberikan aroma, rasa, dan tekstur pada makanan, rempah-rempah juga berfungsi sebagai zat warna alam yang tidak memberikan efek samping bagi manusia. Beberapa rempah-rempah yang memiliki fungsi sebagai pewarna alami yaitu bunga safron, paprika, kunyit, dan kesumba keling. Pada bunga safron terdapat kandungan senyawa aktif yaitu krosin dan krosetin yang mampu menghasilkan warna alami kuning-jingga.[14] Warna kuning-jingga juga dihasilkan dari kunyit yang memiliki kandungan pigmen warna kurkuminoid dengan senyawa kurkumin.[15] Kesumba keling juga dapat memberikan warna merah bata karena bijinya memiliki kandungan zat pigmen warna yaitu senyawa biksin.[16] Di Amerika, paprika juga digunakan sebagai pewarna makanan, seperti jus jeruk, keju, saus, hingga kuning telur. Namun, untuk penggunaan safron sebagai zat pewarna sangat terbatas karena tingginya harga rempah-rempah tersebut. Sehingga di beberapa negara mengganti penggunaan safron dengan bunga kesumba sebagai zat pewarna.[17]

Klaim pengawetan makanan

Terdapat klaim populer yang menyatakan bahwa rempah-rempah dapat digunakan untuk mengawetkan makanan atau menyembunyikan rasa daging yang telah busuk.[18] Klaim ini bermula pada awal tahun 1500, ketika belum adanya teknologi lemari es untuk mengawetkan makanan. Di beberapa negara seperti Yunani, mereka menggunakan bawang putih untuk mencegah kebusukan pada makanan. Begitupun juga di India, menggunakan jahe, bawang putih, kunyit dan cengkih untuk mengawetkan daging dan ikan.[19] Proses mumifikasi pada mesir kuno juga menggunakan rempah-rempah seperti kayu manis srilangka, bawang putih, dan jinten sarui.[20]

Faktanya, rempah-rempah tidak cukup efektif untuk mengawetkan makanan bila dibandingkan dengan pengasinan, pengasaman, pengasapan, dan pengeringan. Rempah-rempah juga tidak efektif dalam menyembunyikan rasa daging basi.[21] Selain itu, harga rempah-rempah tergolong mahal. Pada abad ke-15 di Oxford, harga seekor babi sama dengan satu pon lada yang merupakan rempah-rempah paling murah kala itu.[21]:2-3 Michael Krondl dalam bukunya menulis bahwa "buku masakan lama dengan jelas menunjukkan bahwa rempah-rempah tidak digunakan sebagai pengawet. Buku-buku tersebut biasanya menyarankan penambahan rempah-rempah di akhir proses pemasakan, yang mana tidak dimaksudkan sebagai pengawet." Pada abad ke-16, Cristoforo di Messisbugo menganggap penambahan lada justru dapat mempercepat pembusukan.[22]

Namun, penggunaan rempah-rempah sebagai pengawet makanan akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan jenis rempah-rempah lainnya. Hal ini karena mikroorganisme yang beragam pada setiap makanan membuat tidak semua bakteri cocok dengan satu jenis rempah-rempah.[23]

Penghambat pertumbuhan bakteri

Rempah-rempah juga berfungsi sebagai zat antimikroba alami yang mampu menekan pertumbuhan bakteri. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa larutan bawang putih mampu melawan bakteri seperti Escherichia Coli, Salmonella, dan Aeromonas hydrophila.[24] Hal ini juga berlaku pada ekstrak jahe yang mampu membunuh bakteri Escherichia Coli.[25] Selain itu, rempah-rempah seperti cengkih, oregano, daun timi, kayu manis, dan jinten juga mampu menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri.[26] Mulai dari bakteri penyebab kebusukan pada makanan seperti Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens, bakteri penyebab penyakit seperti Staphylococcus aureus dan Vibrio parahaemolyticus, hingga jamur saprofit penyebab penyakit pada tanaman seperti Aspergillus flavu.[27] Kemampuan setiap jenis rempah-rempah berbeda dalam menekan pertumbuhan bakteri, karena beberapa jenis rempah-rempah hanya mampu bekerja pada bakteri tertentu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cornell, ditemukan bahwa hanya bawang putih, oregano dan bawang yang mampu membunuh seluruh bakteri, sedangkan daun timi, kayu manis, tarragon dan jintan hanya mampu membunuh 80% bakteri, cabai hanya 75%, dan untuk lada hitam dan putih, jahe, adas manis dan seledri hanya sampai 25%.[28] Oleh karena itu, penggunaan rempah-rempah sebagai zat antimikroba akan lebih efektif jika dikombinasikan antar satu sama lain.

Antioksidan

Rempah-rempah dapat digunakan tubuh untuk melawan radikal bebas dan kanker.[29] Pada rempah-rempah terdapat kandungan senyawa yang dapat bertindak sebagai antioksidan, seperti kandungan rosmanol pada rosemari dan sage, polifenol pada jahe, dan eugenol pada cengkih. Kandungan tersebut dapat memperlambat proses oksidasi dan melindungi sel dari paparan radiasi bebas. Pada penelitian sebelumnya, ditemukan bahwa penggunaan minyak esensial berbahan dasar rosemari mampu membersihkan radikal bebas dalam tubuh sekaligus memberikan efek terapeutik.[30] Adapun beberapa jenis rempah-rempah yang memiliki senyawa antioksidan yang tinggi, yaitu sage, rosemari, oregano, ketumbar, timi dan marjoram.[31]

Penanganan dan penyimpanan

Penggiling lada
Beberapa tempat penyimpanan berisi rempah-rempah yang umum digunakan di Kanada dan Amerika Serikat

Alat paling sederhana untuk mengolah rempah-rempah adalah cobek dan ulekan.[32] Saat ini, terdapat alat yang lebih hemat tenaga yakni pemarut (untuk jumlah kecil) atau penggiling (untuk jumlah besar). Beberapa rempah-rempah juga dapat digiling dengan tangan menggunakan bantuan alat penggiling khusus. Namun untuk mengeluarkan karakteristik rasa dari setiap rempah-rempah secara maksimal, maka dibutuhkan cara pengelolaan yang sesuai, seperti dipotong, dibakar, digoreng, dipanggang dan lain-lain. Seperti dalam budaya Eropa dan Amerika Utara, mereka mengolah kayu manis dan ketumbar dengan cara direbus untuk mengeluarkan rasa khas dari rempah-rempah ini.[23] Berbeda dengan budaya India, mereka menggunakan teknik yang berbeda untuk mengeluarkan rasa dari setiap rempah-rempah. Seperti memasak biji mustar atau sesawi dengan metode tempering, di mana memasak dengan minyak goreng yang dipanaskan sampai sangat panas kemudian biji mustar ditambahkan dan digoreng.[33] Ada juga dengan teknik ditumis untuk mengelola jalapeno. Perbedaan metode memasak juga didasari pada perbedaan karakteristik setiap rempah-rempah. Karena tidak semua rempah-rempah mampu diolah dengan suhu yang tinggi, ada juga yang hanya perlu ditambahkan disaat penyajian makanan, seperti biji wijen.

Rasa sebagian rempah-rempah berasal dari senyawa (minyak asiri) yang teroksidasi atau menguap ketika terkena udara. Rempah-rempah yang digiling dapat meningkatkan luas permukaannya sehingga meningkatkan laju oksidasi dan penguapan.[34] Dengan demikian, rasa rempah-rempah dimaksimalkan dengan cara menyimpan bumbu secara utuh dan baru menggiling saat akan dibutuhkan. Rempah-rempah kering utuh dapat disimpan hingga kira-kira dua tahun, sementara rempah-rempah berbentuk bubuk dan biji-bijian dapat bertahan kira-kira enam bulan.[35] Selain lebih cepat basi, rasa rempah-rempah bubuk jauh lebih tidak bertahan lama.[catatan 2]

Rempah-rempah harus disimpan pada wadah tertutup, terhindar dari sinar matahari dan suhu tinggi. Hal ini bertujuan agar rasa dan aroma dari rempah-rempah tidak hilang akibat dari tingginya suhu dan paparan sinar matahari. Selain itu, suhu yang terlalu rendah juga memicu perubahan karakteristik pada rempah-rempah, seperti warna, aroma, dan rasa. Kelembapan yang terlalu [36] rendah juga dapat memicu munculnya bakteri pada rempah-rempah. Oleh karena itu, suhu terbaik untuk menyimpan rempah-rempah yaitu antara 10˚C hingga 15˚C dengan kelembapan relatif sekitar 55% sampai 60%.[17]

Beberapa elemen rasa rempah-rempah mudah larut dalam air, sementara beberapa elemen rasa lainnya mudah larut dalam minyak atau lemak. Umumnya, rempah-rempah membutuhkan waktu supaya rasanya meresap ke makanan sehingga harus ditambahkan saat proses awal memasak. Hal ini berbeda dengan herba yang ditambahkan di akhir proses.[37]

Kontaminasi Salmonella

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat terhadap pengiriman rempah-rempah ke Amerika Serikat pada tahun fiskal 2007-2009 menemukan bahwa sekitar 7% pengiriman terkontaminasi oleh bakteri Salmonella, beberapa di antaranya kebal terhadap antibiotik.[38] Rempah-rempah terkontaminasi yang dimasak sebelum dimakan tidak menimbulkan masalah. Meskipun demikian, beberapa rempah-rempah, seperti lada, tidak dimasak dan dapat menimbulkan penyakit. Rempah-rempah yang dikirim dari Meksiko dan India kerap ditemukan terkontaminasi Salmonella.[39]

Nutrisi

Rempah-rempah umumnya memiliki rasa yang kuat dan hanya digunakan dalam jumlah yang sedikit sehingga hanya memberi sedikit nutrisi, meskipun sebagian rempah-rempah berupa biji-bijian mengandung banyak lemak, protein, dan karbohidrat dengan proporsi yang besar. Apabila digunakan dalam jumlah yang besar, rempah-rempah dapat memberikan sejumlah mineral dan mikronutrien lain, seperti zat besi, magnesium, dan kalsium. Contohnya, satu sendok teh paprika mengandung sekitar 1130 IU Vitamin A, sekitar 20% kadar harian yang dianjurkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.[40]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Sebuah tim arkeologis yang dipimpin oleh Giorgio Buccellati menggali reruntuhan bangunan yang terbakar di situs Terqa, saat ini di Syria, dan menemukan sebuah pot keramik yang berisi cengkih. Rumah tersebut terbakar sekitar tahun 1720 SM dan menjadi bukti pertama digunakannya cengkih sebelum masa Romawi.[3]
  2. ^ Rasa pala umumnya tidak bertahan lama beberapa hari setelah digiling.

Referensi

  1. ^ Nabhan, Gary Paul (2020). Cumin, Camels, and Caravans: A Spice Odyssey (dalam bahasa Inggris). Univ of California Press. hlm. 99. ISBN 978-0-520-37924-4. 
  2. ^ Ramkumar, Thakku R.; Karuppusamy, Subbiah (2021). "Plant Diversity and Ethnobotanical Knowledges of Spices and Condiments". Bioprospecting of Plant Biodiversity for Industrial Molecules: 231. 
  3. ^ O'Connell, John (2016). The Book of Spice: From Anise to ZedoaryPerlu mendaftar (gratis). Pegasus Books. hlm. 93. ISBN 978-1-68177-152-6. 
  4. ^ Duke, J.A. (2002). CRC Handbook of Medicinal Spices. CRC Press. hlm. 6. ISBN 978-1-4200-4048-7. Diakses tanggal 18 Januari 2022. 
  5. ^ Engineers, NIIR Board of Consultants & (2006). The Complete Book on Spices & Condiments (dalam bahasa Inggris). Asia Pacific Business Press. hlm. 126–128. ISBN 978-81-7833-038-9. 
  6. ^ Dasgupta, Dr. Asim K. (2014). Arts, Crafts and Traditional Industries (dalam bahasa Inggris). AuthorHouse. hlm. 35. ISBN 978-1-4969-7744-1. 
  7. ^ Parthasarathy, V.A; Kandiannan, K.; Srinivasan, V. (2008). Organic Spices (dalam bahasa Inggris). New India Publishing. hlm. 13. ISBN 978-81-89422-84-4. 
  8. ^ Byrne, Joseph P. (2017). The World of Renaissance Italy: A Daily Life Encyclopedia [2 volumes] (dalam bahasa Inggris). ABC-CLIO. hlm. 315. ISBN 978-1-4408-2960-4. 
  9. ^ Parry, John W. (1955). "The Story of Spices". Economic Botany. 9 (2): 195–196. ISSN 0013-0001. 
  10. ^ Milton, Giles (2012). Nathaniel's Nutmeg: How One Man's Courage Changed the Course of History (dalam bahasa Inggris). John Murray Press. ISBN 978-1-4447-1771-6. Throughout the Middle Ages, Venice had controlled the spice trade with an iron fist. 
  11. ^ a b Adamson, Melitta Weiss (2004). Food in Medieval TimesAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. Westport, Conn: Greenwood Press. ISBN 978-0-313-32147-4. 
  12. ^ Aftel, Mandy (2014). Fragrant: The Secret Life of Scent (dalam bahasa Inggris). Penguin. hlm. 37. ISBN 978-1-101-61468-6. 
  13. ^ Turner, Jack (2008). Spice: The History of a Temptation (dalam bahasa Inggris). Knopf Doubleday Publishing Group. hlm. 75. ISBN 978-0-307-49122-0. 
  14. ^ "Saffron". International Association of Color Manufacturers (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 4 Januari 2022. 
  15. ^ Ramadhany, P.; Witono, J. R.; Putri, O. (Januari 2020). "Formulation of Curcumin as Natural Dye on Polyester". IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (dalam bahasa Inggris). 742 (1): 012023. doi:10.1088/1757-899X/742/1/012023. ISSN 1757-899X. 
  16. ^ Sathiya Mala, Kripanand; Prabhakara Rao, Pamidighantam; Prabhavathy, Manda Babu; Satyanarayana, Akula (Februari 2015). "Studies on application of annatto (Bixa orellena L.) dye formulations in dairy products". Journal of Food Science and Technology. 52 (2): 912–919. doi:10.1007/s13197-013-1038-3. ISSN 0022-1155. PMC 4325075alt=Dapat diakses gratis. PMID 25694700. 
  17. ^ a b Raghavan, Susheela (2006). Forms, Functions, and Applications of Spices (dalam bahasa Inggris). Routledge Handbooks Online. doi:10.1201/9781420004366-4. ISBN 978-0-8493-2842-8. 
  18. ^ Thomas, Frédéric; Daoust, Simon P.; Raymond, Michel (Juni 2012). "Can we understand modern humans without considering pathogens?: Human evolution and parasites". Evolutionary Applications. 5 (4): 374. doi:10.1111/j.1752-4571.2011.00231.x. PMC 3353360alt=Dapat diakses gratis. PMID 25568057. 
  19. ^ De, Minakshi; De, Amit Krishna; Banerjee, A. B. (1999). "Antimicrobial screening of some indian spices". Phytotherapy Research (dalam bahasa Inggris). 13 (7): 616–618. doi:10.1002/(SICI)1099-1573(199911)13:7<616::AID-PTR475>3.0.CO;2-V. ISSN 1099-1573. 
  20. ^ Abdel-Maksoud, Gomaa; Elamin, Abdelrahman (2011-01-01). "A Review on the Materials Used During Mummification Processes in Ancient Egypt". Mediterranean Archaeology and Archaeometry. 11: 142. 
  21. ^ a b Freedman, Paul (2008). Out of the East: Spices and the Medieval Imagination (dalam bahasa Inggris). Yale University Press. ISBN 978-0-300-21131-3. [..] an entire pig could be had for the price of a pound of the cheapestspice, pepper. 
  22. ^ Krondl, Michael (2008). The Taste of Conquest: The Rise and Fall of the Three Great Cities of Spice (dalam bahasa Inggris). Random House Publishing Group. hlm. 6. ISBN 978-0-345-50982-6. 
  23. ^ a b Raghavan, Susheela (2006). Forms, Functions, and Applications of Spices (dalam bahasa Inggris). Routledge Handbooks Online. hlm. 39. doi:10.1201/9781420004366-4. ISBN 978-0-8493-2842-8. 
  24. ^ Al-Wabel, Professor Dr. Naser; hi, Shawkat (2012-11-21). "Antimicrobial activities of spices and herbs": 46–47. 
  25. ^ Nair, Indu; Abdulla, Mohamed Hatha; Chandran, Abhirosh; Harsha, U.; Vivekanandan, G. (2006-04-01). "Antimicrobial activity of some of the South-Indian spices against serotypes of Escherichia coli, Salmonella, Listeria Monocytogenes and Aeromonas Hydrophila". Brazilian Journal of Microbiology. 37: 157. doi:10.1590/S1517-83822006000200011. 
  26. ^ Gottardi, Davide; Bukvicki, Danka; Prasad, Sahdeo; Tyagi, Amit K. (2016). "Beneficial Effects of Spices in Food Preservation and Safety". Frontiers in Microbiology. 7: 1394. doi:10.3389/fmicb.2016.01394. ISSN 1664-302X. 
  27. ^ Liu, Qing; Meng, Xiao; Li, Ya; Zhao, Cai-Ning; Tang, Guo-Yi; Li, Hua-Bin (16 Juni 2017). "Antibacterial and Antifungal Activities of Spices". International Journal of Molecular Sciences. 18 (6): 1283. doi:10.3390/ijms18061283. ISSN 1422-0067. PMC 5486105alt=Dapat diakses gratis. PMID 28621716. 
  28. ^ Raghavan, Susheela (1 Agustus 2004). "Developing Ethnic Foods and Ethnic Flair with Spices". www.ift.org. Diakses tanggal 5 Januari 2022. 
  29. ^ Kaefer, Christine M.; Milner, John A. (2011). Benzie, Iris F. F.; Wachtel-Galor, Sissi, ed. Herbs and Spices in Cancer Prevention and Treatment (edisi ke-2nd). Boca Raton (FL): CRC Press/Taylor & Francis. ISBN 978-1-4398-0713-2. PMID 22593940. 
  30. ^ Rašković, Aleksandar; Milanović, Isidora; Pavlović, Nebojša; Ćebović, Tatjana; Vukmirović, Saša; Mikov, Momir (7 Juli 2014). "Antioxidant activity of rosemary (Rosmarinus officinalis L.) essential oil and its hepatoprotective potential". BMC Complementary and Alternative Medicine. 14: 225. doi:10.1186/1472-6882-14-225. ISSN 1472-6882. PMC 4227022alt=Dapat diakses gratis. PMID 25002023. 
  31. ^ Embuscado, Milda E. (1 Oktober 2015). "Spices and herbs: Natural sources of antioxidants–a mini review". Journal of Functional Foods. Natural Antioxidants (dalam bahasa Inggris). 18: 811–819. doi:10.1016/j.jff.2015.03.005. ISSN 1756-4646. 
  32. ^ Table, Sur La; Simmons, Marie (2008). Things Cooks Love: Implements, Ingredients, Recipes (dalam bahasa Inggris). Andrews McMeel Publishing. hlm. 129. ISBN 978-0-7407-6976-4. 
  33. ^ "How to cook with mustard seeds | Storecupboard Challenge". The Guardian (dalam bahasa Inggris). 17 Februari 2014. Diakses tanggal 5 Januari 2022. 
  34. ^ Furia, Thomas E. (1980). CRC Handbook of Food Additives, Second Edition (dalam bahasa Inggris). CRC Press. hlm. 245. ISBN 978-0-8493-0543-6. 
  35. ^ Sánchez, Elsa S.; Kelley, Kathleen M. (21 September 2002). "Harvesting and Preserving Herbs and Spices for Use in Cooking". Penn State Extension (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 1 Januari 2022. 
  36. ^ Nnenna, Omorodion (2020-09-01). "Effect of Differeny Storage Conditions on the Microbial Profile of Some Commonly Used Spices in Nigeria". Journal of Multidimensional Research & Review. 1 (2): 92. 
  37. ^ Alfaro, Danilo (8 Juni 2019). "7 Common Seasoning Mistakes That Can Ruin Your Food". The Spruce Eats (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 1 Januari 2022. 
  38. ^ Van Dorena, Jane M.; Daria Kleinmeiera; Thomas S. Hammack; Ann Westerman (Juni 2013). "Prevalence, serotype diversity, and antimicrobial resistance of Salmonella in imported shipments of spice offered for entry to the United States, FY2007–FY2009". Food Microbiology. 34 (2): 239–251. doi:10.1016/j.fm.2012.10.002. PMID 23541190. Shipments of imported spices offered for entry to the United States were sampled during the fiscal years 2007–2009. The mean shipment prevalence for Salmonella was 0.066 (95% CI 0.057–0.076) 
  39. ^ "Salmonella in your spice rack? Watch out, says FDA report". TODAY.com (dalam bahasa Inggris). 10 September 2013. Diakses tanggal 22 Januari 2022. 
  40. ^ "FoodData Central". fdc.nal.usda.gov. Diakses tanggal 1 Januari 2022. 

Pranala luar

Read other articles:

Football player and manager (1924–2011) Yosef Merimovich Personal informationDate of birth (1924-07-24)24 July 1924Place of birth Margo, Cyprus[1]Date of death 5 May 2011(2011-05-05) (aged 86)Place of death IsraelPosition(s) ForwardYouth career Maccabi Tel AvivSenior career*Years Team Apps (Gls)1940–1958 Maccabi Tel Aviv 74 (67)International career1948–1956 Israel 14 (4)Managerial career1958–1960 Maccabi Tel Aviv1964–1965 Israel1966–1968 Hapoel Tel Aviv1968–1969 Maccab…

Italian Christian theologian, Catholic abbot, and apocalyptic thinker Joachim of FioreJoachim of Flora, in a 15th-century woodcutBorn1135Celico, Calabria, Kingdom of SicilyDied1202EraMedieval philosophyRegionWestern philosophySchoolJoachimitismHistoricismNotable ideasPremillennialismThree Eras Joachim of Fiore, also known as Joachim of Flora (Italian: Gioacchino da Fiore; Latin: Ioachim Florensis; c. 1135 – 30 March 1202), was an Italian Christian theologian, Catholic abbot, and the founder of…

此條目可参照英語維基百科相應條目来扩充。 (2021年5月6日)若您熟悉来源语言和主题,请协助参考外语维基百科扩充条目。请勿直接提交机械翻译,也不要翻译不可靠、低品质内容。依版权协议,译文需在编辑摘要注明来源,或于讨论页顶部标记{{Translated page}}标签。 约翰斯顿环礁Kalama Atoll 美國本土外小島嶼 Johnston Atoll 旗幟颂歌:《星條旗》The Star-Spangled Banner約翰斯頓環礁地…

Військово-музичне управління Збройних сил України Тип військове формуванняЗасновано 1992Країна  Україна Емблема управління Військово-музичне управління Збройних сил України — структурний підрозділ Генерального штабу Збройних сил України призначений для плануван…

Uranium acid mine drainage refers to acidic water released from a uranium mining site using processes like underground mining and in-situ leaching.[1] Underground, the ores are not as reactive due to isolation from atmospheric oxygen and water. When uranium ores are mined, the ores are crushed into a powdery substance, thus increasing surface area to easily extract uranium. The ores, along with nearby rocks, may also contain sulfides. Once exposed to the atmosphere, the powdered tailings…

1978 British filmThe Thief of BaghdadTheatrical posterDirected byClive DonnerWritten byAndrew BirkinAJ CarothersProduced byThomas M.J. JohnstonAida YoungStarringRoddy McDowall Kabir BediTerence StampPeter UstinovCinematographyDennis C. LewistonEdited byPeter TannerMusic byJohn CameronProductioncompaniesPalm Films, Ltd.Victorine StudiosDistributed byColumbia Pictures (International) National Broadcasting Company (US)Release date 23 November 1978 (1978-11-23) (US) Running time10…

Princess consort of Hohenlohe-Langenburg Alexandra of Saxe-Coburg and GothaPrincess Alexandra in 1905Princess consort of Hohenlohe-LangenburgTenure9 March 1913 – 16 April 1942BornPrincess Alexandra of Edinburgh(1878-09-01)1 September 1878Schloss Rosenau, Coburg, Duchy of Saxe-Coburg and Gotha, German EmpireDied16 April 1942(1942-04-16) (aged 63)Schwäbisch Hall, Free People's State of Württemberg, Nazi GermanySpouse Ernst II, Prince of Hohenlohe-Langenburg ​ ​(m. …

Japanese intelligence agency Public Security Intelligence Agency公安調査庁Kōanchōsa-chōAgency overviewFormedJuly 21, 1952; 71 years ago (1952-07-21)Preceding agenciesInvestigation Bureau (IB), Home Ministry (1946)[1]Internal Affairs Bureau (IAB), 2nd Office (1948)[1]Special Investigation Board (SIB), Attorney General's Office (1948-1949)[4][5]JurisdictionGovernment of JapanHeadquartersChiyoda, Tokyo, JapanEmployees+/- 1,740 officers (As o…

Gradual growth and change of an ecosystem on new substrate This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Primary succession – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (August 2016) (Learn how and when to remove this message) Primary succession occurring over time. The soil depths increase with respect to t…

Suburb of London For other uses, see Beddington (disambiguation). Not to be confused with Bedlington. Human settlement in EnglandBeddingtonBeddington Park in the London Borough of SuttonBeddingtonLocation within Greater LondonPopulation21,004 OS grid referenceTQ305655London boroughSuttonCeremonial countyGreater LondonRegionLondonCountryEnglandSovereign stateUnited KingdomPost townWallingtonPostcode districtSM6Post townCroydonPostcode districtCR0Dialli…

Journal of the History of Medicine and Allied SciencesDisciplineHistory of medicineLanguageEnglishEdited byChristopher CrennerPublication detailsHistory1946-presentPublisherOxford University PressFrequencyQuarterlyOpen accessHybridImpact factor0.714 (2011)Standard abbreviationsISO 4 (alt) · Bluebook (alt1 · alt2)NLM (alt) · MathSciNet (alt )ISO 4J. Hist. Med. Allied Sci.IndexingCODEN (alt · alt2) · JSTOR (alt) ·…

Questa voce o sezione sull'argomento scienza ha problemi di struttura e di organizzazione delle informazioni. Motivo: Voce ipertrofica (155 kB), come suggerito qui, l'enorme tabella sulle derivate potrebbe essere trasferita in una voce a sé, sono 45 kB solo quella, anche perché esistono diversi abbozzi in voci a sé stanti, basterebbe un veloce riassunto in questa pagina. Risistema la struttura espositiva, logica e/o bibliografica dei contenuti. Nella discussione puoi collaborare con altr…

In 2015, 251 million tubes of toothpaste were sold in the United States.[1] A single tube holds roughly 170 grams of toothpaste, so approximately 43 kilotonnes of toothpaste get washed into the water systems annually.[2] Toothpaste contains silver nanoparticles, also known as nanosilver or AgNPs, among other compounds.[2] Each tube of toothpaste contains approximately 91 mg of silver nanoparticles, with approximately 3.9 tonnes of silver nanoparticles entering the en…

This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: 1990 Georgia Tech vs. Virginia football game – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (November 2012) (Learn how and when to remove this message) College football gameConference game Georgia Tech Yellow Jackets Virginia Cavaliers (6–0–1) (7–0) 41 38 Hea…

Book by Orson Scott Card The Last Shadow First editionAuthorOrson Scott CardCover artistJohn HarrisLanguageEnglishSeriesEnder's Game seriesGenreScience fictionPublisherTor BooksPublication date16 November 2021Publication placeUnited StatesPreceded byChildren of the Mind, Shadows in Flight  The Last Shadow is a 2021 science fiction novel by American writer Orson Scott Card, part of his Ender's Game series. It links the Shadow Saga (the parallel companion series) back to the origina…

Rachmat Kartakusuma Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung bidang Politik dan KeamananMasa jabatan1978–1979PresidenSoehartoWakil PresidenAdam MalikPendahuluSarbiniPenggantiDjatikoesoemoSekretaris Jenderal Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional ke-1Masa jabatan1970–1978PresidenSoehartoWakil PresidenHamengkubuwana IXPenggantiAchmad WiranatakusumahKepala Staf Pertahanan dan Keamanan ke-1Masa jabatan1966–1969PresidenSoehartoPenggantiSoemitro Informasi pribadiLahir(1918-06-21)21 Juni 1918…

العلاقات البريطانية الباهاماسية المملكة المتحدة باهاماس   المملكة المتحدة   باهاماس تعديل مصدري - تعديل   العلاقات البريطانية الباهاماسية هي العلاقات الثنائية التي تجمع بين المملكة المتحدة وباهاماس.[1][2][3][4][5] مقارنة بين البلدين هذه مقارنة …

この項目に含まれる文字「」は、オペレーティングシステムやブラウザなどの環境により表示が異なります。 「Summer Madness」三代目 J Soul Brothers from EXILE TRIBE の シングル初出アルバム『THE JSB LEGACY』リリース 2015年7月8日 (2015-07-08)規格 コンパクトディスクデジタル・ダウンロード録音 2015年DCH STUDIO(東京都渋谷区)ジャンル EDMJ-POP時間 4分37秒レーベル rhythm zone作詞・作…

Sporting arena in New Zealand Westpac Centre redirects here. For the Melbourne-based sports centre, see Melbourne Sports and Entertainment Centre. This article needs additional citations for verification. Please help improve this article by adding citations to reliable sources. Unsourced material may be challenged and removed.Find sources: Wolfbrook Arena – news · newspapers · books · scholar · JSTOR (March 2021) (Learn how and when to remove this message…

Scharnhorst-class battleship of Nazi Germany's Kriegsmarine For other ships of the same name, see Scharnhorst. Scharnhorst History Nazi Germany NameScharnhorst NamesakeGerhard Johann von Scharnhorst (1755–1813)[1] BuilderKriegsmarinewerft Wilhelmshaven Laid down15 June 1935 Launched3 October 1936 Commissioned7 January 1939 MottoScharnhorst immer voran (Scharnhorst ever onward)[2] FateSunk at 72°16′N 28°41′E / 72.267°N 28.683°E / 72.267; 28.683 th…