Kencur
Kencur[2] atau cikur[3] (Kaempferia galanga) adalah tanaman yang mempunyai akar batang yang tertanam di dalam tanah, biasa dipakai untuk bahan rempah-rempah dan ramuan obat;[2][3] Bagian tanaman kencur yang sering digunakan adalah rimpang, akar dan daun.[4] Selain itu, tanaman ini merupakan salah satu jenis empon-empon/tanaman obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan. Nama lainnya adalah cekur (Malaysia) dan pro hom (Thailand). Dalam pustaka internasional (bahasa Inggris) kerap terjadi kekacauan dengan menyebut kencur sebagai lesser galangal (Alpinia officinarum) maupun zedoary (temu putih), yang sebetulnya spesies yang berbeda dan bukan merupakan rempah pengganti. Terdapat pula kerabat dekat kencur yang biasa ditanam di pekarangan sebagai tanaman obat, temu rapet (K. rotunda Jacq.), tetapi mudah dibedakan dari daunnya. Nama kencur dipinjam dari bahasa Sanskerta, kachora, कचोर, yang berarti temu putih (Curcuma zedoaria).[5] GambaranKencur merupakan temu kecil yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Jumlah helaian daun kencur tidak lebih dari 2-3 lembar (jarang 5) dengan susunan berhadapan, tumbuh menggeletak di atas permukaan tanah. Bunga majemuk tersusun setengah duduk dengan kuntum bunga berjumlah antara 4 sampai 12 buah, bibir bunga (labellum) berwarna lembayung dengan warna putih lebih dominan.[6] Tumbuhan ini tumbuh baik pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang cukup sinar matahari, tidak terlalu basah dan setengah ternaungi. Penyebaran dan etnobotaniKaempferia galanga kemungkinan berasal dari India, di mana ia tersebar luas. Tanaman ini dibudidayakan secara meluas di Asia Tenggara, Cina selatan, Nusantara hingga Maluku; dan kemungkinan pula diintroduksi ke Australia utara.[6] Kencur (nama bahasa Jawa dan bahasa Indonesia) dikenal di berbagai tempat dengan nama yang berbeda-beda: cikur (bahasa Sunda); ceuko (bahasa Aceh); kaciwer (bahasa Karo); kencor (Madura); cekuh (bahasa Bali); Sekuh atau Sekur (bahasa Sasak), kencur, sukung (bahasa Melayu Manado); asauli, sauleh, soul, umpa (bahasa-bahasa di Maluku); serta cekir (Sumba). Berbagai masakan tradisional Indonesia dan jamu menggunakan kencur sebagai bagian resepnya. Kencur dipakai orang sebagai tonikum dengan khasiat menambah nafsu makan sehingga sering diberikan kepada anak-anak. Jamu beras kencur sangat populer sebagai minuman penyegar pula. Di Bali, urap dibuat dengan menggunakan daun kencur. Ungkapan "masih bau kencur" berarti "masih belum berpengalaman". Komposisi KimiaKencur (K. galanga) ini memiliki kandungan utama antara lain ethyl-p-methoxycinnamate (31.77%), methylcinnamate (23.23%), carvone (11.13%), eucalyptol (9.59%) dan pentadecane (6.41%). Ekstrak tanaman dilaporkan memiliki efek antinflamasi, analgetik, antidiare, antibakteri, sedatif, sitotoksik, insektisidal, antihelmint,dan antioksidan.[4] Komposisi kimia rimpang:[7]
ManfaatKencur tidak hanya digunakan sebagai bumbu masak tetapi tanaman ini merupakan salah satu tanaman Indonesia yang memiliki khasiat obat. di mana merupakan tanaman herbal yang memiliki khasiat obat dianggap lebih aman, lebih efektif, dan memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan kimia. Pada beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa kencur memiliki aktivitas seperti antijamur, antiinflamasi, dan antibakteri.[8] Selain itu, berdasarkan hasil review secara tradisonal tanaman ini sering pula digunakan untuk pengobatan diare, migrain dan meningkatkan energi, dan mengatasi kelelahan. Rimpang K. galanga selama ini digunakan oleh untuk menghilangkan sakit gigi, sakit perut, pembengkakan pada otot dan rematik. Bahkan di Thailand, K.Galanga ini secara luas digunakan untuk pengobatan hipertensi, asma, rematik, gagngguan pencernaan, demam, sakit kepala dan mengurangi rasa nyeri abdomen.[4] Secara etnobotani kencur digunakan sebagai obat ekspektorat, karminatif, obat batuk, rematik, dan anti kanker, kolera,vasorelaksasi, anti mikroba, antioksidan, anti alergi penyembuhan luka. Sedangkan secara bioaktivitasnya membuktikan aktivitas tanaman ini sebagai anti kanker, anti oksidan, anti inflamasi, analgesik dan anti bakteri.[9] Hal ini membuktikan bahwa tanaman kencur memiliki berbagai manfaat. BudidayaKencur dapat tumbuh secara optimal memerlukan lahan dengan agroklimat yang sesuai. Agroklimat yang baik untuk budidaya kencur adalah iklim tipe A, B dan C (Schmidt & Ferguson), ketinggian tempat 50–600 m dpl., temperatur rata-rata tahunan 25-30OC, jumlah bulan basah 5-9 bulan per tahun dan bulan kering 5-6 bulan, curah hujan 2.500-4.000 mm/th, intensitas cahaya matahari penuh (100%) atau ternaungi sampai 25-30% hingga tanaman berumur 6 bulan, drainase tanah baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, kemiringan lahan <3%, dengan jenis tanah latosol, regosol, asosiasi antara latosol-andosol, regosol-latosol serta regosol-litosol,danpH tanah 5,5-6,5. Jika kemasaman tanah 4,5-5,0 tambahkan kapur pertanian (kaptan/dolomit)1-2 ton/ha untuk meningkatkan pH sampai 145, 5-6, 5. Disamping itu, lahan juga harus bebas dari penyakit terutama bakteri layu. Untuk memperoleh kencur yang unggul diperlukan beberapa tahapan dalam membudidayakannya, antara lain yaitu:
Catatan kaki
Lihat pulaPranala luar
|