Lengkuas, laos atau kelawas (bahasa Karo) (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Lengkuas adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak ditanam di Asia, seperti India, Arab, Cina, Sri Lanka, dan Indonesia.[3] Umumnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan, sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah lengkuas merah.
Lengkuas dapat tumbuh di tempat yang terbuka; di bawah sinar matahari penuh atau yang sedikit terlindung. Lengkuas dapat tumbuh dengan baik di tanah yang lembab dan gembur dan akan kesulitan tumbuh di tanah yang becek. Lengkuas tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia, lengkuas banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di semak belukar.[4]
Penamaan
Nama "lengkuas" berasal dari bahasa Melayu, yaitu lengkuas yang berakar dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia *laŋkuas dengan kata serumpun dalam bahasa Ilokano langkuás; Tagalog, Bikol, Kapampangan, Visayan, dan Manobo langkáuas atau langkáwas; Aklanon eangkawás; Kadazan Dusun hongkuas; Ida'an lengkuas; Ngaju Dayak langkuas; dan Iban engkuas.[5]
Lengkuas juga disebut sebagai laos dalam bahasa Jawa[6][7][8][9] dan laja dalam bahasa Sunda.
Asal
Lengkuas berasal dari Asia Tenggara. Pusat budidaya selama perdagangan rempah-rempah pada mulanya berlangsung di Jawa. Hingga kini, lengkuas masih dibudidayakan secara luas di Asia Tenggara, terutama di Kepulauan Sunda Besar dan Filipina. Budidayanya juga telah menyebar ke Asia Tenggara, terutama Thailand.[10]
Deskripsi
Lengkuas adalah tanaman yang dapat tumbuh hingga 3,5 cm, dengan rimpang bawah tanah dan akar adventif kecil. Tumbuhan rimpang terdiri dari batang, daun, bunga, buah, dan biji.
Batang
Lengkuas adalah terna tegak yang tingginya 2 m atau lebih. Batangnya yang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun.[2] Batangnya ini bertipe batang semu.[4]
Daun
Daunnya tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan tepinya rata. Ukurannya daunnya adalah: 25-50 cm × 7–15 cm. Pelepah daunnya berukuran 15–30 cm, beralur, dan berwarna hijau.[4]
Bunga
Perbungaannya majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga di bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan. Mahkota bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya putih, dan bawahnya berwarna hijau. Jumlah bunga di bagian bawah tandan lebih banyak dari pada di bagian atas, sehingga tandan tampak berbentuk piramida memanjang. Panjang bibir bunga 2,5 cm, berwarna putih dengan garis miring warna merah muda pada tiap sisi. Mahkota bunga yang masih kuncup, pada bagian ujungnya berwarna putih, sedangkan pangkalnya berwarna hijau.[4]
Buah
Buahnya termasuk buah buni, bulat, keras, dan hijau sewaktu muda, dan coklat apabila sudah tua. Umbinya ada yang berwarna putih, juga ada yang merah. Rimpang lengkuas merupakan rimpang yang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2–4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih atau kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih.[1]
Berdasarkan ukurannya, ada yang besar. juga ada yang kecil. Karenanya, dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan warna dan ukuran rimpangnya.[2] Rimpangnya ini merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar, dan pedas jika tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum banyak seratnya, panen dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5-4 bulan.[1] Apabila dikeringkan, rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Rasanya tajam pedas, menggigit, dan berbau harum karena kandungan minyak asirinya.[4]
Biji
Bijinya kecil-kecil, berbentuk lonjong, berwarna hitam.
Manfaat
Salah satu manfaat lengkuas adalah sebagai antifungi (antijamur). Lengkuas adalah tanaman obat yang mengandung antimikrobial diterpene dan eugenol yang mempunyai aktivitas antijamur. Secara tradisional dari sejak zaman dahulu kala, parutan rimpang lengkuas sering digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur, seperti panu, kurap, eksim, jerawat, koreng, bisul, dan sebagainya.[4]
Ekstrak lengkuas bersifat sistemik, mudah diserap akar tanaman, dan dibawa seluruh tubuh tanaman sampai masuk ke dalam jaringan daun. Lengkuas merupakan tanaman obat yang bersifat bakterisida dan fungsidal, yang memiliki kandungan 1% minyak asiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20%-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, ä-pinen, galangin, serta sesquiterpene, camphor, galangol, cadinene, dan hydrate hexahydrocadelene.[4]
Eugenol yang terdapat pada rimpang lengkuas (Alpinia galangal) dikenal memiliki efek sebagai antijamur Candida albicans. Salah satu efek obat dari eugenol adalah sebagai antiseptik lokal, sedangkan derivat dari eugenol dapat bekerja sebagai biosida dan antiseptik. Senyawa lain yang juga memiliki efek sebagai antijamur adalah diterpene. Penelitian yang dilakukan oleh Haraguchi, dkk. juga menyatakan bahwa senyawa diterpene yang diisolasi dari biji lengkuas dan diidentifikasi sebagai (E)-8 beta,17-epoxylabd-12-ene-15, 16-dial secara sinergis meningkatkan aktivitas antijamur.[4][11]
Selain sebagai antijamur, rimpang lengkuas efektif digunakan sebagai pengobatan terapi berbagai macam penyakit karena mengandung aktivitas antibakteri, antijamur, antiradang, antihepatotoksik, antioksidan, imunodulator, antiulseratif, antitumor, dan antialergi.[3]
^laos : galingale root, used medicinally and as a cooking spice. Sumber: Javanese-English Dictionary, Horne, 1974, #1968.
^laos : KN. naam van een medicinalen wortel, galanga-wortel JZ. II; vlg. de Clercq: Alpinia Galanga Sw., nat. fam. der Zingiberaceae. Zie ook tuju, en MR. I, 74. Sumber: Javaansch-Nederlandsch Handwoordenboek, Gericke en Roorda, 1901, #918.