Kopal merupakan getah (resin) aromatik yang dihasilkan oleh pohon kopal. Pohon ini merujuk pada beberapa spesies, seperti Protium copal, Hymenaea courbaril, Hymenaea verrucosa, Bursera coyucensis, Agathis dammara, dan sebagainya. Pohon kopal ditemukan di daerah tropis dan setiap spesies biasanya endemik di daerahnya. Hymenaea courbaril memiliki sebutan yang lebih khusus, yaitu pohon kopal Brazil,[1] sedangan Hymenaea verrucosa memiliki sebutan pohon kopal Zanzibar, dan Agathis dammara disebut pohon damar.
Kopal telah lama dikenal dalam kebudayaan Amerika Tengah, seperti Aztek dan Maya. Asal usul nama "kopal" berasal dari bahasa setempat yang berarti "dupa" atau "setanggi".
Kandungan kopal adalah asam-asam resinol, resin, dan minyak atsiri. Penggunaannya adalah sebagai bahan perekat pada penambal gigi dan plester, campuran lak dan vernis. Minyak kopal diperoleh dari penyulingan dan digunakan sebagai campuran parfum. Kopal sering dianggap sebagai atau dijadikan pengganti batu damar, dan dijadikan mata cincin.
Pohon Kopal
Protium copal dapat tumbuh setinggi 30 m dan memiliki daun panjang yang kasar.[2] Bagian dalam kayunya berwarna cokelat atau cokelat kemerahan. Kayunya memiliki resistensi rendah sehingga mudah diserang jamur dan rayap. Teksturnya bervariasi dari halus hingga cukup kasar. Pohon kopal ini termasuk dalam kelompok Angiospermae, sehingga bijinya ditutupi daging buah. Buahnya berukuran kecil (2–3 cm) dan bersifat lembut.[2]
Pohon damar (Agathis dammara) yang terdapat di Indonesia dapat tumbuh hingga mencapai 65 m. Diameter pohon ini dapat mencapai lebih dari 1,5 m. Daun berbentuk jorong, 6–8 × 2–3 cm, meruncing ke arah ujung yang membundar. Runjung serbuk sari masak 4–6 × 1,2–1,4 cm; runjung biji masak berbentuk bulat telur, 9–10,5 × 7,5–9,5 cm.
Pohon kopal merupakan komponen khas hutan tropis dan merupakan vegetasi khas pesisir Pasifik dari Sinaloa hingga ujung barat laut Amerika Selatan. Pohon ini hidup pada iklim tropis dari sub-humid (Aw0) hingga semi-dry (BS1).[3]
Protium copal ditemukan pada ketinggian kurang dari 600 m. Akan tetapi, terdapat kasus khusus di mana Protium copal ditemukan hingga ketinggian 2.000 m. Pohon ini endemik di daerah Meksiko dan Amerika Tengah. Spesies kopal lain yang endemik di Meksiko adalah Bursera coyucensis, tepatnya di dataran rendah barat Balsas, perbatasan negara bagian Guerrero dan Michoacan.[3] Kedua spesies ini berasal dari keluarga yang sama, yaitu Burseraceae.
Pohon kopal Brazil tersebar di Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan, sementara pohon kopal Zanzibar berasal dari Afrika Timur.
Di Indonesia, terdapat pohon endemik yang mampu menghasilkan kopal, yaitu damar (Agathis dammara). Damar menyebar di Maluku, Sulawesi, hingga Filipina. Kopal yang dihasilkan disebut sebagai “kopal Manila”. Selain Agathis dammara, terdapat Agathis lain, seperti Agathis australis yang menghasilkan kopal yang disebut “kopal Kauri”, serta beberapa Agathis lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia.
Laju Produksi
Produksi kopal per pohon dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas tempat tumbuh, umur pohon, kerapatan tegakan, sifat genetis, ketinggian tempat tumbuh, ketebalan kulit batang, diameter batang, topografi, kualitas tajuk, dan arah penyadapan.[4]
Aliran kopal saat penyadapan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis, kondisi dan tempat tumbuh, diameter pohon, jumlah pelukan dalam satu pohon, interval waktu pembaruan pelukan, waktu penyadapan, dan perlakuan pada permukaan luka sadap.[4] Pada pohon Agathis, diameter pohon berpengaruh signifikan terhadap hasil kopal di mana makin besar batang, maka makin tinggi produksi kopal.[4]
Damar (Agathis dammara) mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memproduksi kopal. Jenis damar yang berdaun tebal menghasilkan sedikit kopal.[4] Pohon yang mempunyai tajuk yang bagus dan besar umumnya menghasilkan banyak kopal. Damar yang berkulit tebal akan menghasilkan getah yang lebih banyak daripada damar berkulit tipis.[4] Hasil kopal rata-rata pohon berkulit tipis adalah 4,004 g/pohon sedangkan yang berkulit tebal adalah 35,542 g/pohon.[4]
Produk Utama
Bagi pohon kopal, getahnya tentu menjadi produk utama. Getah kopal dihasilkan oleh bagian batang pohon. Selain melalui batangnya, kopal juga dapat diperoleh dari kulit biji dan daun, tetapi proses ekstraksinya lebih sulit. Kopal memiliki karakter yang berbeda-beda, tergantung pohon yang menghasilkannya. Kopal dengan sifat keras dan berwarna kuning sawo merupakan versi kopal yang lebih murah. Kopal yang berwarna putih, keras, lengket, dan memiliki tekstus seperti susu memiliki harga yang lebih mahal. Kopal keras yang diambil dari pohon di Afrika memiliki sebutan anime, contohnya kopal yang dihasilkan oleh pohon kopal Zanzibar.
Kopal asli tidak akan larut dalam larutan kloralhidrat 80%, sementara getah lain akan terlarut. Varietas keras dan lunak dibedakan dengan perlakuan menggunakan air mendidih. Setelah satu setengah jam berada dalam air mendidih, kopal keras tidak akan menunjukkan perubahan, sementara kopal lunak menjadi buram dan seperti susu.
Departemen Perdagangan Indonesia pada tahun 1977 membagi kopal menjadi empat kelas berdasarkan kualitasnya, dimulai dari kelas I hingga kelas IV.
Kelas kopal berdasarkan Departemen Perdagangan Indonesia 1977
Sifat
Kualitas
I
II
III
IV
Warna
4
6
10
15
Kadar kotoran, %
3
5
7
12
Titik lunak, oC
85 - 124
85 - 125
85 - 125
85 - 125
Bilangan asam
100 - 145
100 - 145
100 - 145
100 -145
Perhutani membagi kualitas kopal menjadi Kualitas Utama (U) dan Kualitas Pertama (P).
Salah satu pemanfaatan getah kopal adalah sebagai pernis. Pernis merupakan suatu cairan yang komposisinya tersusun dari resin oil, pelarut, pigmen, bahan pengering, aditif, atau bahan tambahan yang apabila diaplikasikan pada suatu permukaan bahan dapat membentuk lapisan kering, keras, dan rekat pada permukaan.[6]
Di Indonesia, telah dilakukan percobaan pembuatan pernis menggunakan kopal Probolinggo dan kopal Sukabumi. Standar yang digunakan dalam menentukan kualitas pernis adalah standar ICI.
Analisis senyawa yang terkandung dalam kopal dilakukan terhadap kopal dari Bursera cuneata. Senyawa dibandingkan antara kopal kontrol B. cuneata (C), sampel berusia lima tahun (D), dan sampel yang diberi dua perlakuan berbeda (sampel C1 dengan melarutkannya dalam turpentin, sampel C2 dengan pemanasan pada 100oC selama sepuluh menit).
Beberapa senyawa yang ditemukan dalam sampel kontrol tidak terdapat dalam sampel berusia lima tahun, sehingga dapat dikatakan senyawa-senyawa tersebut terdegradasi.
Senyawa yang terdapat di dalam sampel kopal di antaranya verbenene, o-cymene, α-pinene, camphene, β-pinene, α-phallandrene, α-terpinene, limonene, γ-terpinene, α-terpinolene, verbenone, carvacrol, sabinol, 4-terpinol, carvacrol methyl ether, fenchyl acetate, cis-calamenene, dan isoledene.[8]
Sampel yang dipanaskan pada 100 oC selama 10 menit
Verbenene
v
o-Cymene
v
v
v
v
α-Pinene
v
v
Camphene
v
v
β-Pinene
v
v
α-Phellandrene
v
v
α-Terpinene
v
v
Limonene
v
v
v
v
γ-Terpinene
v
v
v
α-Terpinolene
v
v
v
v
Verbenone
v
Carvacrol
v
Sabinol
v
4-Terpineol
v
Carvacrol methyl ether
v
v
Fenchyl acetate
v
cis-Calamenene
v
Isoledene
v
trans-Caryophyllene
v
Hexanedioic acid, bis(2-ethylhexyl)ester
v
Tidak semua spesies pohon kopal memiliki komposisi getah yang sama, begitu pula dengan damar yang ada di Indonesia. Kajian metabolomik perlu dikembangkan untuk menganalisis metabolit-metabolit di dalam getah kopal. Dengan mengetahui struktur kimia dan biosintesis getah dalam pohon kopal, maka dapat dilakukan formulasi nutrisi untuk meningkatkan laju produksi kopal.
Galeri
Resin Agathis dammara
Orang tengah menyadap resin Agathis untuk memperoleh kopal. Di Luwu, Sulsel.
^Baynes TS. 1878. Animé, p In (ed), Encyclopædia Britannica, ed 9, vol 2. Charles Scribner's Sons, New York.
^ abHarris K. 2009. Trees of Belize. Bay Cedar Publishing, Belize.
^ abBiodiversity M. Aromatic Copals. https://www.biodiversidad.gob.mx/v_ingles/use/copales/copal_ingles.html. Accessed
^ abcdefIrawan WSB. 2007. Penyusunan Model Penduga Produksi Kopal (Agathis loranthifolia Salisb. di BKPH Senduro KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)Institut Pertanian Bogor, Bogor.