SigerSiger (bahasa Sunda: ᮞᮤᮌᮦᮁ, translit. sigeur) adalah perhiasan kepala khas Indonesia (yang lazimnya dikenakan oleh wanita) yang umumnya dibuat dari bahan logam (emas, perak, tembaga, kuningan, dsb), berbentuk melekuk dan terkadang menyerupai fauna (terutama kerbau dan burung), dan terkadang dihiasi dengan batu permata.[1] TerminologiIstilah "siger" secara etimologinya merupakan sebuah kata serapan dalam bahasa Indonesia yang diserap dari pengistilahan bahasa bahasa Sunda: ᮞᮤᮌᮦᮁ, translit. siger (atau terkadang juga dieja sebagai sigeur), yang memiliki arti "batas" atau "pemosisian", yang mana sejatinya merupakan sebuah kata kependekan dari ᮞᮤᮔᮦᮌᮦᮁ (sineger), yang memiliki arti "sangkar", "jalan", "pengurung"; merujuk kepada siger yang 'mengurung' kepala, istilah tersebut sejatinya juga merujuk kepada sistem kearifan lokal masyarakat etnis Sunda dan Baduy[2] yang menekankan kepada 'pengurungan' hawa nafsu duniawi (yang dimanifestasikan melalui pernikahan),[3] jadi secara umum siger dapat dimaknai sebagai simbolisasi untuk 'mengurung' atau mencegah hawa nafsu seksual sembarangan (melalui perkawinan yang sah).[4] Pengistilahan siger tersebut juga dapat ditemui dalam bahasa serumpunnya; yakni bahasa Jawa dan Bali (maupun Betawi), yang tentunya memiliki makna yang serupa. Dalam bahasa Jawa secara spesifik, ꦱꦶꦒꦼꦂ (siger) diturunkan dari istilah ꦱꦶꦤꦼꦁꦏꦼꦂ (sinengker) yang memiliki makna harfiah "tersembunyi", "tertutup", atau "rahasia" (pengistilahan untuk keris juga berhubungan dengan istilah ini),[5] hal tersebut juga menjadikan siger terkadang dieja juga sebagai ꦱꦶꦁꦏꦼꦂ (singker) oleh masyarakat etnis Jawa, yang menariknya memiliki arti "sangkar" serupa dengan pengistilahan Sunda. Sedangkan, oleh masyarakat etnis Betawi lebih dikenali sebagai siangko dalam bahasa Betawi, yang juga memiliki makna serupa. Masyarakat etnis Lampung mengenalnya sebagai sigekh ataupun sigeh[6][7] dalam bahasa Lampung dan juga oleh masyarakat etnis Abung dikenali sebagai (sigokh) dalam bahasa Abung;[8] pemukiman masyarakat etnis Jawa di Lampung umumnya berkonsentrasi di Bandar Lampung dan Metro. Jenis sigerSecara umum, siger dikenakan dalam berbagai acara sakral yang menonjolkan segi kebudayaan, salah satunya yakni lazim digunakan dalam pertunjukan kebudayaan dan prosesi seremonial pernikahan.
Suku SundaSiger memiliki peranan bagi masyarakat etnis Sunda, utamanya dalam ritus pernikahan. Pakaian adat tradisional Sunda secara umum dikarakterisasi dengan penggunaan siger bagi kaum wanita,. Suku JawaPada masyarakat etnis Jawa, siger biasanya digunakan dalam pertunjukan kebudayaan (salah satunya dalam bentuk tarian) yang umumnya ditampilkan di wilayah atau kawasan keraton dan sekitarnya. Selain itu, siger juga kerap digunakan dalam adat maupun ritus pernikahan khas Jawa Timur; diantaranya adalah adat Malang Keprabon,[9] Malang Keputren,[10] Sidoarjo Putri Jenggolo,[11] Blitar Kartika Rukmi, Blitar Kresnayana, dan lain sebagainya.[12] Dalam bahasa Jawa dialek timur, istilah siger (atau terkadang juga dieja sebagai singker ataupun singkar) juga memiliki sinonim; diantaranya yakni jamang (ꦗꦩꦁ) ataupun jamaus (ꦗꦩꦲꦸꦱ꧀).[13] Suku BaliPada masyarakat etnis Bali, siger umumnya digunakan dalam pertunjukan tari-tarian, salah satunya yakni siger yang digunakan dalam tari Manuk Rawa yang memiliki karakteristik siger berbentuk burung air. Referensi
|