Kelat bahu adalah sejenis perhiasangelang yang dikenakan di lengan atas dekat bahu. Cara mengenakan kelat bahu adalah melingkari lengan menyerupai gelang tetapi di tarik ke atas hingga mendekati ketiak atau pangkal lengan, kelat bahu melingkari otot bisep dan trisep pada lengan manusia. Kelat bahu ditemukan dalam khazanah Indonesia, khususnya budaya Jawa, Sunda, dan Bali, dikenakan sebagai atribut busana pengantin ataupun busana penari.
Bahan
Aslinya kelat bahu dibuat dari logam mulia; emas atau perak yang diukir halus, kadang bertatahkan batu permata seperti intan atau batu mirah. Namun kini kelat bahu biasanya terbuat dari kuningan atau bahkan hanya lembaran kulit (sama dengan bahan wayang kulit) yang ditatah kerawangan (tembus berlubang) dan dicat emas.
Sejarah
Kelat bahu sudah dikenal ribuan tahun lalu sejak zaman Mesir Kuno. Kelat bahu juga dikenal dalam khazanah perhiasan Yunani Kuno, dan Romawi Kuno. Di Yunani kuno kelat bahu biasanya dikenakan oleh kaum laki-laki, dan memiliki makna kegagahan dan kepahlawanan. Akan tetapi kelat bahu diketahui juga dikenakan oleh perempuan.
Di Indonesia perhiasan kelat bahu sebenarnya merupakan warisan kesenian Hindu-Buddha masa klasik Indonesia, terutama pada masa Jawa kuno era Kerajaan Medang. Ukiran orang yang mengenakan perhiasan lengkap termasuk kelat bahu menandakan bahwa yang mengenakannya adalah dari kastaksatriya, orang kaya, bangsawan, atau keluarga kerajaan. Ukiran relief dan arca di candi Borobudur dan Prambanan menampilkan bangsawan atau dewa yang mengenakan kelat bahu.