Kayu manis
Kayu manis atau dengan nama ilmiah Cinnamomum ialah jenis pohon penghasil rempah-rempah. Di dalam kamus Biologi, Cinnamomum zeylanicum,[2] termasuk ke dalam jenis rempah-rempah yang dihasilkan dari kulit bagian dalam yang kering, yang amat beraroma, manis, dan pedas. Orang biasa menggunakan rempah-rempah dalam makanan yang dibakar manis, anggur panas dan juga dipakai untuk keperluan medis. Kayu manis adalah salah satu bumbu makanan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini digunakan di Mesir Kuno sekitar 5000 tahun yang lalu, dan disebutkan beberapa kali di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Kayu manis secara tradisional juga dijadikan sebagai suplemen untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu. Ramuan ini bisa bermanfaat untuk pengobatan penyakit radang sendi, kulit, jantung, dan perut kembung. Spesies penghasilBeberapa spesies kayu manis yang dijual di pasaran di antaranya:
Kulit manis Ceylon sering kali hanya menggunakan kulit bagian dalam yang lebih tipis, lebih memiliki kesegaran, kurang padat, lebih beraroma, dan lebih lembut dalam rasa daripada kasiavera. Kasiavera memiliki rasa yang lebih kuat (sering lebih pedas) daripada kulit manis Sri Lanka dan umumnya berwarna merah kecokelatan sedang hingga ringan, keras dan bertekstur kayu, serta lebih tebal (2–3 mm (0,079–0,12 inci) dan menggunakan seluruh lapisan kulitnya. Informasi dasarKayu manis adalah tumbuhan dengan genus Cinnamomum dan famili Lauraceae yang digunakan sebagai penghasil rempah-rempah. Rempah ini memiliki aroma yang kuat, bersifat hangat, dan rasa yang manis. Bagian kayu manis yang dapat dimanfaatkan adalah kulit kayu bagian dalam yang dipotong dengan ketebalan tertentu atau dalam bentuk bubuk kayu manis. Kulit kayu manis memiliki aroma khas yang wangi dan terasa manis sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penyedap rasa makanan atau kue, bahan pembuat sirup, dan rasa pedas sebagai penghangat tubuh. Selain itu, batang kayu manis juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti bahan bangunan, meubelair, dan kayu bakar.[3] Beberapa bahan kimia yang terkandung di dalam kayu manis yaitu minyak asiri eugenol, safrole, sinamaldehide, tanin, kalsium oksalat, damar, dan zat penyamak. Berbagai aplikasi kayu manis yaitu dapat dijadikan zat antimikroba, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah, kolesterol, dan memiliki senyawa rendah lemak. Senyawa eugenol dan sinamaldehid memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm. Minyak asiri dapat dijadikan antiseptik, membangkitkan selera atau menguatkan lambung (stomakik), serta memiliki efek untuk mengeluarkan angin (karminatif). Selain itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta gigi, penyegar bau sabun, deterjen, lotion parfum, dan cream. Dalam pengolahan bahan makanan dan minuman, minyak kayu manis digunakan sebagai pewangi atau peningkat cita rasa, di antaranya untuk minuman keras, minuman ringan (softdrink), agar-agar, kue, kembang gula, bumbu gulai, dan sup.[4] Persyaratan Tumbuh Kayu ManisPersyaratan tumbuh kayu manis yaitu sebagai berikut.[5] 1. Tinggi tempat Beberapa jenis kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian hingga 2.000 meter di atas permukaan laut (m dpl), namun C. burmanni akan berproduksi baik bila ditanam pada daerah dengan ketinggian 500 - 1.500 m dpl. Bila ditanam di daerah kurang dari 500 m dpl, tanaman akan tumbuh lebih cepat namun kualitas kulit kayunya rendah yaitu ketebalan kulit dan aromanya berkurang bila dibanding jika jika ditanam di daerah yang lebih tinggi. Untuk jenis C. zeylanicum, tumbuh baik pada ketinggaian antara 0–500 m dpl. 2. Iklim Kayu manis tumbuh baik didaerah yang beriklim tropis basah. Iklim tropis basah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Faktor iklim yang harus diperhatikan adalah: a) curah hujan, kayu manis menghendaki hujan yang merata sepanjang tahun dengan jumlah cukup yaitu sekitar 2.000-2.500 mm/tahun, jika curah hujan terlalu tinggi akan berpengaruh pada hasil rendemennya yang rendah; b) Suhu, kayu manis akan tumbuh baik pada suhu rata-rata 25 derajat celcius dengan batas maksimum 27 derajat celcius dan batas minimum 18 derajat celcius; c) Kelembaban, kayu manis akan tumbuh baik pada kelembaban 70-90%, semakin tinggi kelembaban, pertumbuhan tanaman akan semakin baik; dan d) Sinar matahari, akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman. Kayu manis memerlukan memerlukan sinar matahari sekitar 40-70%. 3. Keadaan tanah Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kayu manis adalah tanah yang banyak mengandung humus, remah, berpasir dan mudah menyerap air seperti latosol. Namun kayu manis juga dapat tumbuh pada jenis tanah andosol, podsolik merah kuning dan mediteran. Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk kayu manis adalah pH 5,0 - 6,5. PenyebaranDari berbagai jenis kayu manis, hanya empat jenis yang terkenal dalam perdagangan ekspor maupun lokal dan persebarannya yaitu sebaga berikut.[5] 1. Cinnamomum burmanni Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 600-1.500 m dpl dan banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 m, berdaun kecil dan kaku dengan pucuk berwarna merah. Kulit berwarna abu-abu dengan aroma khas dan rasanya manis, dan dipanen (berupa kulit batang dan ranting) setelah tanaman berumur 10 tahun dengan lingkar batangnya mencapai satu meter 2. Cinnamomum zeylanicum Jenis ini merupakan tanaman asli Srilanka (pulau Ceylon) yang tidak dapat tumbuh baik di Indonesia karena kualitas kulit kayu yang dihasilkan kurang baik (lebih tipis). Tanaman ini sangat cocok bila ditanam di dataran rendah sampai 500 m dpl. Tinggi tanaman mencapai 5–6 m dan bercabang. Panen dapat dilakukan pada umur 3 tahun, kulit kayu berwarna abu-abu. 3. Cinnamomum cassia Kayu manis dengan nama lain Cinnamomum aromaticum ini merupakan tanaman asli dari Myanmar dan banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah (Kebumen, Baturaden dan Purwokerto). Cinnamomum cassia punya karakter yang berbeda dengan Cinnamomum zeylanicum maupun Cinnamomum burmanni dengan pucuk berwarna hijau muda sampai hijau kemerahan dan tajuk berbentuk piramida. Kandungan asiri jenis ini lebih banyak pada kulit cabang dibanding kulit batang, ranting dan daun. 4. Cinnamomum cullilawan Kayu manis ini hanya dikenal di daerah Maluku (Ambon dan Pulau Seram). Kayunya termasuk jenis kayu lunak dan berwarna putih, dengan kulit batang dan akar mengandung minyak atsiri. Kulit batangnya berbau minyak kayu putih yang dalam perdagangan disebut dengan kulitlawan. Minyak kulit lawan umumnya dimanfaatkan untuk pengobatan sakit maag (gangguan pencernaan) dan penyakit kolera. Sampai saat ini minyak kulitlawan dijual dengan nama minyak lawang yang sering digunakan untuk obat gosok. Tanaman kayu manis telah menyebar ke hampir seluruh negara tropis. Di Indonesia, Cinnamomum burmannii banyak terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Jawab Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Maluku. Cinnamomun cassia banyak terdapat di Kebumen, Baturaden, dan Purwokerto. Cinnamomum cullilawan terdapat di Pulau Seram dan Ambon. Sedangkan, Cinnamomum zeylanicum terdapat di Pulau Ceylon (Sri Lanka). Hingga saat ini, Sri Lanka merupakan produsen kayu manis terbesar di dunia, disusul oleh Seychelles dan Republik Malagasy. Sementara itu, Cinnamomum cassia telah intensif dibudidayakan di Cina.[6] Potensi kayu manis di IndonesiaPotensi untuk mengembangkan usaha agribisnis kayu manis di Indonesia cukup besar mencakup hampir semua subsistem, baik pada subsistem agribisnis hulu maupun subsistem hilir. Sumber daya yang dimiliki Indonesia cukup memadai, seperti sumber daya alam (lahan yang sesuai), teknologi, tenaga ahli, plasma nutfah bahan tanaman, serta jumlah penduduk sehingga berpotensi untuk pemasaran kayu manis dalam negeri. Selain itu, juga didukung oleh sistem dan manajemen produksi yang efisien dan efektif. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen kayu manis bermutu nomor satu di dunia dengan daya saing yang cukup tinggi.[7] Ketersediaan lahan pegunungan di Indonesia terbentang sepanjang pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi dengan curah hujan yang memadai untuk tumbuh tanaman kayu manis. Potensi peningkatan produksi dan mutu kayu manis pada jangka menengah (sampai tahun 2015) yaitu dengan mengelola tanaman yang ada dengan baik (luas areal 130.000 ha) dan mengolahnya menjadi bentuk yang lebih hilir serta pertanaman organik. Pada jangka panjang (sampai tahun 2025) pengembangan dapat dilakukan pada daerah-daerah di luar daerah sentra, seperti Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Daerah yang mempunyai tanah subur, gembur dengan drainase yang baik serta kaya akan bahan organik seperti tanah-tanah andosol, latosol dan organosol. Tanaman ini menghendaki banyak hujan sepanjang tahun, tanpa musim kering panjang, dengan curah hujan berkisar antara 2.000-2.500 mm/tahun dan suhu harian berkisar antara 19-23,3 oC. Kesesuaian syarat tumbuh kayu manis yaitu sebagai berikut.[7]
Produk kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis, produk ini berupa potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk kayu manis sangat sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau dibersihkan dari kulit luar, lalu dibelah–belah menjadi berukuran lebar 3–4 cm. Selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama 2–3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah susut sekitar 50% artinya, kalau bobot sebelum dijemur sekitar 1 kg maka kayu manis kering harus berbobot 0,5 kg. Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi, kadar air tinggi diakibatkan oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu kulit dipengaruhi oleh kebersihan tempat penjemuran. Agar dapat menghasilkan mutu kulit yang baik, penjemuran sebaiknya dilakukan dibawah sinar matahari penuh.[4] Standar nasionalSyarat mutu kayu manis sesuai Standar Nasional Indonesia meliputi spesifikasi umum dan spesifikasi khusus. Spesifikasi umum meliputi:[4] 1. Uji fisika/mekanik: Pengikisan,warna, rasa. 2. Uji mikrobiologi: Serangga utuh mati, kadar jamur/kapang, kotoran mamalia, kotoran binatang lain. 3. Uji kimia: Kadar air, kadar abu, kadar pasir. 4. Cemaran: Bahan asing, cemaran serangga.
Spesifikasi khusus hanya meliputi kadar minyak atsiri yaitu sebagai berikut.
Kajian metabolomikBerbagai kajian metabolomik dari kayu manis yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut. Al-Dhubiab (2012) menyebutkan komponen kimia terbesar pada kayumanis adalah alkohol sinamat, kumarin, asam sinamat, sinamaldehid, antosinin dan minyak atsiri dengan kandungan gula, protein, lemak sederhana, pektin dan lainnya. Ervina dkk (2016) menyatakan bahwa hasil ekstraksi kulit batang Cinnamomum burmanii mengandung senyawa antioksidan utama berupa polifenol (tanin, flavonoid) dan minyak atsiri golongan fenol. Kandungan utama minyak atsiri kayu manis adalah senyawa sinamaldehida dan eugenol. Wang et al (2009) dalam Hasan (2011) menyebutkan bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung pada daun Cinnamomum burmanii adalah transsinamaldehid (60,17%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Identifikasi minyak atsiri batang C. burmannii dengan GC-MS dan LC-MS menemukan adanya senyawa utama sinamaldehid dan beberapa polifenol terutama proanthocyanidin dan epi-catechin (Shan B, 2007). Chen et al (2014) menemukan diantara 4 spesies cinnamon yaitu C. burmannii, C. verum, C. aromaticum, dan C. loureiroisemua ekstraknya memiliki manfaat kesehatan yang sama. Yang membedakannya C. burmannii memiliki rasa yang tidak terlalu pahit seperti C. cassia dan C. loureiroi. Tingkat kandungan senyawa aktif pada tumbuhan bisa berubah tergantung metode yang digunakan dalam proses ekstraksinya (Duguoa et al, 2007). Bandara et.al (2011) menyebutkan bahwa cinnamon memiliki kemampuan antimikroba, antifungi, antivirus, antioksidan, antitumor, penurun tekanan darah, kolesterol dan memiliki senyawa rendah lemak. Senyawa eugenol dan sinamaldehid memiliki potensi sebagai antibakteri dan antibiofilm (Niu C dan Gilbert ES, 2004). Penelitian Shan Bet al (2007) membuktikan kemampuan ekstrak kulit batang cinnamon melawan 5 jenis bakteri patogen yaitu Bacillus cereus, Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella anatum. Nisa dan Triastuti (2014) melaporkan sifat antibakteri ekstrak kayu manis terhadap E. coli dan S. aureus. Sedangkan penelitian Daker dkk (2013) menunjukkan ekstrak metanol kulit batang Cinnamomum burmannii Blume dengan senyawa utamanya trans-cinnamaldehyde (TCA) yang memiliki kemampuan menghambat proliferasi human NPC cell.[3] Pendekatan kuantitatif metabolik NMR dikembangkan untuk membedakan dua spesies kayu manis (Ceylon Cinnamon, Cinnamomum verum dan Chinese Cinnamon, Cinnamomum cassia) yang secara bergantian digunakan dalam produk makanan. Hasil analisis aksesi 10 kulit mengungkapkan untuk 9 metabolit sensorik kunci, dengan (E)-namnamaldehyde sebagai bentuk utama. Analisis data multivariat mengungkapkan untuk kehadiran utama eugenol dalam pengayaan (enrichment) C. verum versus asam lemak dalam C. cassia. Penelitian ini memberikan metabolit fingerprinting NMR pertama dari dua sumber daya kayu manis utama. Senyawa yang berhubungan dengan aroma dan rasa C. verum diidentifikasi dan diukur yang dapat digunakan sebagai penanda untuk otentikasi obat yang berharga ini. Wawasan baru tentang mediasi metabolit untuk efek antidiabetes C. verum juga disajikan.[8] Lihat pulaReferensi
|