Minyak inti kelapa sawit lebih jenuh dibanding minyak sawit dan titik leburnya lebih rendah, dengan komposisi yang mirip dengan minyak kelapa.[5] Kernel dalam istilah botani merupakan biji kelapa sawit.[2] Inti basah (dengan kelembapan berkisar 6%) kernel mengandung berkisar 47-50% minyak inti kelapa sawit.[6]
Pada suhu tinggi inti kelapa sawit dapat mengalami perubahan warna, sehingga minyaknya akan berwarna lebih gelap.[5] Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan yaitu sekitar 130 °C, suhu maksimum tersebut dibatasi untuk mencegah terlalu banyak inti yang berubah warna.[5]
Mutu minyak inti sawit sendiri tergantung pada mutu inti sawit.[5] Minyak inti sawit yang baik memiliki kadar asam lemak bebas yang rendah, dengan warna kuning pucat yang mudah dipucatkan.[5]
Produksi
Minyak inti sawit merupakan produk sampingan dari minyak sawit, dengan volume produksi 10-13% dari minyak sawit.[7] Sebagai minyak laurat, minyak inti kelapa sawit bersaing dengan minyak kelapa di pasar dunia dimana keduanya merupakan produk penting dalam produksi oleokimia, sabun, dan khususnya lemak nabati untuk pemanis buatan.[7] Beberapa tahun belakangan ini produksi dari minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit meningkat, pada 1993 produksi minyak inti kelapa sawit dari Malaysia meningkat sekitar 20% hampir mendekati 1 juta ton.[7] Minyak inti sawit dipasarkan melalui jaringan dari pabrik kelapa sawit (PKS), pabrik rafinasi, broker dan pedagang baik lokal maupun mancanegara, dan akhirnya sampai ke pabrik oleokimia ataupun pemanis buatan.[7]
Industri minyak laurat beberapa dekade terakhir berfokus pada peningkatan produksi dari minyak inti sawit.[7] Produksi dunia dari minyak inti sawit meningkat 9,0% per tahun dari 0,767 juta metrik ton pada 1984 sampai dengan 1.533 juta metrik ton pada 1992.[7] Melimpahnya produksi minyak inti sawit saat ini mengarah sebagai alternatif dari minyak kelapa untuk produksi sabun, oleokimia, dan khususnya produksi lemak nabati, karena sebelumnya hanya minyak kelapa yang menjadi bahan utama dalam industri tersebut.[7]
Produksi berkelanjutan
Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit dianggap sebagai penyebab utama dari deforestasi karena pengalihfungsian lahan hutan primer menjadi perkebunan kelapa sawit.[8] Untuk membantu mengawasi dan meminimalisasi dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit, pada 2008Roundtable on Sustainable Palm Oil mengembangkan kriteria lingkungan dan sosial yang mengatur kegiatan industri kelapa sawit yang berkelanjutan bagi perusahaan anggotanya.[8]
Produk olahan
Minyak inti kelapa sawit dan minyak kelapa merupakan sumber utama asam lemak rantai pendek, Produk kelapa sawit dapat dikelompokan menjadi:[5]
Bentuk olahan sebagai bahan makanan salah satunya sebagai pemberi rasa segar pada produk yang mengandung lemak cokelat, serta berbagai turunannya digunakan dalam pelapis perisacokelat.[2] Bentuk oleokimia pada industri ringan minyak kelapa sawit antara lain; diolah menjadi sabun, detergen, semir sepatu, lilin, dan tinta cetak.[5]
Nutrisi
Kandungan asam lemak di dalam minyak inti kelapa sawit yaitu:
^Murhadi dan Suharyono (2008). "TIHP-Vol 13-2-2". Kajian aktivitas antibakteri produk etanolisis dari campuran minyak inti sawit (Elaeis quineensis Jacq.) dan minyak biji mengkudu (Morinda citrifolia L.). Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. hlm. 47-58.
^ abcdefgMangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. (2008). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN979-420-523-0.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^ abcdefg(Inggris) Basiron, Yusuf; Amiruddin, Mohd Nasir Hj. (1994). Applewhite, Thomas H., ed. "The Marketing and Economics of Palm Kernel Oil". Proceedings of the World Conference on Lauric Oils: Sources, Processing, and Applications. Manila: AOCS Press: 15. ISBN0-935315-56-X.Parameter |authorformat= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |author-separator= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)