Istilah "kitabparakanonika" digunakan oleh para sarjana Barat untuk merujuk pada berbagai kitab di bagian-bagian akhir Tripitaka Pali milik Buddhisme Theravāda (lihat Deuterokanonika dan Apokrifa), biasanya merujuk pada kitab-kitab yang kadang-kadang dianggap termasuk dalam Khuddaka Nikāya.
Kitab-kitab yang dianggap sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya dalam edisi Burma dan Sri Lanka:
Suttasaṁgaha (disingkat. "Suttas"; "Ringkasan Sutta"), dimasukkan dalam edisi Burma 1888, kemudian dikeluarkan dalam edisi 1956
Nettipakaraṇa (disingkat "Ne" atau "Nett"; "Kitab Panduan")
Peṭakopadesa (disingkat "Pe" atau Peṭ"; "Instruksi Tipiṭaka")
Kitab yang dianggap sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya hanya dalam edisi Burma:
Suttasaṁgaha memuat teks-teks terpilih yang utamanya berasal dari berbagai diskursus dalam Tripitaka Pali. Kitab Nettipakaraṇa dan Peṭakopadesa merupakan pengantar ajaran-ajaran Buddhisme; kitab-kitab ini menyajikan metode-metode penafsiran yang menuntun pada pengetahuan tentang Dhamma Sejati (saddhamma). Kitab Milindapañhā, yang ditulis dengan gaya diskursus Pali, memuat dialog antara raja Indo-YunaniMenander (dalam bahasa Pali, Milinda) dan seorang biksu Thera Nāgasena, yang menjelaskan beberapa prinsip penting Buddhisme yang sering ditanyakan.
Istilah "parakanonika" juga terkadang diterapkan untuk kitab Pāṭimokkha, yang pada mulanya bukan merupakan bagian dari Tripitaka Pali, tetapi sebuah kitab komentar, tempat sebagian besar teksnya disematkan. Istilah lain dengan makna serupa termasuk "semikanonika" dan "kuasikanonika".
Sejarah
Kitab Suttasaṁgaha diyakini telah disusun di Anurādhapura, Sri Lanka.[1]
Di Burma, mungkin beberapa waktu setelah disahkannya kitab-kitab Abhidhamma Piṭaka (sekitar tahun 200 M), kitab parakanonika juga disahkan sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya.[2]
Kitab Suttasaṁgaha pernah dimasukkan dalam edisi Burmese Piṭakat Samuiṅ tahun 1888, tetapi dikeluarkan pada tahun 1956 dalam edisi Burmese Chaṭṭasaṅgāyana, mungkin karena dimasukkannya materi dari kitab-kitab komentar Pali pasca-kanonik ke dalam Suttasaṁgaha.[3] Naskah pengesahan dari Sidang Buddhis Kelima di Burma mencakup tiga kitab yang sama (Nettipakaraṇa, Peṭakopadesa, dan Milindapañha) sebagai bagian dari Tripitaka Pali.[4] Naskah Phayre Burma dari Canon, tertanggal 1841/2, menyertakan kitab Netti.[5]
Kitab Nettipakaraṇa, Peṭakopadesa, dan Milindapañha merupakan bagian dari Khuddaka Nikāya dari Tipitaka Pali yang disahkan di Burma, sedangkan Nettipakaraṇa dan Peṭakopadesa muncul dalam edisi cetak Sinhala di Sri Lanka.
Kepala sangha Burma dua abad lalu menganggap setidaknya Netti dan Peṭakopadesa merupakan kitab-kitab yang sahih sebagai kitab suci.[6] Seorang guru Burma modern, Rewata Dhamma, menggambarkan kitab-kitab tersebut sebagai pasca-kanonik.[7]
Dalam edisi umum yang dikenali dunia Buddhis modern, kitab Nettipakaraṇa, Peṭakopadesa, dan Milindapañha umumnya dianggap sebagai bagian dari Khuddaka Nikāya dalam Sutta Piṭaka.[8]