Gerakan Vipassanā, juga disebut Gerakan Meditasi Pandangan Terang (Insight Meditation Movement) dan Gerakan Vipassanā Amerika (di Amerika Serikat), mengacu pada sebuah tradisi Buddhisme TheravādaBurma modern yang mempromosikan "pandangan terang murni" (sukha-Vipassanā) untuk mencapai tingkat pemasuk-arus dan melestarikan ajaran Buddha,[1] yang memperoleh popularitas luas sejak tahun 1950-an, dan turunannya di Barat yang dipopulerkan sejak tahun 1970-an, sehingga memunculkan gerakan pehatian penuh yang lebih berorientasi pada jhāna (Pali) atau dhyana (Sanskerta).
Gerakan Vipassanā Burma berakar pada abad ke-19, ketika Buddhisme Theravāda mulai dipengaruhi oleh modernisme Barat,[2] dan beberapa biksu mencoba memulihkan praktik meditasi Buddhis di masa penjajahan Inggris. Berdasarkan pada kitab-kitab komentar, Ledi Sayadaw memopulerkan meditasi Vipassanā bagi umat awam, mengajarkan samatha, dan menekankan praktik satipaṭṭhāna untuk memperoleh Vipassanā (pandangan terang) terhadap tiga tanda keberadaan (tilakkhaṇa) sebagai cara utama untuk mencapai awal pencerahan dan menjadi seorang pemasuk arus (sotāpanna).
Pada abad ke-20, Metode ini dipopulerkan secara besar-besaran di negara-negara Theravāda tradisional oleh Mahasi Sayadaw, yang memperkenalkan "Metode Satipaṭṭhāna Burma Baru". Metode ini juga memperoleh banyak pengikut di Barat karena pengaruh orang-orang Barat yang mempelajari Vipassanā dari Mahasi Sayadaw, S. N. Goenka, dan guru-guru Burma lainnya. Beberapa juga belajar dengan guru-guru Buddhis dari Thailand, yang lebih kritis terhadap tradisi kitab komentar, dan menekankan praktik gabungan samatha dan Vipassanā.
Sebagian besar guru ini menggabungkan pendekatan Burma yang ketat dengan pendekatan Thailand, dan juga ide-ide serta praktik Buddhis dan non-Buddhis lainnya karena pelatihan mereka yang lebih luas dan pendekatan kritis mereka terhadap sumber-sumber Buddhis.[3] Sementara Metode Burma Baru secara ketat didasarkan pada tradisi Abhidhamma Theravāda dan kitab Visuddhimagga, guru-guru Barat cenderung mendasarkan praktik mereka juga pada pengalaman pribadi dan pada sutta yang mereka dekati dengan cara yang lebih kritis.
Perkembangan modernis Barat terkini, menurut beberapa pelajar nonmonastik Barat, adalah pemahaman bahwa jhāna, sebagaimana dijelaskan dalam teks-teks Nikāya, bukanlah suatu bentuk meditasi-konsentrasi, tetapi suatu pelatihan dalam kesadaran dan keseimbangan yang lebih tinggi, yang membentuk puncak dari jalan Buddhis.[4][5]
Gethin, Rupert (1992), The Buddhist Path to Awakening, OneWorld Publications
Gethin, Rupert (2004), "On the Practice of Buddhist Meditation According to the Pali Nikayas and Exegetical Sources", Buddhismus in Geschichte und Gegenwart, 9: 201–221
King, Winston L. (1992), Theravada Meditation.The Buddhist Transformation of Yoga, Motilall Banarsidass
McMahan, David L. (2008), The Making of Buddhist Modernism, Oxford University Press, ISBN9780195183276
Polak, Grzegorz (2011), Reexamining Jhana: Towards a Critical Reconstruction of Early Buddhist Soteriology, UMCS
Schmidt, Amy (2005), Dipa Ma: The Life & Legacy of a Buddhist Master, Blue Bridge Books