Stasiun Cianjur mulai dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di tahun 1882, lalu diresmikan pada 10 Mei 1883 bersamaan dengan pembukaan jalur kereta Sukabumi-Cianjur.[4] Stasiun Cianjur awalnya memiliki enam jalur, termasuk jalur menuju gudang di seberang stasiun. Karena sebagian besar kereta api lintas Jakarta–Bandung beroperasi melalui jalur Cikampek–Padalarang, maka jumlah jalur di stasiun ini berkurang menjadi tiga karena lalu lintas yang lengang.[3] Stasiun yang dibangun oleh Staatsspoorwegen kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI. Stasiun ini terletak pada ketinggian +439 m di atas permukaan laut walaupun letak ketinggian sebelumnya pernah tercantum +438,756 m.
Jalur kereta api Cianjur–Padalarang merupakan jalur semiaktif karena hanya lori, dresin, dan kereta inspeksi saja yang dapat melewati jalur ini. Stasiun-stasiun di jalur ini juga sempat diaktifkan lagi untuk menyambut kereta api Kian Santang yang rencananya dioperasikan Maret 2014, tetapi perjalanan reguler yang telah direncanakan ditiadakan pada 2015 karena permasalahan teknis prasarana yang dianggap tidak layak operasi.[5][6][7]
Direktorat Jenderal Perkeretaapian kemudian memutuskan untuk memperbaiki jalur kereta api lintas Cianjur–Padalarang, perbaikan meliputi penggantian bantalan yang semula besi menjadi beton serta penggantian batang rel yang semula 33/42 kg/m (R33/R42) menjadi 54 kg/meter (R54) agar dapat dilintasi oleh lokomotif besar dan berat.[8] Untuk tahap pertama, jalur yang diperbaiki adalah ruas Cianjur–Ciranjang. Uji coba jalur tersebut telah dilaksanakan pada 22–24 Juli 2019.[9][10]
Stasiun ini juga memiliki keunikan berupa diputarnya 3 lagu daerah yakni "Manuk Dadali", "Karatagan Pahlawan" dan "Ayun Ayun Ambing" setiap kedatangan/keberangkatan Kereta
Stasiun ini sempat vakum hingga peluncuran kereta api Siliwangi pada 8 Februari 2014 lintas Sukabumi–Cianjur.[11]
Jalur kereta api Jonggol–Cianjur
Pada awal dekade 1990-an, Departemen Perhubungan pernah merencanakan pembangunan rel cabang dari Cianjur ke Jonggol terhubung langsung dengan jaringan rel lingkar luar Jabodetabek dari Parungpanjang sampai Sungai Lagoa melewati Citayam dan Cikarang. Salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi beban kemacetan di sekitar Jonggol. Krisis finansial Asia 1997 membuat rencana ini berhenti di tengah jalan dan belum terealisasi sampai sekarang.[12]
Bangunan dan tata letak
Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus.
Untuk melihat daftar stasiun secara lengkap, dapat mengklik "(Kategori/Daftar)" pada masing-masing daerah atau pranala artikel. Templat ini meringkas daftar stasiun yang dioperasikan oleh KAI (hanya stasiun utama yang diswakelola oleh perusahaan induk) dan operator KA lainnya (hanya pranala).