Pidato atau kotbah Stefanus di depan mahkamah Sanhedrin adalah pembelaan iman seperti yang diberitakan oleh Kristus dan para rasul. Stefanus merupakan pelopor bagi semua orang yang membela iman alkitabiah terhadap mereka yang menentang atau memutarbalikkan ajaran Kristiani, dan dialah syahid yang pertama karena alasan itu. Yesus membenarkan tindakan Stefanus dengan menghormatinya di hadapan Allah Bapa di sorga (lihat Kisah Para Rasul 7:55).[3]
Kasih Stefanus akan kebenaran serta kesediaannya untuk mengorbankan hidupnya guna mempertahankan kebenaran itu sangat bertentangan dengan mereka yang kurang perhatikan untuk "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yudas 1:3) dan mereka yang atas nama kasih, hubungan baik, dan toleransi, tidak merasa perlu untuk menentang para guru palsu dan pemutar balik kemurnian Injil hasil karya kematian Kristus (lihat Galatia 1:9).[3]
Lawan-lawan Stefanus memandang pemberitaannya menantang dua pilar kesalehan dalam Yudaisme abad pertama: hukum dan Bait Suci (Kisah 6:11, 13–14). Stefanus diminta menjawab tuduhan-tuduhan itu, bukan sebagai seseorang yang membela diri sendiri tetapi sebagai saksi bagi Injil (Lukas 21:13). Ia mengungkap kepalsuan tuduhan tersebut dengan menegaskan kesetiaannya pada hukum Allah dan ibadah sejati, tetapi lebih penting, ia menyatakan bagaimana upaya agamawi, dalam hal ini Yudaisme abad pertama, merupakan penghalang bagi pengetahuan sejati mengenai sarana keselamatan Allah, Mesias.[4]
Stefanus, seperti seorang jurutulis bijaksana yang mengajarkan mengenai Kerajaan (Sorga), mengeluarkan harta yang lama dan baru. Sering dikatakan bahwa pidato ini tidak benar-benar menjawab tuduhan yang disampaikan kepadanya, tetapi pembacaan yang cermat dapat melihat bahwa dari awal sampai akhir pidato itu telah secara implisit membantah tuduhan menghina Allah dan hukum-Nya.[5] Namun, perkataan Stefanus ini, dari pengamatan Ellicott, belum selesai ketika terputus oleh kemarahan para hadirin (Kisah 7:51), dan ketidaklengkapannya itu menyulitkan pemahaman argumentasinya karena tidak diketahui seberapa jauh yang akan disampaikan, meskipun juga merupakan bukti tidak langsung bahwa catatan ini sungguh benar, sekalipun tidak harus dianggap rekaman kata-demi-kata.[6][7]
Sinopsis
Stefanus menyampaikan pandangannya mengenai sejarah Israel, yang dimulainya dengan "Allah yang Mahamulia" (God of glory) menampakkan diri kepada Abraham di Mesopotamia, dengan demikian menata pidatonya sejak awal dengan tema utamanya: bahwa Allah tidak diam hanya pada satu gedung tertentu (maksudnya Bait Suci).[8] Kemudian, Stefanus mengulangi kisah kehidupan para leluhur Israel, lebih mendalam terutama untuk: Abraham, Yusuf dan Musa. Untuk Musa ia memberikan ulasan paling detail, termasuk penampakan Allah dalam "semak duri berapi" (Kisah 7:30–32), yang mengilhami Musa untuk memimpin umatnya keluar dari Mesir. Namun, bangsa Israel berpaling kepada dewa-dewa atau ilah-ilah lain (Kisah 7:39–43). Ini merupakan tema utama kedua dalam pidato Stefanus, yaitu ketidaktaan Israel kepada Allah.[8] Dua tuduhan kepada Stefanus: bahwa ia menyatakan Yesus akan menghancurkan Bait Suci di Yerusalem, dan bahwa Ia akan mengganti tradisi hukum Musa, dijawabnya melalui dua tema penting itu, terutama dengan penekanan pada penggunaan Kitab Suci untuk membuktikan bahwa hukum-hukum Musa tidak disesatkan oleh Yesus melainkan bahkan digenapi-Nya.[9] Ia mencela para pendengarnya sebagai orang-orang yang "tegar tengkuk", yang seperti kelakuan para nenek moyang mereka, menantang Roh Kudus, bahkan menganiaya dan membunuh para nabi yang diutus untuk "memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya."(Kisah 7:51–53) Sampai di sini, pidato Stefanus terpotong karena ia diseret ke luar tembok Yerusalem dan dirajam sampai mati.[8]
Sumber
Kedekatan Lukas dengan Paulus dan penyebutan namanya di antara para penuduh Stefanus, mengindikasikan kuat bahwa laporan pidato tersebut berasal dari kesaksian Paulus. Ini juga didukung oleh sejumlah kemiripan yang mencengangkan antara pidato Stefanus dan ajaran Paulus yang kemudian (bandingkan Kisah 7:53, Galatia 3:19; Kisah 7:48, Kisah 17:24).[6]
Ayat 2
Jawab Stefanus: "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, (TB)[10]
qui ait viri fratres et patres audite Deus gloriae apparuit patri nostro Abraham cum esset in Mesopotamiam priusquam moraretur in Charram
Ayat 2 catatan
"Hai, saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah!": Stefanus memulai pidatonya dengan penuh hormat (bahasa Yunani: Ἄνδρες ἀδελφοὶ καὶ πατέρες, Andresadelfoikaipateres; "Orang-orang (laki-laki yang adalah) saudara-saudara dan bapa-bapa"; bahasa Inggris: Men, brothers and fathers; sama dengan sebutan yang digunakan oleh Paulus di depan orang-orang Yahudi pada Kisah 22:1), tapi tegas (bahasa Yunani: ἀκούσατε, akousate; bahasa Inggris: hearken! atau listen!; "dengarlah!"; Kisah 2:22; 3:22–23; Ulangan 18:15–16, 19).[4]
"Allah yang Mahamulia": (bahasa Yunani: Ὁ θεὸς τῆς δόξης, o theos tēs doxēs; bahasa Inggris: The God of glory) Bukan suatu istilah yang umum dipakai (lihat Mazmur 29:3), tetapi mungkin sengaja dipilih sebagai pembuka pidato ini yang membahas beberapa tahapan manisfestasi Diri Allah dan istilah ini diterapkan (lihat Yohanes 1:14) kepada Firman yang menjelma; “kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa.”[12]
"Mesopotamia": digunakan dalam versi LXX (terjemahan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani kuno pada abad ke-3 SM) untuk nama Ibrani "Aram-Naharaim", "Siria di antara dua sungai"; “Syria of the two rivers” (Kejadian 24:10; Ulangan 23:4; Hakim–hakim 3:8), dan, secara kurang akurat, untuk "Padan-Aram" dalam Kejadian 25:20; Kejadian 28:2; Kejadian 28:5–6; yang tetap dipertahankan nama Ibraninya dalam versi Terjemahan Baru.
"Sebelum ia menetap di Haran": "ia" merujuk kepada "Abraham", mengutip dari Kejadian 11:31, karena tertulis di sana bahwa Abraham dan keluarganya pergi dari Ur "ke tanah Kanaan" yang memastikan bahwa penampakan Allah kepada Abraham telah terjadi sebelum mereka meninggalkan Ur, dan menjadi penyebab keberangkatan itu, dan hal ini juga dipastikan oleh Kejadian 15:7; Nehemia 9:7; and Yosefus[13] Lebih lanjut, bahasa pemanggilan pada Kejadian 12:1 menunjukkan jelas bahwa perkataan itu diberikan ketika Abraham masih tinggal di tanah asalnya (di "negeri"nya), di antara "sanak saudara"nya, dan di dalam "rumah bapa"nya, yaitu di Ur, bukan di Haran, di mana mereka hanya menetap sementara waktu.[14]
Ayat 3
Dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. (TB)[15]
Bagian καὶ ἐκ τοῦ οἴκου τοῦ πατρός σου, "dan dari rumah bapamu", tidak dikutip, mengindikasikan perintah ini diberikan ketika masih di Ur, di mana kemudian Terah, ayah Abraham, turut pindah keluar dari Ur ke Haran (berarti Abraham masih di rumah bapanya).[17] Baru setelah di Haran ada perintah untuk pergi "dari rumah bapamu", dan Abraham meninggalkan Haran, setelah kematian Terah, untuk pindah ke Kanaan hanya dengan Sarai dan Lot.[17] Bengel berpendapat bahwa bagian sanak-saudara Abraham yang lebih tua (kerabat Terah) tetap tinggal di Mesopotamia (Ur Kasdim), bagian sanak-saudara yang lebih muda (saudara laki-lakinya, Nahor, beserta keluarga) menetap di Haran, sedangkan sanak-saudara yang mengikuti Abraham (yaitu Lot) bersamanya dengan sukarela, bukan atas perintah Allah yang khusus hanya untuk Abraham, dan kalaupun Lot tidak mau ikut, Abraham tetap harus pergi ke Kanaan (bandingkan Kejadian 11:31; Kejadian 24:4 di mana Abraham menyuruh hambanya ke negeri asalnya (Mesopotamia) dan ke kerabatnya, yaitu mereka yang masih tinggal di Mesopotamia, baik Haran di Padan Aram (keluarga Nahor) maupun Ur Kasdim di Aram Naharaim/Aram Mesopotamia).[17]
"Pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu": diterjemahkan dari bahasa Yunani: δεῦρο εἰς γῆν ἣν ἄν σοι δείξω, deuro eis gēn ēn an soi deixō, yang secara harfiah berarti: "datanglah ke_dalam negeri yang manapun kepadamu Ku-tunjukkan". Frasa ἣν ἂν, ēnan, "manapun" (bahasa Inggris: whichsoever; dalam Terjemahan Baru tidak diterjemahkan) menunjukkan bahwa Abraham "berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui" (Ibrani 11:8).[17]
Ayat 4
Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Allah menyuruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang; (TB)[18]
"Pindah dari situ ke tanah ini": Baru setelah kematian Terah, Abraham berangkat dari Haran ke Kanaan.[21] Informasi ini juga ditemukan dalam tulisan Filo, komentator Yahudi abad ke-1 M.[22]
"Tempat kamu diam sekarang": pada Codex Bezae (D) ada tambahan "dan bapa-bapa kita yang sebelum kita".[21]
Ayat 5
Dan di situ Allah tidak memberikan milik pusaka kepadanya, bahkan setapak tanahpun tidak, tetapi Ia berjanji akan memberikan tanah itu kepadanya menjadi kepunyaannya dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia tidak mempunyai anak. (TB)[23]
"Tidak memberikan milik pusaka kepadanya": Abraham hidup sebagai pengembara, dan teks ini bermakna bahwa ia tidak menerima dari Allah suatu kepemilikan atau tempat tinggal permanen di tanah itu, sedangkan satu-satunya bidang tanah yang "dibelinya" dari putra-putra orang Het adalah untuk tempat penguburan (Kejadian 23:9–17), dan inipun bukan pemberian dari Allah, serta bukan untuk "tempat tinggal",[24] sehingga tidak terhitung sebagai "milik pusaka".[25]
"Bahkan setapak tanahpun tidak": merupakan ekspresi kiasan yang menunjukkan tegas, bahwa ia tidak mempunyai tanah, Ulangan 2:5.[25]
"Akan memberikan tanah itu kepadanya": seperti Kejadian 13:15, Abraham sendiri tidak memiliki tanah itu; dan janji itu sama saja dengan mengatakan akan diberikan kepada keluarga Abraham, atau keturunannya, meskipun ia bertahun-tahun menetap di sana (Kejadian 13, dst).[25]
"Walaupun pada waktu itu ia tidak mempunyai anak": Ketika tidak ada kemungkinan secara manusiawi bahwa ia akan mempunyai keturunan, bandingkan Kejadian 15:2–3; Kejadian 18:11–12, ini merupakan contoh kuat mengenai iman Abraham, yang "sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya" (Roma 4:18).[25]
Ayat 6
Beginilah firman Allah, yaitu bahwa keturunannya akan menjadi pendatang di negeri asing dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya empat ratus tahun lamanya. (TB)[26]
Mayat mereka dipindahkan ke Sikhem dan diletakkan di dalam kuburan yang telah dibeli Abraham dengan sejumlah uang perak dari anak-anak Hemor di Sikhem. (TB)[27]
"Mayat mereka dipindahkan ke Sikhem dan diletakkan di dalam kuburan": Kedua belas putra Yakub, para leluhur suku-suku Israel, menurut catatan Hieronimus (=Jerome), dikuburkan di Sikhem,[28] dan didukung oleh tradisi Samaria.[29][30]
"Yang dibeli Abraham dengan sejumlah uang perak": menurut Archer, mengacu kepada tradisi lisan Yahudi yang dikutip oleh Stefanus bahwa Abraham asalnya membeli sebidang tanah di Sikhem dari leluhur "anak-anak Hemor" ketika ia pertama kali menetap di sana (Kejadian 12:6) dengan uang perak (seperti cara ia membeli kuburan Gua Makhpela dari Efron bin Zohar, orang Het, di Hebron; Kejadian 23:16) dan Yakub kemudian membeli tanah itu lagi, yang tidak terurus semenjak matinya Abraham, menggunakan uang "kesita" (Kejadian 33:19).[31]
"Anak-anak Hemor di Sikhem": Frasa "orang-orang Hemor, ayah Sikhem" juga disebutkan dalam Hakim–hakim 9:28. Dalam Kejadian 33:19 tercatat bahwa Yakub membeli "dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, sebidang tanah, tempat ia memasang kemahnya, dengan harga seratus kesita." dan dalam Yosua 24:32 tercatat bahwa "Tulang-tulang Yusuf, yang dibawa orang Israel dari Mesir, dikuburkan mereka di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka." Ini dikenang dalam catatan Injil Yohanes: Yesus sampai "ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf." (Yohanes 4:5).[21]
Kontroversi: sejumlah orang melihat kontradiksi dari perkataan Stefanus mengenai Abraham sebagai pembeli dan anak-anak Hemor sebagai penjual karena rupanya diambil dari dua bagian berbeda dalam Alkitab Ibrani. Namun, di sini terlihat kejujuran penulis Kisah Para Rasul dalam mencatat pidato itu apa adanya tanpa penambahan atau pengubahan, serta suatu contoh bagus mengenai kebiasaan midrasYudaisme yang menggunakan penyingkatan beberapa kisah terkait yang mirip menjadi satu pernyataan pendek (disebut "telescoping").[32][33] Gill melihat titik penyingkatan (telescoping) itu pada kata "dalam kuburan", yaitu "yang telah dibeli Abraham dengan sejumlah uang perak" dan dalam kuburan (yang dibeli oleh Yakub) "dari anak-anak Hemor" bapa Sikhem.” Jadi seluruh ayat itu dapat dijabarkan secara lengkap sebagai berikut:
"Mayat mereka dipindahkan ke Sikhem dan diletakkan di dalam kuburan yang telah dibeli Abraham dengan sejumlah uang perak, dan kuburan yang dibeli (oleh Yakub) dari anak-anak Hemor di Sikhem, di mana Yakub dikuburkan di kuburan yang dibeli oleh Abraham di Hebron, sedangkan Yusuf dan saudara-saudaranya dikuburkan di tanah yang dibeli oleh Yakub di Sikhem".[21]
Ayat 30
[Stefanus berkata:] "Dan sesudah empat puluh tahun tampaklah kepadanya seorang malaikat di padang gurun gunung Sinai di dalam nyala api yang keluar dari semak duri." (TB)[34]
[Stefanus berkata:] "Maka berpalinglah Allah dari mereka dan membiarkan mereka beribadah kepada bala tentara langit, seperti yang tertulis dalam kitab nabi-nabi: Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persembahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel?" (TB)[36]
Kata-kata Stefanus ini mencerminkan suatu prinsip yang teguh dalam Alkitab dan sejarah penebusan. Mereka yang bersikeras menyangkal Allah diserahkan kepada pengaruh kejahatan, Iblis, dan kedursilaan (bd. Roma 1:24,28). Bertentangan dengan ajaran populer, Allah tidak terus-menerus mengasihi dan mengampuni tanpa syarat. Ia hanya mengampuni dan menyampaikan kasih-Nya kepada mereka yang hatinya berbalik kepada-Nya dalam pertobatan yang sungguh-sungguh dan ketaatan yang sejati. Murka Allah saja yang menantikan orang yang mengeraskan hati, menentang Roh Kudus, dan menolak untuk menerima keselamatan Allah (Roma 2:4–6,8).[3]
"rumah-rumah Yerusalem dan rumah-rumah para raja Yehuda akan menjadi najis seperti tempat Tofet, yakni segala rumah yang di atas sotohnya orang membakar korban kepada segala tentara langit dan mempersembahkan korban curahan kepada allah lain."[37]
"Seperti tertulis dalam kitab nabi-nabi" mengutip dari Amos 5:25
Ayat 43
[Stefanus berkata:] "Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel." (TB)[38]
Tatkala kamu mengusung kemah Molekh dan Kiun, patungmu, bintang dewatamu, yang telah kamu perbuat akan dirimu.
Maka kamu juga akan Kupindahkan dengan tertawan jauh ke sebelah sana Damsyik, demikianlah firman Tuhan, yang bernama Allah semesta alam sekalian![39][40]
"Refan": nama bahasa Koptik untuk planet Saturnus (sebagaimana dipastikan oleh Kircher[41]), yang diagungkan oleh orang-orang Arab, Fenisia, dan Mesir kuno; terutama nama Arab planet ini, كيوان, kiuan, bersesuaian seluruhnya dengan nama Ibrani כִּיּוּן kiu-n;[42] dalam Amos 5:26Terjemahan Lama: "Kiun", sedangkan Terjemahan Baru: "Kewan".[39]
Ayat 55
Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. (TB)[43]
Alkitab pada umumnya menerangkan bahwa Yesus duduk di sebelah kanan Allah (Kis 2:34; Mr 14:62; Luk 22:69; Kol 3:1). Namun di sini Yesus berdiri untuk menyambut orang syahid-Nya yang pertama. Stefanus telah mengakui Kristus di hadapan sesama umat manusia dan mempertahankan imannya. Kini Kristus, sebagai penghormatan terhadap hamba-Nya, mengakuinya di hadapan Bapa Sorgawi. Bagi semua orang percaya setia yang menghampiri saat kematian, Juruselamat berdiri untuk menerima saudara selaku juru syafaat dan pengantara (bd. Mr 8:38; Luk 12:8; Rom 8:34; 1Yoh 2:1).[3]
Ayat 56
Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (TB)[44]
"Anak Manusia": Ini merupakan satu-satunya penggunaan pasti istilah tersebut di luar kitab-kitab Injil (Wahyu 1:14 merupakan kemungkinan penggunaan yang lain) di mana di kitab-kitab tersebut selalu ke luar dari perkataan Yesus untuk menyebut Diri-Nya (antara lain lihat Matius 8:20), dan karena pidato Stefanus disampaikan paling sedikit bertahun-tahun sebelum kitab-kitab Injil ditulis, dan dalam kerangka seluruh pidatonya, hal ini menyanggah teori bahwa istilah itu ditempatkan oleh sejarawan pada "mulut" Stefanus, sebab keberadaanya di sini merupakan bukti mendukung catatan Injil, mengingat gelar ini beberapa tahun kemudian, tanpa diketahui jelas alasannya, berhenti dipakai oleh para murid, padahal dikenal sebelumnya.[6] Berhubung disampaikan oleh Stefanus di hadapan Sanhedrin, ada penekanan khusus untuk mengingatkan mereka pada perkataan yang disampaikan oleh "Anak Manusia" itu sendiri (Matius 26:64), dan yang menurut pandangan tokoh-tokoh Yahudi merupakan pengulangan dari apa yang telah mereka kecam sebagai penghinaan terhadap Allah.[6]
"Berdiri di sebelah kanan Allah": Kata-kata Yesus sendiri (Matius 26:64), dan yang diikuti oleh Gereja sesudah itu (misalnya Efesus 1:20; Ibrani 8:1), umumnya berbicara mengenai Yesus "duduk di sebelah kanan Allah", dan kata "berdiri" di sini, menurut Ellicott, mempunyai signifikansi bahwa Yesus menampakkan diri dalam penglihatan Stefanus dengan sikap seseorang yang bangkit dari posisi duduk untuk menyambut seorang pengikut-Nya yang telah menunjukkan dirinya setia bahkan sampai mati dianiaya.[6]
Ayat 58
Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya.
Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. (TB)[45]
"Saulus": Paulus, yang nama Ibraninya, Saulus, hadir dan menyaksikan seluruh peristiwa itu, serta menyatakan persetujuannya (Kisah Para Rasul 8:1), sehingga para sarjana, antara lain Ellicott, meyakini bahwa dialah sumber informasi bagian Kisah Para Rasul mengenai Pidato dan Kematian Syahid Stefanus ini.[6]
Ayat 59
Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." (TB)[47]
"Tuhan Yesus" diterjemahkan dari bahasa Yunani: Κύριε Ἰησοῦ, Kurie Iesou (bahasa Inggris: Lord Jesus), suatu pengakuan Stefanus terhadap Nama Yesus.[17]Pulpit Commentary melihat perkataan Stefanus pada Kisah Para Rasul 7:59 ini sebagai 'pengakuan kuat keilahian Kristus: hanya Dia yang memberi roh (= nyawa) dapat menerimanya kembali, dan memeliharanya sampai kebangkitan.'[14]
Ayat 60
Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. (TB)[48]
Sebagaimana YesusKristus yang mengatakan doa sejenis sewaktu disalibkan sebelum wafatnya, Stefanus memintakan ampun untuk mereka yang membunuhnya.[49] Alexander MacLaren mencatat bahwa ayat ini memuat 'satu-satunya catatan panjang dalam Perjanjian Baru mengenai seorang Kristen yang mati syahid (dibandingkan catatan singkat kematian rasul Yakobus saudara Yohanes)'.[50]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN:9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN:9794159050.
^ abcdThe Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
^ abLarkin, Jr, William J. (2011). Osborne, Grant R., ed. Acts. IVP New Testament Commentary [IVPNTC]. IVP Academic. ISBN9780830840052.
Stephen's Speech (7:1-53); Stephen's Martyrdom (7:54-8:3)
^Para orator atau penulis yang kemudian yang membuat pidato seperti cara Herodotus dan Thucydides, akan memilih menjawab tuduhan lebih langsung. Catatan semacam ini menunjukkan kecermatan dan kejujuran penulis Kisah Para Rasul yang dapat dipercaya untuk pidato-pidato lain dalam kitab yang sama. Dikutip dari Ellicott's Bible Commentary for English Readers. Acts 7.
^ abcDavid J. Williams (1989), Acts (Understanding the Bible Commentary Series), Baker Books, Chapter 16, ISBN978-0-8010-4805-0.
^Yosefus, Flavius. Ant.,1. 7:1. Kutipan: Maka Abram (=Abraham), tidak mempunyai putra sendiri, mengadopsi Lot, putra saudara laki-lakinya Haran, dan saudara laki-laki istrinya Sarai; dan ia meninggalkan tanah Kasdim ketika ia berusia tujuh puluh lima tahun, dan atas perintah Allah pergi memasuki Kanaan, dan di sana ia sendiri tinggal, dan meninggalkannya kepada keturunannya.
^ abJoseph S. Exell; Henry Donald Maurice Spence-Jones (Editors). On "Acts 7". In: The Pulpit Commentary. 23 volumes. First publication: 1890. Diakses 24 April 2018. Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
^Plinius. De Urbibus, l. 6. c. 26. Kutipan: karena Babilon adalah kepala bangsa Kasdim --- bagian lain Mesopotamia dan Asyur disebut Babilonia. Dikutip dalam Gill's Exposition of the Entire Bible. Acts 7.
^Seder Olam Rabba, c. 1. p. 2. Ganz Tzemach David, par. 1. fol. 5. 2. Dikutip dalam Gill's Exposition of the Entire Bible. Acts 7.
^Filo, De Migratione Abrahami, p. 415. Kutipan: Saya pikir tidak ada orang yang tahu hukum (Taurat) tidak melihat bahwa Abraham, ketika ia pertama kali keluar dari tanah "Chaldea" (= Kasdim), menetap di "Charan" (=Haran); "tetapi ayahnya mati di sana", maka ia pindah dari sana. Dikutip dalam Gill's Exposition of the Entire Bible. Acts 7.
^Hieronimus, Epistol. 86, mengutip seorang peziarah wanita yang "datang ke Sikhem, sekarang disebut Neapolis (atau Nablous), dan dari sana mengunjungi makam kedua belas patriark" yang dikutip dalam dalam Pulpit Commentary, Acts 7; Hieronimus, 'De Optimo Genere Interpretandi. Hieronimus menulis bahwa "makam kedua belas patriark masih ada pada zamannya di Sikhem, dan biasa dikunjungi orang-orang asing" (Ep. ad Pammach. de opt. gen. int.), yang dikutip dalam Bengel's Gnomen, Acts 7.
^Palestine Exploration Report, Dec., 1877. Dikutip dalam Ellicott's Commentary for English Readers. Acts 7.
^Pulpit Commentary mengamati bahwa semua penulis Yahudi "sama sekali diam" tidak menulis apa-apa mengenai makam keduabelas patriark di Sikhem dan berpendapat kemungkinan karena kecemburan terhadap orang Samaria yang menguasai Sikhem (Lightfoot, vol. 8. p. 423), sementara Flavius Yosefus menulis bahwa Yusuf dikuburkan di Sikhem, tetapi sebelas patriark lainnya di Hebron ('Ant. Jud.,'2. 8:2), yang dikutip dalam Pulpit Commentary, Acts 7.
^Gleason Archer Encyclopedia of Bible Difficulties; James Attebury in The Bible, The Most Difficult Alleged Contradiction in the Bible, 10 September 2014.
^Bruce menjelaskan: "telescoping," conflating two very similar accounts into one. Telescoping was not an unusual phenomenon in the Land at the time. (Bruce, FF. The Book of Acts: New International Commentary on the New Testament (NICNT), pg 137, note 35).
^Flaccius Illyricus menjelaskan bacaan ini: “Stefanus tidak punya waktu untuk memaparkan banyak kisah sejarah satu per satu secara detail, karenanya, ia menyingkat menjadi satu: dua kuburan, dua tempat, dan dua pembelian yang berbeda, dengan cara sedemikian sehingga dalam kasus pembelian pertama, ia menyebut nama pembelinya dengan tepat, tanpa menyebut nama penjualnya, dan dalam kasus kedua yang terjadi kemudian, ia menyebut nama penjualnya dengan tepat, tanpa penyebut nama pembelinya; sehingga secara diameter menggabungkan keduanya dari 4 pihak yang bertransaksi: [dua pembeli, Abraham dan Yakub, dan dua penjual, Efron dan Hemor (Emmor atau Hamor). Stefanus mengambil Abraham, pembeli pertama, dan menggabungkan dengan Hemor, penjual kedua]. Jadi Abraham membeli sebidang tanah kuburan dari orang-orang Het di Hebron, Kejadian 23; Yakub dikuburkan di sana, Kejadian 49, 50; Yakub membeli sebidang tanah dari anak-anak Hemor di Sikhem, Kejadian 33; Yusuf dikuburkan di sana, Yosua 24. Di sini dapat dilihat jenis-jenis kontrak atau transaksi yang terjadi, dan bagaimana Stefanus menyingkat kedua pembelian ini menjadi satu.” Dikutip dalam Bengel's Gnomen, Acts 7.
^Terjemahan Baru (TB) yang mengikuti Teks Masoret memuat: Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yang telah kamu buat bagimu itu, dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan jauh ke seberang Damsyik," firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam.. Lihat catatan dalam Amos 5:26 untuk keterangan lebih lengkap mengenai perbedaan penerjemahan pada ayat tersebut.
^Kircher. Lingua Aeg. restituta, p. 49, 527. Dibuktikan dari the great Egyptian Scala. Dikutip dalam Meyer's Acts 7.
^Winer, Realw. II. p. 387, dan umumnya Müller dalam Herzog’s Encykl. xii. p. 738, di mana para penerjemah LXX menyatakannya sebagai Ῥεφάν, Refan, nama Koptik untuk Saturnus yang dikenal oleh mereka di Aleksandria, menurut Movers, Phönicier, I. p. 289 f., Müller, l.c. Dikutip dalam Meyer's Acts 7.
^Souvay, C. (1912). "St. Stephen". In The Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. Vol. 14. Nihil Obstat. July 1, 1912; dari New Advent. Kutipan: "Relikwi [St. Stefanus] kemudian ...dibawa...ke basilika yang didirikan oleh Eudocia di luar Gerbang Damaskus, pada tempat di mana, menurut tradisi, perajaman terjadi (pendapat bahwa peristiwa kematian syahid St. Stefanus di sebelah timur Yerusalem, dekat Gerbang yang disebut Gerbang Santo Stefanus, tidak pernah terdengar sebelum abad ke-12)."