Kisah Para Rasul 27
Kisah Para Rasul 27 (disingkat "Kis 27") adalah bagian Kitab Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ditulis oleh Lukas, seorang Kristen yang merupakan teman seperjalanan Rasul Paulus.[1] Berisi riwayat perjalanan Rasul Paulus ke Roma.[2] Teks
TempatPerjalanan Paulus dari Kaisarea Ke Roma (Italia) dimulai dengan naik sebuah kapal yang berasal dari Adramitium berlayar dari Kaisarea ke Sidon, lalu menyusuri pantai Siprus, mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampai di Mira di daerah Likia. Di situ Paulus dan rombongannya dipindah ke sebuah kapal dari Aleksandria dan singgah di pulau Kreta. Setelah meninggalkan pulau itu kapal diserang angin kuat mendekati pulau Kauda dan akhirnya terdampar di pulau Malta.[3] WaktuKejadian-kejadian yang menimpa Paulus dari Kaisarea sampai Malta ini diyakini terjadi pada tahun 59 M.[4] Waktu itu Kekaisaran Romawi diperintah oleh Nero (memerintah 13 Oktober 54 - 9 Juni 68 M).[5] StrukturTerjemahan Baru (TB) membagi pasal ini:
Ayat 8
Ayat 12
Ayat 22-24
Paulus mendapat kepastian dari Allah yang Mahakuasa dan Mahatahu bahwa tidak seorangpun akan binasa.[9] Perhitungan posisiBukti meteorologi dan kelautan membuktikan bahwa Lukas dengan cermat menulis catatannya mengenai pelayarannya bersama Paulus ke khususnya tentang badai yang menimpa dari pulau Kreta ke pulau Malta. Bukti terpenting adalah arah kompas dari angin besar itu yang dapat ditentukan dari tiga perhitungan terpisah.[10]
Dengan kata lain, kapal itu baru berlayar kurang dari setengah jalan ke tujuan mereka, yaitu kota Feniks (Kisah Para Rasul 27:15). Mereka pasti berada di antara Cape Matala (Tanjung Matala) dan suatu titik 17 mil barat-barat laut dari tanjung itu ketika badai menimpa.
Ketika perhitungan ini menunjukkan arah angin bertiup tidak lebih dari 1 poin dari tujuan timur-timur laut 1/2 utara.[10] Ini membawa ke bukti lain yang dramatik. Ketika kapal terombang-ambing ke arah barat dari Kauda, tentunya kapal itu mengarah ke utara. Hal ini diketahui karena agar tidak tenggelam suatu kapal tidak dapat berlayar tepat ke arah angin, melainkan harus sedikit melenceng dari arah datangnya angin, dari informasi ini dapat dihitung arah dan kecepatan hanyutnya kapal ke arah barat.[10] Catatan kuno menunjukkan bahwa kapal muatan Mesir (Kisah Para Rasul 27:6) adalah kapal terbesar pada zaman itu, dengan ukuran seperti kapal permulaan abad ke-19. Ukuran ini secara implisit dikuatkan oleh pernyataan Lukas bahwa ada 276 orang di kapal itu (Kisah Para Rasul 27:37).[10] Karena kapal itu mengarah ke utara, sedangkan angin bertiup dari arah timur laut, dapat dihitung secara kasar bahwa azimut atau arah hanyutnya kapal itu dari Kauda rupanya kira-kira ke arah barat 8 derajat utara. Pulau Malta terletak tidak tepat di sebelah barat Kauda, melainkan tepat "barat 8 derajat utara".[10] Hal ini membawa ke bukti lain, yaitu dicatat bahwa kehanyutan kapal berlangsung 14 hari lamanya sampai akhirnya terdampar di pulau Malta (Kisah Para Rasul 27:27). Jarak dari Kauda ke titik paling timur pulau Malta adalah 476,6 mil. Untuk menghitung kecepatan hanyut ke arah barat, perlu diketahui dua hal: ukuran kapal dan kekuatan angin. Dari perkiraan kedua informasi itu dapat dihitung bahwa rata-rata kapal itu hanyut dengan kecepatan satu setengah mil per jam ke arah barat. Jadi kapal itu membutuhkan kira-kira 13 hari untuk hanyut ke Malta, tidak berbeda jauh dari catatan 14 hari. Ini dan bukti-bukti yang dijabarkan sebelumnya menunjukkan ketepatan catatan sejarah Kisah Para Rasul tulisan Lukas.[10] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|