Tempat-tempat yang disebut dalam pasal ini (biru) dan tempat lain di sekitarnya (hitam).
Perjalanan Paulus dari Kaisarea Ke Roma (Italia) dimulai dengan naik sebuah kapal yang berasal dari Adramitium berlayar dari Kaisarea ke Sidon, lalu menyusuri pantai Siprus, mengarungi laut di depan Kilikia dan Pamfilia, sampai di Mira di daerah Likia. Di situ Paulus dan rombongannya dipindah ke sebuah kapal dari Aleksandria dan singgah di pulau Kreta. Setelah meninggalkan pulau itu kapal diserang angin kuat mendekati pulau Kauda dan akhirnya terdampar di pulau Malta.[3]
Waktu
Kejadian-kejadian yang menimpa Paulus dari Kaisarea sampai Malta ini diyakini terjadi pada tahun 59 M.[4] Waktu itu Kekaisaran Romawi diperintah oleh Nero (memerintah 13 Oktober 54 - 9 Juni 68 M).[5]
Sesudah kami dengan susah payah melewati tanjung itu, sampailah kami di sebuah tempat bernama Pelabuhan Indah, dekat kota Lasea. (TB)[6]
Ayat 12
Karena pelabuhan itu tidak baik untuk tinggal di situ selama musim dingin, maka kebanyakan dari mereka lebih setuju untuk berlayar terus dan mencoba mencapai kota Feniks untuk tinggal di situ selama musim dingin. Kota Feniks adalah sebuah pelabuhan pulau Kreta, yang terbuka ke arah barat daya dan ke arah barat laut. (TB)[7]
Ayat 22-24
[Paulus berkata: ]"Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku, dan ia berkata: 'Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau.'" (TB)[8]
Paulus mendapat kepastian dari Allah yang Mahakuasa dan Mahatahu bahwa tidak seorangpun akan binasa.[9]
Perhitungan posisi
Bukti meteorologi dan kelautan membuktikan bahwa Lukas dengan cermat menulis catatannya mengenai pelayarannya bersama Paulus ke khususnya tentang badai yang menimpa dari pulau Kreta ke pulau Malta. Bukti terpenting adalah arah kompas dari angin besar itu yang dapat ditentukan dari tiga perhitungan terpisah.[10]
(1) Lukas menyatakan badai yang disebut angin "Timur Laut" (Euraquilo) menimpa segera setelah mereka meninggalkan Pelabuhan Indah (Kisah Para Rasul 27:14).
Dengan kata lain, kapal itu baru berlayar kurang dari setengah jalan ke tujuan mereka, yaitu kota Feniks (Kisah Para Rasul 27:15). Mereka pasti berada di antara Cape Matala (Tanjung Matala) dan suatu titik 17 mil barat-barat laut dari tanjung itu ketika badai menimpa.
(2) Ada kaitan pulau Kauda (Cauda atau Clauda) dengan titik awal ini (Kisah Para Rasul 27:16). Cape Matala ada pada arah timur 7 derajat utara dari ujung timur Kauda, sedangkan tengah jalan ke Feniks adalah timur 40 derajat utara. Supaya kapal itu tertiup di balik pulau Kauda, Euraquilo harus bertiup dari suatu titik di antara dua arah ini. Titik tengah di antara dua angka ini adalah timur 25 derajat utara (atau timur-timur laut 1/4 utara) dan ini tentunya tidak lebih dari satu point setengah dari arah angin sebenarnya.
(3) Disebutkan bahwa ketika mereka berada di balik Kauda, para pelaut takut terdampar di beting Sirtis, yaitu bukit pasir di utara Afrika (Kisah Para Rasul 27:17). Namun, supaya tertiup ke arah itu dari Kauda, Euraquilo harus bertiup dari titik antara timur 18 derajat utara dan timur 37 derajat utara. Titik tengah antara dua angka ini adalah timur 27 derajat utara. Angka ini hanya 1/4 poin melenceng dari angka rata-rata hasil perhitungan sebelumnya pada butir (2).
Ketika perhitungan ini menunjukkan arah angin bertiup tidak lebih dari 1 poin dari tujuan timur-timur laut 1/2 utara.[10]
Ini membawa ke bukti lain yang dramatik. Ketika kapal terombang-ambing ke arah barat dari Kauda, tentunya kapal itu mengarah ke utara. Hal ini diketahui karena agar tidak tenggelam suatu kapal tidak dapat berlayar tepat ke arah angin, melainkan harus sedikit melenceng dari arah datangnya angin, dari informasi ini dapat dihitung arah dan kecepatan hanyutnya kapal ke arah barat.[10]
Catatan kuno menunjukkan bahwa kapal muatan Mesir (Kisah Para Rasul 27:6) adalah kapal terbesar pada zaman itu, dengan ukuran seperti kapal permulaan abad ke-19. Ukuran ini secara implisit dikuatkan oleh pernyataan Lukas bahwa ada 276 orang di kapal itu (Kisah Para Rasul 27:37).[10]
Karena kapal itu mengarah ke utara, sedangkan angin bertiup dari arah timur laut, dapat dihitung secara kasar bahwa azimut atau arah hanyutnya kapal itu dari Kauda rupanya kira-kira ke arah barat 8 derajat utara. Pulau Malta terletak tidak tepat di sebelah barat Kauda, melainkan tepat "barat 8 derajat utara".[10]
Hal ini membawa ke bukti lain, yaitu dicatat bahwa kehanyutan kapal berlangsung 14 hari lamanya sampai akhirnya terdampar di pulau Malta (Kisah Para Rasul 27:27). Jarak dari Kauda ke titik paling timur pulau Malta adalah 476,6 mil. Untuk menghitung kecepatan hanyut ke arah barat, perlu diketahui dua hal: ukuran kapal dan kekuatan angin. Dari perkiraan kedua informasi itu dapat dihitung bahwa rata-rata kapal itu hanyut dengan kecepatan satu setengah mil per jam ke arah barat. Jadi kapal itu membutuhkan kira-kira 13 hari untuk hanyut ke Malta, tidak berbeda jauh dari catatan 14 hari. Ini dan bukti-bukti yang dijabarkan sebelumnya menunjukkan ketepatan catatan sejarah Kisah Para Rasul tulisan Lukas.[10]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 9794159050.
^John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3