Menurut catatan di ayat 25, Paulus bertobat pada tahun 34 M dan kemudian dibantu meloloskan diri dari Damaskus pada tahun 37 M.
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatiapasal 1:17 Paulus mengisahkan bagaiamana ia dibantu melarikan diri dari kota Damaskus pada zaman pemerintahaan raja Aretas dari Nabataea.[3] Raja Aretas (Harithat IV) yang wafat pada tahun 40 (lihat 2 Korintus 11:32–33) memerintah dari tahun 9 sampai 40 M.[4] Sejarawan Yahudi-Romawi abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), mencatat detail perselisihan antara raja Aretas dengan raja Herodes Antipas mengenai perbatasan.[5] Yosefus menuliskan Aretas sebagai "raja Arabia Petrea".[6] Kaisar Romawi Tiberius berpihak kepada Herodes Antipas dan memerintahkan Vitellius, prokonsul di Suriah, "untuk berperang melawan Aretas." Dalam perjalanan Vitellius menerima komunikasi yang mengabarkan kematian Tiberius, maka ia menarik kembali tentaranya. Tiberius wafat pada tanggal 16 Maret 37 dan pada saat itu Damaskus berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi dan dipimpin oleh Vitellius. Raja Aretas wafat pada tahun 40 sehingga lolosnya Paulus dari Damaskus terjadi antara tahun 37 dan 40. Belum jelas kapan Aretas menerima kuasa atas Damaskus dari Kaisar Caligula dalam penyelesaian kasus di Suriah. Pemerintahan Areta di Damaskus dapat berawal dari tahun 37 berdasarkan penemuan arkeologi berupa mata uang logam. Dosker menulis: "Waktu Tiberias wafat pada tahun 37, dan mengingat urusan Arabia sudah tuntas pada tahun 39, jelas bahwa pertobatan Paulus terjadi antara tahun 34 dan 36. Tanggal ini kemudian menjadi pasti berkat sebuah koin dari Damaskus, dengan gambar raja Aretas dan tahun "101". Jika tahun itu mengacu pada era Pompian, berarti sama dengan tahun 37 M, sehingga pertobatan Paulus terjadi pada tahun 34 (T. E. Mionnet, Description des medailles antiques greques et romaines, V [1811], 284f.)."[7]
Tempat
Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam pasal ini terjadi di beberapa tempat mengikuti perjalanan tokoh-tokoh utamanya.
Ayat 3-9 mengisahkan pertobatan Saulus/Paulus di jalan menuju Damsyik (bandingkan Kis 22:3–16; 26:9–18). Bahwa pertobatannya terjadi di jalan dan bukan kemudian di rumah Yudas (Kis 9:11) jelas dari yang berikut:
2) Paulus disebut "Saulus saudaraku" oleh Ananias (Kis 9:17). Ananias sudah menganggap Paulus sebagai orang yang sudah mengalami kelahiran baru (lihat Yoh 3:3–6), diserahkan kepada Kristus serta misi Allah dan hanya perlu dibaptiskan, memperoleh kembali penglihatannya, dan dipenuhi dengan Roh Kudus (Kis 9:17–18).[12]
Dicatat dalam pasal ini bahwa "Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida."[13] Di sana ia menyembuhkan Eneas yang lumpuh.[14] Dicatat bahwa setelah kejadian itu "semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan."[15] Lalu Petrus dijemput oleh murid-murid untuk pergi ke Yope, di mana ia membangkitkan Tabita (juga dipanggil Dorkas) dari kematian.[16] "Kemudian daripada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit."[17] Di sinilah Petrus mendapat penglihatan luar biasa yang berkaitan dengan Kornelius.[18]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
^Dosker, Henry E. 1986 Aretas. P. 288 in The International Standard Bible Encyclopedia, vol. 1, edited by Geoffrey W. Bromiley. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company. Halaman 288–289.