Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi pada akhir tahun ke-40 perjalanan orang Israel dari tanah Mesir, antara bulan 12 (Adar) tahun ke-40, yaitu setelah berakhirnya 30 hari masa perkabungan atas matinya Musa,[3] sampai hari ke-7 bulan 1 (Nisan) tahun ke-41, yaitu kembalinya para pengintai kepada Yosua, 3 hari sebelum bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan.[4] Diperkirakan pada tahun 1406 SM.[5]
Yosua bin Nun dengan diam-diam melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya:
"Pergilah, amat-amatilah negeri itu dan kota Yerikho."
Maka pergilah mereka dan sampailah mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab, lalu tidur di situ. (TB)[11]
"Rumah seorang perempuan sundal": Rumah Rahab (mungkin sebuah penginapan) dapat menjadi suatu tempat yang wajar dikunjungi orang asing untuk mencari keterangan tanpa menimbulkan kecurigaan.[12]
"Rahab": adalah seorang wanita berdosa dari latar belakang kafir yang mengakui Allah Israel sebagai Allah yang sejati atas langit dan bumi (Yos 2:10–11). Ia meninggalkan dewa-dewa Kanaan, dan dengan iman bergabung dengan Israel dan Allah mereka (Ibr 11:31; Yak 2:25), dan akhirnya menjadi nenek moyang Mesias (Mat 1:5–6). Keselamatan Rahab melukiskan bahwa sekalipun Allah sedang melaksanakan hukuman, Ia menerima "setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran" (Kisah 10:35).[12]
Ayat 15
Kemudian perempuan itu menurunkan mereka dengan tali melalui jendela, sebab rumahnya itu letaknya pada tembok kota, jadi pada tembok itulah ia diam. (TB)[13]
Perempuan itupun (Rahab) berkata: "Seperti yang telah kamu katakan, demikianlah akan terjadi." Sesudah itu dilepasnyalah orang-orang itu pergi, maka berangkatlah mereka. Kemudian perempuan itu mengikatkan tali kirmizi itu pada jendela. (TB)[15]
Tali kirmizi, yaitu tali berwarna merah menyala, ini sejajar dengan anak domba Paskah; sama seperti darah anak domba dibubuhkan di tiang pintu rumah orang Israel supaya melindungi mereka dari hukuman Allah (lihat Keluaran 12: Keluaran 12:21–23), demikian pula tali kirmizi yang tergantung di rumah Rahab mendatangkan keamanan dan pembebasan bagi rumah tangganya. Karena itu, ada orang yang memandang tali kirmizi itu sebagai lambang darah Kristus, serupa dengan darah anak domba Paskah.[12]
^W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
^J. Blommendaal. Pengantar kepada perjanjian lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857