Dalam Buddhisme, pernyataan kebenaran (Pali: sacca-kiriyā; Sanskerta: satya-kriyacode: sa is deprecated , namun lebih sering disebut: satyādhiṣṭhāna),[2][3][note 1] merujuk pada pernyataan kebenaran sungguh-sungguh yang diekspresikan dalam bentuk ucapan lisan saat upacara keagamaan, biasanya dalam bentuk syair-syair paritta.
Pernyataan kebenaran bisa berupa ucapan yang berkaitan dengan kebajikan seseorang, atau berkaitan dengan fakta tertentu, diikuti oleh perintah atau resolusi. Pernyataan seperti itu diyakini menghasilkan kekuatan ajaib yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, tergantung pada kejujuran orang yang membuat pernyataan tersebut. Sacca-kiriyā adalah praktik yang ditemukan dalam kisah-kisah kitab suci Tripitaka Pali dan komentarnya, serta dalam kitab pasca-kanonis seperti Milindapañha dan Avadāna. Dalam kisah-kisah tersebut, praktik ini biasanya ditemukan sebagai suatu bentuk berkah, tetapi terkadang sebagai suatu bentuk kutukan. Praktik ini juga dapat ditemukan dalam kitab-kitab agama Hindu dan Jainisme.
Catatan
^Juga dikenal sebagai Pali: saccavajja atau Sanskerta: satyavādyacode: sa is deprecated ; Pali: saccavacana atau Sanskerta: satyavacanacode: sa is deprecated ; satyopavācana, satyarākya, satyavākya, satyavacas atau satyasrāvaṇā; atau disingkat Pali: sacca atau Sanskerta: satyacode: sa is deprecated .[2][4]
Gómez, Luis O. (2000), "Buddhism as a Religion of Hope: Observations on the 'Logic' of a Doctrine and its Foundational Myth", The Eastern Buddhist, 32 (1): 1–21, JSTOR44362241
Thompson, George (November 1997), "Ahaṃkāra and Ātmastuti: Self-Assertion and Impersonation in the Ṛgveda", History of Religions, 37 (2): 141–171, JSTOR3176343