Persinggahannya dicatat dalam catatan sejarah resmi yang bernama Shoku Nihongi, dimana ia disebut sebagai Bodai-Senna.
Tahun-tahun awal
Bodhisena mendapatkan pengajaran dari Manjusri Bodhisattva. Ia awalnya pergi ke China, dalam rangka ia ingin bertemu dengan inkarnasi dari Manjusri di Gunung Wutai. Namun, ketika menuju ke Gunung Wutai, ia diberi tahu bahwa inkarnasinya ada di Jepang. Ia juga diantar oleh duta besar Jepang untuk China, Tajihi no Mabito Hironari.[1] Ia juga bertemu dengan biarawan Jepang Rikyo.
Di kapal yang sama, terdapat beberapa figur sejarah berpengaruh lainnya.
Mereka meliputi pengikut perjalanan Genbō dan Kibi no Makibi. Genbo adalah seorang biarawan dan datang dari China.
Biksu Buddha Tiongkok terkenal Dōsen (道璿, Tionghoa Daoxuan, 702–760) menyambut kedatangannya.
Pengikut Bodhisena adalah seorang pendeta dan musisi Kamboja yang disebut Fo-t'ieh dalam bahasa Tionghoa (juga dikenal sebagai Buttetsu dan Fat-triet). Ia kemudian singgah di Daian-ji bersama dengan Bodhisena, dan menulis sebuah karya tentang alfabet Sanskerta. Ia juga mengkomposisikan tari-tari keagamaan yang mewakili subyek-subyek yang diambil dari mitologi India, yang dikenal sebagai Rin'yu-gaku atau tari Champa. Tari-tari tersebut masih ada sampai awal abad ke-20.[3]
Tinggal di Jepang
Rombongan tersebut datang ke Naniwa (Osaka) pada Agustus 736 dan bertemu dengan biksu Gyoki.[3]
Bodhisena tinggal di Daian-ji (大安寺) di Heijō-kyō. Ia meninggal pada 25 Februari 760 di kuil Daian-ji, dan dimakamkan di gunung Ryoujusen (霊鷲山), sesuai dengan keinginannya ketika ia meninggal.