Bodhipakkhiyādhammā

Dalam Buddhisme, bodhipakkhiyā dhammā (Pali; ejaan variannya termasuk bodhipakkhikā dhammā dan bodhapakkhiyā dhammā;[1] Sanskerta: bodhipakṣa dharma) adalah kualitas-kualitas (dhammā) yang mendukung atau berhubungan dengan (pakkhiya) kecerahan (bodhi), yaitu faktor-faktor atau kualitas baik yang dikembangkan melalui praktik meditasi atau pengembangan batin (bhāvanā).

Dalam kitab komentar Pali, istilah bodhipakkhiyā dhammā digunakan untuk merujuk pada tujuh set kualitas yang secara teratur dikaitkan dengan Buddha di seluruh Tripitaka Pali. Di dalam ketujuh kelompok kualitas yang berhubungan dengan bodhi ini, tercantum total tiga puluh tujuh kualitas yang berulang dan saling berhubungan (sattatiṃsa bodhipakkhiyā dhammā).[2]

Tujuh set kualitas ini diakui oleh umat Buddha Theravāda dan Mahāyāna sebagai aspek pelengkap dari jalan menuju bodhi umat Buddha.[3]

Tujuh set tiga puluh tujuh kualitas

Dalam Bhāvanā Sutta ("Diskursus tentang Pengembangan Batin,"[note 1] AN 7.71), Sang Buddha tercatat berkata:

Para bhikkhu, meskipun seorang bhikkhu yang tidak mengerahkan dirinya pada pengembangan meditatif batinnya [bhāvanā[note 1]] mungkin berharap, "Oh, batinku mungkin terbebas dari noda-noda melalui ketidak-melekatan!", namun batinnya tidak akan terbebas. Untuk alasan apa? "Karena ia belum mengembangkan batinnya," kata seseorang. Tidak mengembangkannya dalam hal apa? Dalam empat landasan perhatian, empat jenis usaha yang benar, empat dasar kemampuan, lima indra [spiritual], lima kekuatan [spiritual], tujuh faktor kecerahan, dan Jalan Mulia Berunsur Delapan.[4][note 2]

Di bagian lain dalam Kanon,[5] dan di banyak tempat dalam āgama dari aliran-aliran Buddhis awal lainnya,[6] tujuh set dari tiga puluh tujuh kualitas yang mendukung Kecerahan ini disebutkan sebagai:

Empat landasan perhatian-penuh (cattāro satipaṭṭhānā)

  1. Perenungan pada tubuh (kāyānupassanā, S. kayānupasthāna)
  2. Perenungan pada perasaan (vedanānupassanā, S. vedanānupasthāna)
  3. Perenungan pada kesadaran (cittānupassanā, S. cittanupasthāna)
  4. Perenungan pada fenomena/kualitas batin (dhammānupassanā, S. dharmanupasthāna)

Empat usaha/upaya benar (cattāro sammappadhānā)

  1. Usaha untuk mencegah timbulnya keadaan-keadaan tidak baik [anuppādāya]
  2. Usaha untuk meninggalkan keadaan-keadaan tidak baik yang telah muncul [pahānāya]
  3. Upaya untuk memunculkan keadaan-keadaan baik [uppādāya]
  4. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan keadaan-keadaan baik yang telah muncul [ṭhitiyā]

Empat dasar kemampuan (cattāro iddhipādā)

  1. Kehendak atau niat (chanda, S. chanda)
  2. Energi/semangat (viriya, S. vīrya)
  3. Kesadaran (citta, S. citta)
  4. Keterampilan analisis (vīmaṁsa atau vīmaŋsā, S. mimāṃsā)

Lima indra (pañca indriya)

  1. Keyakinan[7] (saddhā, S. śraddhā)
  2. Energi/semangat (viriya, S. vīrya)
  3. Perhatian-penuh (sati, S. smṛti)
  4. Konsentrasi (samādhi, S. samādhi)
  5. Kebijaksanaan (paññā, S. prajñā)

Lima kekuatan (pañca bala)

  1. Keyakinan (saddhā, S. śraddhā)
  2. Energi/semangat (viriya, S. vīrya)
  3. Perhatian-penuh (sati, S. smṛti)
  4. Konsentrasi (samādhi, S. samādhi)
  5. Kebijaksanaan (paññā, S. prajñā)

Tujuh faktor kecerahan (satta bojjhaṅgā)

  1. Perhatian-penuh (sati, S. smṛti)
  2. Penyelidikan (dhamma vicaya, S. dharmapravicaya)
  3. Energi/semangat (viriya, S. vīrya)
  4. Kegembiraan/kegiuran (pīti, S. prīti)
  5. Ketenteraman (passaddhi, S. praśrabdhi)
  6. Konsentrasi (samādhi, S. samādhi)
  7. Keseimbangan batin (upekkhā, S. upekṣā)

Jalan Mulia Berunsur Delapan (ariya aṭṭhaṅgika magga)

  1. Pandangan Benar (sammā diṭṭhi, S. samyag-dṛṣṭi)
  2. Niat Benar (sammā saṅkappa, S. samyak-saṃkalpa)
  3. Ucapan Benar (sammā vācā, S. samyag-vāc)
  4. Perbuatan Benar (sammā kammanta, S. samyak-karmānta)
  5. Penghidupan Benar (sammā ājīva, S. samyag-ājīva)
  6. Usaha Benar (sammā vāyāma, S. samyag-vyāyāma)
  7. Perhatian Benar (sammā sati, S. samyak-smṛti)
  8. Konsentrasi Benar (sammā samādhi, S. samyak-samādhi)

Empat puluh satu dan empat puluh tiga kualitas

Sebuah diskursus (sutta) yang ditemukan dalam Koleksi Sesepuh (thera) teks-teks Buddhis Gandhāra menyebutkan empat puluh satu, bukannya tiga puluh tujuh dharma yang bermanfaat.[8] Teks Gandhara mencakup rūpajhāna yang tidak dikenali dalam dalam tradisi Pali.[8] Salomon mencatat bahwa daftar yang diberi nomor empat puluh satu ini muncul dalam terjemahan bahasa Mandarin dari Dirghagama yang menurut para ahli saat ini berasal dari aliran Buddhisme Dharmaguptaka dan terjemahan bahasa Mandarin dari Vinaya Dharmaguptaka.[8]

Dalam kitab Nettipakaraṇa (Nayasamuṭṭhāna, Ne 36), disebutkan empat puluh tiga kualitas yang berhubungan dengan pencerahan (tecattālīsa bodhipakkhiyā dhammā) yang, menurut kitab komentar, mencakup tiga puluh tujuh kualitas yang disebutkan di atas ditambah enam perenungan berikut (juga ditemukan dalam berbagai sutta, misalnya Saṅgīti Sutta dari Dīgha Nikāya 33).

  1. persepsi ketidakkekalan (aniccasaññā)
  2. persepsi penderitaan (dukkhasaññā)
  3. persepsi bukan-diri (anattasaññā)
  • perspesi meninggalkan (pahānasaññā)
  • persepsi tanpa-nafsu (virāgasaññā)
  • persepsi penghentian (nirodhasaññā)

Dalam sastra Pali

Istilah teknis, bodhipakkhiyā dhammā, yang secara eksplisit mengacu pada tujuh set kualitas yang diidentifikasi di atas, pertama kali ditemukan dalam kitab komentar Pali;[2] meskipun demikian, tujuh set bodhipakkhiyā dhammā sendiri pertama kali disusun, disebutkan satu per satu, dan dirujuk dalam berbagai bagian Sutta Piṭaka dan Abhidhamma Piṭaka yang kanonis.[9]

Sutta Piṭaka

Dīgha Nikāya

Dalam Mahā-parinibbāna Sutta (DN 16) yang terkenal dari Dīgha Nikāya, yang menceritakan hari-hari terakhir Sang Buddha, dalam ceramah terakhir Sang Buddha kepada para pengikutnya, Beliau menyatakan: [10]

Sekarang, wahai para bhikkhu, Aku katakan kepada kalian bahwa ajaran-ajaran ini, yang telah Kuketahui secara langsung dan yang telah Kuberitahukan kepada kalian, hendaknya kalian pelajari dengan seksama, pupuk, kembangkan, dan praktikkan dengan sering, agar kehidupan yang murni dapat terwujud dan bertahan lama, demi kesejahteraan dan kebahagiaan banyak orang, demi kasih sayang kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Dan apakah, para bhikkhu, ajaran-ajaran ini? Yaitu empat landasan perhatian-penuh, empat usaha benar, empat dasar kemampuan [batin], lima indra [spiritual], lima kekuatan, tujuh faktor kecerahan, dan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Para bhikkhu, inilah ajaran-ajaran yang telah Ku-mengerti secara langsung, yang telah Ku-ajarkan kepada kalian, dan yang harus kalian pelajari dengan seksama, pupuk, kembangkan, dan praktikkan secara rutin....

Majjhima Nikāya

Dalam Mahāsakuludāyi Sutta (MN 77) di Majjhima Nikāya,[11] ketika ditanya mengapa para siswa-Nya menghormati-Nya, Sang Buddha menyebutkan lima kualitas yang dimilikinya: moralitas tertinggi (adhisīle ... paramena sīlakkhandha); pengetahuan dan penglihatan tertinggi (abhikkante ñāṇadassane); kebijaksanaan tertinggi (adhipaññāya ... paramena paññākkhandha); penjelasan-Nya tentang Empat Kebenaran Mulia (ariyasaccāni); dan, identifikasi-Nya tentang berbagai cara untuk mengembangkan keadaan-keadaan yang baik.

Penjelasan Sang Buddha mengenai hal tersebut mencakup tujuh set dari tiga puluh tujuh bodhipakkhiyā dhammā yang diuraikan secara individual dalam khotbah ini.[12]

Saṁyutta Nikāya

Dalam Saṁyutta Nikāya, tujuh bab pertama dari bagian kelima masing-masing dikhususkan untuk salah satu bodhipakkhiyā dhammā. Meskipun terdapat banyak pengulangan di antara diskursus-diskursus dalam bab-bab ini, ketujuh bab ini mencakup hampir 900 diskursus.[13]

Aṅguttara Nikāya

Dalam Upajjhāya Sutta (AN 5.56) di Aṅguttara Nikāya, Sang Buddha menyampaikan lima hal yang dapat dikembangkan untuk mengatasi rintangan spiritual: kendalikanlah indra-indra batin; makanlah dalam jumlah makanan yang tepat; tetaplah terjaga; waspadalah terhadap jasa kebajikan; dan, kembangkanlah bodhipakkhiyā dhammā sepanjang hari.[14]

Khuddaka Nikāya

Dalam Khuddaka Nikāya, bodhipakkhiyā dhammā disebutkan di Itivuttaka 82;[15] Anuruddhattheragāthā, Theragātha 16.9;[16] dan Netti 31, 112, 197, 237, 240 dan 261.[17]

Abhidhamma Piṭaka

Bodhipakkhiyā dhammā disebutkan dalam beberapa bagian Abhidhamma, seperti pada kitab Vibhaṅga bagian 571 dan 584.[18]

Kitab komentar

Dalam kitab Visuddhimagga, Buddhaghosa menguraikan tujuh kelompok bodhipakkhiyā dhammā beserta diskursus Sutta Piṭaka yang relevan (Vism. XXII.33), menjelaskan setiap kelompok (Vism. XXII.34-38), dan menjelaskan keberadaan mereka dalam kesadaran seorang Arahat (Vism. XXII.39-40). Di samping itu, Buddhaghosa memfaktorkan ke-37 kualitas tersebut sedemikian rupa sehingga dapat menguraikan empat belas kualitas yang tidak berulang (Vism. XXII.40-43); jadi, misalnya, sementara sembilan kualitas (energi/semangat, perhatian-penuh, kegembiraan, ketenteraman, keseimbangan batin, kehendak/niat, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar) disebutkan hanya satu kali dalam daftar lengkap berisi 37 kualitas, maka lima kualitas lainnya disebutkan beberapa kali. Tabel 1 di bawah ini mengidentifikasi lima kualitas yang mencakup beberapa perangkat bodhipakkhiyā-dhammā.[19]

7 SET KUALITAS-KUALITAS
4 Landasan Perhatian-penuh 4 Usaha Benar 4 Dasar Kemampuan 5 Indra 5 Kekuatan 7 Faktor Kecerahan Jalan Mulia Berunsur Delapan
KUALITAS
Keyakinan saddhā saddhā
Energi 4
sammā-
padhāna
viriya viriya viriya viriya sammā
vāyāma
Perhatian penuh 4
sati-
paṭṭhānā
sati sati sati sammā
sati
Konsentrasi samādhi samādhi samādhi sammā
samādhi
Kebijaksanaan vīmaṁsa paññā paññā dhammā
vicaya
sammā
diṭṭhi
Tabel 1: Lima kualitas yang disebutkan 28 kali dalam tujuh set kualitas yang mendukung Kecerahan (berdasarkan kitab Vism. XXII.41-43).

Dalam komentar Pali lainnya, bodhipakkhiyā dhammā juga disebutkan dalam Dhammapada-aṭṭhakathā (DhA i.230), Suttanipāta-aṭṭhakathā (SnA 164), dan Jātaka-aṭṭhakathā (J i.275, iii.290, dan v.483).[20]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ a b Kata Pali di sini yang diterjemahkan sebagai "development" merujuk pada bhāvanā. Nyanaponika & Bodhi (1999), hlm. 305 n. 20 catatan: "The term 'bhāvanā' (lit.:making become), usually translated as 'meditation,' is not restricted to methodical exercises in mental concentration but comprises the entire field of mental training." Untuk penjelasan lebih lanjut terkait poin ini, bandingkan dengan artikel Wikipedia tentang Bhāvanā, Meditasi (Buddhisme) (terkait "meditasi" dan "konsentrasi batin/mental"), dan Pelatihan lipa tiga (terkait "pelatihan mental").
  2. ^ Mengenai urutan tujuh set, Bodhi (2000), hlm. 1486–87, mencatat: "The presentation of the seven sets in a graded sequence might convey the impression that they constitute seven successive stages of practice. This, however, would be a misinterpretation. Close consideration of the series would show that the seven sets are ranked in a numerically ascending order, from four to eight, which means that their arrangement is purely pedagogic and implies nothing about a later set being more advanced than the earlier sets.... By presenting the course of practice from different angles, in different keys, and with different degrees of detail, the texts are able to finely modulate the practice of the path to suit the diverse needs of the people to be trained...."

Referensi

  1. ^ For the various Pali spellings, see Rhys Davids & Stede (1921–25), hlm. 491, under the entries for "bodha" and "bodhi." In this article, the variants are listed from most frequently used to least, deduced from Rhys Davids & Stede (1921–25) and other sources.
  2. ^ a b Regarding the use of the compound Pali term bodhipakkhiyā dhammā in the canonical discourses, based on a search of the Sinhala SLTP tipitaka using the La Trobe University search engine ("Pali Canon Online Database". La Trobe University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2007-11-21.  ), the term bodhipakkhiyā dhammā (and its variant spellings and declensions) was found in following nine discourses in the Sutta Pitaka:
  3. ^ Ven. Walpola Sri Rahula (December 1–7, 1981). "One Vehicle for Peace". Proceedings: Third International Congress World Buddhist Sangha Council. Third International Congress World Buddhist Sangha Council. Taiwan. hlm. 32–35. 
  4. ^ Nyanaponika & Bodhi (1999), hal.&nbsp ;192–3.
  5. ^ For instance, these thirty-seven qualities are enumerated in SN 43.12 "The Unconditioned" (Bodhi, 2000, hlm. 1374–78), where each quality is deemed "the path leading to the unconditioned" (asaṅkhatagāmī maggo), which is in turn defined as the destruction of lust, hatred and delusion (rāgakkhayo dosakkhayo mohakkhayo).
  6. ^ Sarvāstivāda Buddhist scholasticism, Part 2, Volume 11, by Charles Willemen, Bart Dessein, Collett Cox Brill Academic Publishers: 1997. ISBN 90-04-10231-0 pg 11
  7. ^ Thanissaro Bhikkhu (2011). "Wings to Awakening: An Anthology from the Pali Canon". Access to Insight. 
  8. ^ a b c Salomon, Richard (2018). The Buddhist Literature of Ancient Gandhara. Wisdom Publications. hlm. 135. ISBN 978-1-61429-168-8. 
  9. ^ For a survey of references to these qualities, see, for instance, Rhys Davids & Stede (1921–25), hlm. 491, entries on "bodha", and on "bodhi". Bodhi (2000), hlm. 1485–86, notes:
  10. ^ Vajra & Story (1998).
  11. ^ Ñāṇamoli & Bodhi (2001), "The Greater Discourse to Sakuludāyin" (Mahāsakuludāyi Sutta, MN 77), hlm. 629–647, 1284 n. 762; Upalavanna (n.d.-a); and, SLTP, n.d.-b
  12. ^ In MN 77, in addition to the seven sets of 37 qualities conducive to Enlightenment, the Buddha further identified his teaching of various meditative accomplishments (such as the jhanas) and his achieving higher knowledge (such as recollecting past lives) as contributing to his disciples' veneration. Note that the phrase, "ways to develop wholesome states," is not actually in the original Pali sutta itself but is a square-bracketed sectional title inserted by Ñāṇamoli & Bodhi (2001) to demarcate the fifth quality set that the Buddha self identifies as the basis for his disciples' veneration.
  13. ^ Bodhi (2000), chs. 45-51, pp.–1523–1749. The number of discourses identified here is based on Bodhi (2000) — which includes 894 separate discourses — but the actual number of discourses varies depending on which edition of the Samyutta Nikaya one is referencing.
  14. ^ Upalavanna (n.d.-b), AN 5.6.6.
  15. ^ Thanissaro (2001), Iti. 82 is at available at https://www.accesstoinsight.org/tipitaka/kn/iti/iti.3.050-099.than.html#iti-082 (retrieved 2007-05-22).
  16. ^ SLTP (n.d.-c), stanza 900 in Pali: "Tassa dhamma ime honti kusalā bodhipakkhikā, Anāsavo ca so hoti iti vuttaṃ mahesinā." This is part of the stanzas ascribed to Anuruddha. Norman (1997), hlm. 90, translates the Pali as: "His characteristics are good, conducive to enlightenment, and he is without āsavas [mental intoxicants]; so it is said by the great seer."
  17. ^ Rhys Davids & Stede (1921–25), ohlm. cit.
  18. ^ SLTP (n.d.-a), §§ 571, 584 (PTS pages 244, 249). Rhys Davids & Stede (1921–25), hlm. 491, entry for "bodhi," states that the bodhipakkhiyā dhammā are "mentioned at many other passages of the Abhidhamma."
  19. ^ Buddhaghosa & Ñāṇamoli (1999), hlm. 702–705. Note that, whereas the Visuddhimagga orders the five redundant qualities listed in the table in order of ascending frequency among the seven sets (that is, from faith which appears twice among the seven sets to energy which appears nine times), the table below orders them in a manner consistent with the Five Faculties and Five Powers (from faith to understanding) to facilitate reader comprehension as there is potentially a developmental facet to this classical ordering.
  20. ^ Rhys Davids & Stede (1921–25), ohlm. cit.

Daftar pustaka

Bacaan lanjutan

  • Gethin, R.M.L. (2001), The Buddhist Path to Awakening: A Study of the Bodhi-Pakkhiyā Dhammā, Oneworld Publishers, ISBN 978-1851682850 
  • Sayadaw, Ledi (1904). The Requisites of Enlightenment: A Manual by the Venerable Ledi Sayadaw. BPS Pariyatti Editions. ISBN 978-1-68172-341-9. 

Pranala luar