Stasiun Jambu Baru

Stasiun Jambu Baru
Kereta Api Indonesia
LM02

Kondisi emplasemen Stasiun Jambu Baru.
Lokasi
Koordinat6°17′58″S 106°15′26″E / 6.29944°S 106.25722°E / -6.29944; 106.25722
Ketinggian+18 m
Operator
Letak
km 86+536 lintas BataviaTanah Abang
RangkasbitungMerak[1]
Jumlah peronSatu peron sisi rendah
Jumlah jalur2 (jalur 2: sepur lurus)
LayananCommuter Line Merak
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiIII/kecil[2]
Sejarah
Dibuka1 Juli 1900
Ditutup1981 (bangunan lama)
Nama sebelumnyaDjamboe
Perusahaan awalStaatsspoorwegen
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Rangkasbitung
Terminus
Commuter Line Merak
Merak–Rangkasbitung, p.p.
Catang
menuju Merak
Fasilitas dan teknis
Tipe persinyalanElektrik tipe DBRI Vital Processor Interlocking[3]
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Jambu Baru (JBU) adalah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Bojong Pandan, Tunjung Teja, Serang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +18 m ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta dan merupakan stasiun kereta api yang letaknya paling selatan di Kabupaten Serang. Hanya ada satu kereta api yang melayani angkutan penumpang di stasiun ini, yaitu KA Commuter Line Merak.

Sejarah

Agar mobilitas penumpang dari Batavia hingga kawasan Banten semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan Staatsspoorwegen (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah Duri hingga daerah Serang, melalui daerah Tangerang dan Cikande.[4]

Proyek jalur pun sudah dikerjakan. Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi melalui daerah Parung Panjang hingga ke Rangkasbitung,[4] jalur ini selesai pada 1 Oktober 1899.[5] Trase jalur kereta api pertama yang sudah terlanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan diresmikan sebagai jalur kereta api Tangerang-Duri yang berstatus sebagai jalur cabang. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.[6]

Jalur kereta api dari Stasiun Rangkasbitung diteruskan pembangunannya oleh Staatsspoorwegen (SS) hingga ke daerah Serang pada 1 Juli 1900 (termasuk membuka Halte Djamboe),[7][8] yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan Anyer Kidul pada 1 Desember 1900. Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur percabangan di Stasiun Krenceng yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi Pelabuhan Merak yang lebih dekat untuk menyeberang ke Lampung.[9]

Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.

Bangunan stasiun yang ada saat ini merupakan stasiun pindahan, dan bukan lokasi asli seperti saat awal dibangun. Bangunan Halte Djamboe (Jambu) yang lama berada di sebelah utara dari stasiun yang saat ini, tepatnya di km 87.648. Halte Jambu hanya memiliki 1 jalur saja dan berstatus sebagai perhentian yang dilayani. Kini, bangunannya masih bisa dijumpai karena masih terdapat sedikit sisa. Diperkirakan, Halte Jambu lama dinonaktifkan pada tahun 1981 karena jaraknya yang terlalu dekat dengan Stasiun Tjatang (Catang), lalu dipindahkan ke lokasi baru dan statusnya yang berubah menjadi stasiun dengan 2 jalur.

Terdapat stasiun yang memiliki nama serupa dengan Halte Djamboe di jalur kereta api Merak-Rangkasbitung milik Staatsspoorwegen (SS) ini, yaitu Stasiun Djamboe (Jambu) di jalur kereta api Secang-Ambarawa milik Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Bangunan dan tata letak

Stasiun Jambu Baru hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus, serta memiliki sepur badug yang terletak di ujung emplasemen stasiun yang mengarah ke Rangkasbitung. Stasiun ini terletak di daerah yang cukup terpencil, dan jaraknya cukup jauh dari jalan raya yang menghubungkan Serang dengan Rangkasbitung, dengan jarak sekitar 8 km.[10] Stasiun ini hanya dilengkapi dengan 1 peron penumpang saja yang berukuran rendah.

Pada tahun 2020, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub) berencana akan mengelektrifikasi jalur KA pada petak Rangkasbitung-Serang agar dapat menambah frekuensi angkutan penumpang dengan moda kereta rel listrik (KRL), serta akan ditambah dengan pembangunan jalur ganda jika frekuensi penumpang KRL tersebut terus meningkat. Rencana ini diawali dengan revitalisasi jalur KA lintas Rangkasbitung-Merak dari rel R42 ke R54 guna meningkatkan kecepatan kereta, dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemasangan tiang listrik aliran atas (LAA). Namun, hingga saat ini hanya revitalisasi jalur saja yang baru terlaksana, sedangkan kabar tentang rencana elektrifikasi belum terdengar lagi.[11][12]

Insiden

Pada 25 Oktober 2001, sekitar pukul 02.40 dini hari, terjadi sebuah tabrakan antara KA penumpang bernomor 930 yang ditarik lokomotif BB303 14 relasi Tanah Abang-Rangkasbitung dengan KA batu bara rangkaian pendek bernomor 2123 yang ditarik lokomotif BB304 relasi Cigading-Bekasi di sinyal masuk Rangkasbitung, sekitar 800 meter dari Stasiun Rangkasbitung ke arah Stasiun Jambu Baru. Kejadian ini berawal dari KA 930 yang mengalami kerusakan rem, sehingga tidak dapat berhenti dan terus melaju melewati emplasemen stasiun, kemudian menabrak KA 2123 yang sedang berhenti di sinyal masuk Rangkasbitung pihak Jambu Baru. Akibat kejadian ini, 3 orang tewas dan 13 penumpang luka-luka.[13][14]

Layanan kereta api

Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
LM Commuter Line Merak Rangkasbitung Merak

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  4. ^ a b Anne Reitsma, Steven (1916). Indische Spoorweg-Politiek. Batavia: Landsdrukkerij. 
  5. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V. 
  6. ^ Anne Reitsma, Steven (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLLF & Co. 
  7. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  8. ^ Spoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie. Semarang: Semarang-Drukkerij en Boekhandel. 1901. hlm. 10. 
  9. ^ "ZWP - Haltestempels Ned.Indië". studiegroep-zwp.nl. Diakses tanggal 2022-10-22. 
  10. ^ "Heritage - Kereta Api Indonesia". heritage.kai.id. Diakses tanggal 2023-08-06. 
  11. ^ Televisi, PT Cakrawala Andalas (2020-01-18). "Pemetaan Elektrifikasi Jalur Kereta Api, Menhub Kunjungi Stasiun Serang-Banten". www.antvklik.com. Diakses tanggal 2023-07-22. 
  12. ^ Sulistyo, Bayu Tri (2020-01-18). "April 2020 Elektrifikasi Rangkasbitung - Serang Dimulai". Railway Enthusiast Digest. Diakses tanggal 2023-07-22. 
  13. ^ Liputan6.com (2001-10-26). "Dipastikan, Tiga Orang Tewas dan 14 Cedera". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-08-06. 
  14. ^ Liputan6.com (2001-10-26). "Kerusakan Teknis Penyebab Kecelakaan". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-08-06. 
Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Catang
menuju Merak
Merak–Tanah Abang–Kampung Bandan Rangkasbitung