Kuil Buddhis Burma (juga dikenal sebagai Maha Sasana Ramsi; bahasa Burma: သာသနာ့ရံသီ မြန်မာဘုရားကျောင်း; Hanzi: 缅甸玉佛寺; Pinyin: Miǎndiàn yùfósì) adalah institusi Theravada tertua dan satu-satunya kuil dari aliran Buddhis Burma di Singapura.[1] Dibangun pada tahun 1875, kuil ini pindah dari tempat awalnya di Kinta Road ke Tai Gin Road di Novena pada tahun 1988. Kuil ini memiliki patung Buddha pualam putih murni terbesar di luar Myanmar, dan telah menjadi markah tanah keagamaan bagi orang Burma dan para umat Buddha Singapura untuk melakukan kebajikan dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan seperti saling berbagi kebajikan.
Sejarah
Kuil Buddhis Burma (BBT) dibangun oleh seorang berkebangsaan Burma bernama U Thar Hnin, juga dikenal sebagai Tang Sooay Chin, di 17 Kinta Road (dekat Serangoon Road) pada tahun 1875. Pada tahun 1878, U Thar Hnin menyumbangkan kuil kepada U Kyaw Gaung (juga dikenal sebagai Khoo Teogou), seorang dokter tradisional Burma.[2] Kuil ini memiliki patung Buddhapualam putih murni terbesar di luar Myanmar. Ini juga satu-satunya kuil Budhdhis Burma yang dibangun di luar Myanmar dalam gaya arsitektur tradisional Burma.[3]
Sebuah misi
U Kyaw Gaung, juga dikenal sebagai Khoo Teogou, lahir di Mandalay, Myanmar pada tahun 1866. Dia tiba di Singapura pada usia muda dan kemudian disusul oleh istrinya, Daw Khin Mae dan ketiga anak mereka. Berasal dari sebuah negeri dengan pengaruh Buddhis yang besar, merupakan ambisi U Kyaw Gaung untuk memperkenalkan BuddhismeTheravada di Singapura.[4]
Pada tahun 1907, dia terpilih sebagai pengurus kuil ini. Saat mengelola kuil, ia bermimpi memperoleh sebuah patung Buddha pualam yang cukup besar seperti yang terlihat di Myanmar. Tidak goyah karena dana terbatas, U Kyaw Gaung berjanji untuk melaksanakan tugas yang sangat besar. Dia mengumpulkan dana dari penghasilannya sendiri dan sumbangan publik. Setelah beberapa kali perjalanan ke Myanmar, sepetak besar pualam dengan berat lebih dari 10 ton, dari Bukit Sagyin, 50 kilometer (31 mil) utara Mandalay, terlihat. Bukit Sagyin terkenal di Myanmar karena pualamnya yang berkualitas tinggi. Batu itu dibeli seharga Rs.1.200 dan dikirim ke Mandalay, kota yang terkenal karena ketrampilan seninya yang tinggi. Akhirnya, sebuah citra Buddha berukuran tinggi 3 meter (9,8 kaki) dipahat dari batu pada tahun 1918.[4]