Beberapa penyifatan merupakan gelar yang bersifat dogmatis, sementara penyifatan-penyifatan selebihnya merupakan bentuk sapaan. Beberapa di antaranya bersifat puitis atau kiasan, rendah status kanoniknya atau tidak memiliki status kanonik sama sekali, tetapi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari amal saleh rakyat, dengan beragam tingkatan persetujuan dari pihak berwenang Gereja. Sebagian gelar mengacu kepada penggambaran sosok Maria lewat karya-karya seni rupa Katolik maupun karya-karya seni rupa pada umumnya. Banyak pula gelar Maria yang dipakai di dalam syair-syair lagu yang digubah khusus untuk menghormatinya.[1]
Gelar-gelar bagi Maria yang relatif banyak itu dapat dijelaskan dengan beberapa cara.[2] Beberapa gelar muncul karena alasan-alasan geografis dan kebudayaan, misalnya melalui penghormatan ikon-ikon tertentu. Gelar-gelar selebihnya berkaitan dengan penampakan-penampakan Maria.
Orang memohon syafaat Maria untuk berbagai macam kebutuhan insani dalam berbagai macam situasi. Kebiasaan ini memunculkan bermacam-macam gelar bagi Maria, misalnya Penasihat Ulung, dan Penolong Orang Sakit. Selain itu, tafakur dan devosi terhadap berbagai macam aspek peran Maria di dalam kehidupan Yesus telah melahirkan gelar-gelar tambahan, misalnya Bunda Yang Berdukacita.[3] Gelar-gelar lain terlahir dari dogma dan doktrin, misalnya Maria Diangkat ke Surga, Tertidurnya Bunda Allah, dan Maria Dikandung Tanpa Noda.
Penghormatan kepada Maria dikukuhkan pada tahun 431, ketika penyifatannya sebagai Teotokos atau Pelahir (atau Bunda) Allah ditetapkan sebagai dogma di dalam Konsili Efesus. Sejak saat itu, devosi kepada Maria, yang bertumpu pada hubungan mendalam dan rumit antara Maria, Yesus, dan Gereja, mulai merebak, mula-mula di Dunia Timur dan kemudian hari juga di Dunia Barat.
Reformasi Protestan mengecilkan peran Maria di berbagai tempat di Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. Konsili Trento dan Kontra Reformasi menggencarkan devosi kepada Maria di kalangan umat Katolik Roma. Sekitar waktu yang sama, Maria menjadi salah satu sarana penginjilan di Benua Ameria dan beberapa tempat di Asia dan Afrika, contohnya laporan penampakan Bunda Maria Guadalupe yang membuat orang berbondong-bondong masuk Kristen di Meksiko.
Seusai Reformasi Protestan, karya sastra barok bertema Maria mengalami peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan sekitar 500 lebih karya tulis Mariologis pada abad ke-17 saja.[4] Pengutamaan Abad Pencerahan terhadap kemajuan ilmiah dan rationalisme membuat teologi dan Mariologi Katolik seringkali berada di posisi bertahan pada abad ke-18. Buku-buku semisal Kemuliaan Maria karangan Alfonsus Liguori, ditulis untuk membela penghormatan kepada Maria.
Gelar-gelar dogmatis
Bunda Allah: Pada tahun 431, Konsili Efesus menetapkan bahwa Maria adalah Teotokos (Yang Melahirkan Allah) karena putranya, Yesus, adalah Allah sekaligus manusia, yakni satu Pribadi Ilahi yang berkodrat ganda (ilahi dan insani).[5] Gelar ini diterjemahkan di Barat menjadi "Mater Dei" atau Bunda Allah. Dari frasa terjemahan inilah muncul gelar "Bunda Berkeberkatan".
Perawan Maria: Doktrin tentang lestarinya keperawanan Maria berkembang sedari awal sejarah Kekristenan dan diajarkan oleh bapa-bapa Gereja terdahulu, misalnya Ireneus dan Klemens dari Aleksandria (dan lain-lain).[6] Pada abad ke-4, "Yang Tetap Perawan" menjadi salah satu gelar Maria yang populer.[7] Ragam-ragam dari gelar ini adalah "Perawan Maria", "Perawan Berkeberkatan", "Perawan Berkeberkatan Maria", dan "Mempelai Roh Kudus". Lestarinya keperawanan Maria ditetapkan menjadi dogma oleh Konsili Lateran tahun 649.
Yang Diangkat ke Surga: Keyakinan bahwa jiwa dan raga Perawan Maria diangkat ke surga pada akhir masa hidupnya di dunia ditetapkan menjadi dogma melalui konstitusi apostolik Munificentissimus Deus yang dikeluarkan Paus Pius XII pada tahun 1950. Dogma ini melahirkan gelar "Bunda Yang Diangkat ke Surga" dan "Ratu Yang Diangkat ke Surga". Dogma ini juga tercermin di dalam devosi kepada Bunda Maria Ta' Pinu di Malta.
Di Gereja Ortodoks dan Gereja-Gereja Katolik Timur, pengangkatan Maria ke surga disebut Tertidurnya Bunda Allah. Hari peringatan Tertidurnya Bunda Allah tidak termasuk hari besar utama, karena dasarnya bukanlah Alkitab melainkan tradisi Gereja.
Gelar-gelar terdahulu
"Sayidatina" atau "Tuan Putri Kami" adalah gelar yang umum diberikan kepada Maria sebagai wujud rasa kagum dan hormat kepadanya. Maria disebut "Notre Dame" di Prancis, dan "Nuestra Señora" di Spanyol.[9]
Maria disifatkan sebagai "Hawa Baru" seawal-awalnya sejak paro-akhir abad ke-2. Yustinus Martir membentangkan gagasan di balik penyifatan tersebut di dalam karya tulisnya yang berjudul Dialog dengan Trifo. Gagasan ini kemudian hari dijabarkan lebih lanjut oleh Ireneus.[10]
Pada tahun 345, Yohanes Krisostomus menjadi orang pertama yang menggaungkan gelar Penolong Umat Kristen sebagai suatu bentuk devosi kepada Perawan Maria. Don Bosco menganjurkan devosi kepada Maria selaku Penolong Umat Kristen.
Stella Maris atau Bintang Laut adalah gelar kuno yang diberikan kepada Perawan Maria, untuk menonjolkan peranannya sebagai tanda pengharapan dan bintang pedoman arah bagi umat Kristen. Gelar ini dipercaya berasal dari Hieronimus dan dikutip oleh Paskasisus Radbertus.
Bahasa Indonesia
Bahasa Latin
Bahasa Yunani
Keterangan
Maria
Maria
Mariam (Μαριάμ), Maria (Μαρία)
bahasa Arab: Maryām (مريم), bahasa Tionghoa: (瑪利亞), bahasa Koptik: Maria (Ⲙⲁⲣⲓⲁ), bahasa Prancis: Marie, bahasa Jerman: Maria, bahasa Italia: Maria, bahasa Aram Yahudi: Maryām (מרים), bahasa Malta: Marija, bahasa Portugis: Maria, bahasa Rusia: Marija (Мария), bahasa Spanyol: María, bahasa Suryani: Mariam, bahasa Vietnam: Maria
secara harfiah berarti "orang yang melahirkan Dia yang adalah Allah"; gelar umum di lingkungan Kristen Timur yang sarat dengan implikasi kristologis; diadopsi secara resmi dalam Konsili Efesus tahun 431 sebagai tanggapan terhadap Nestorianisme yang menggugat ajaran Gereja tentang kemanunggalan kodrat Yesus Kristus;
Beberapa pengalaman hidup Maria dianggap paralel dengan kejadian-kejadian yang dialami Tabut Perjanjian. Maria pergi ke daerah perbukitan Yudea, dan Yohanes melonjak di dalam kandungan saat Maria tiba, Elisabet berseru "siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku", Maria tinggal selama tiga bulan di rumah Zakaria, sehingga mendatangkan keberkahan bagi rumah itu. Maria selanjutnya pergi ke Yerusalem.
masih berkaitan dengan "Madonna" dalam bahasa Italia (artinya "Tuan Putriku", dari kata ma "punyaku" + donna "tuan putri"; dari kata Latindomina) dan "Notre Dame" dalam bahasa Prancis (artinya "Tuan Putri Kami");
Selaku ibu Yesus, tokoh yang dimuliakan sebagai Allah dan Raja Surga di dalam Kekristenan arus utama, banyak denominasi Kristen menggelari Maria sebagai "Ratu Surga". Maria disamakan dengan sosok di dalam nas Wahyu 12:1;
Citra Maria pertama yang dimahkotai secara resmi oleh paus adalah lukisan La Madonna della Febbre (Bunda Pelarai Demam) karya Lippo Memmi di sakristiBasilika Santo Petrus. Lukisan tersebut dimahkotai Paus Urbanus VIII di hadapan majelis rohaniwan Vatikan pada tanggal 27 Mei 1631.
Pada tahun 1954, Paus Pius XII mengeluarkan ensiklik Ad Caeli Reginam untuk menjelaskan penyifatan Maria sebagai Ratu Surga[20]
Pada tahun 1960, Paus Yohanes XXIII mengganti nama "Hari Raya Rosario Suci" (sebelumnya bernama "Hari Raya Bunda Kemenangan") menjadi "Hari Raya Bunda Rosario."
Dalam rentang waktu berabad-abad, lembaga kepausan berulang kali mengambil langkah mempermaklumkan Maria sebagai "Ratu Polandia", sesudah Raja Yohanes Kasimirus Vasa, disaksikan utusan paus dan para uskup, mengikrarkan kaul meriah, mempermaklumkan Maria sebagai "Ratu" atas seluruh wilayah kekuasaannya, di Katedral Lwów pada tanggal 1 April 1656.[21] Langkah kepausan yang terakhir dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 1 April 2005, sehari menjelang akhir hayatnya.[22] Hari Raya Perawan Maria Yang Amat Suci, Ratu Polandia jatuh setiap tanggal 3 Mei.
Di dalam ikon dari abad ke-12 yang tidak diketahui nama perupanya ini, Maria tampak merapatkan pipinya ke wajah Kanak-Kanak Yesus, cerminan kelemahlembutan seorang ibu. Dua abad kemudian, penggambaran semacam ini ditiru maestro Rusia, Andrei Rublev. Ikon asli karya Andrei Rublev sudah beberapa kali luput dari kehancuran. Sesudah Revolusi Rusia, ikon ini disimpan di Galeri Tretyakov di Moskwa, tetapi berkat usaha wakil-wakil Gereja Ortodoks Rusia, ikon ini kembali dipajang di sebuah gereja yang berhampiran dengan Galeri Tretyakov.
Sedikit banyak mencontohi ikonografi Hodegetria Romawi Timur; biasanya menampilkan Maria berdiri menggendong Kanak-Kanak Yesus sembari tersenyum; dianggap sebagai salah satu penggambaran terawal sosok Maria khas Barat.[23]
Penggambaran Maria yang sedang menyusui Kanak-Kanak Yesus, seperti yang terlukis di Katakombe Priskila di Roma, dari sekitar tahun 250 Masehi, adalah salah satu penggambaran Maria yang terawal (jika bukan yang tertua);[24] tidak dianjurkan oleh Konsili Trento sehingga jarang sekali dibuat selepas konsili tersebut.
Maria digambarkan sebagai sosok agung yang menaungi umat beriman dengan mantel perlindungannya; pertama kali muncul pada akhir abad ke-13 di Eropa Tengah dan Italia; lazimnya berkaitan dengan monumen-monumen peringatan wabah sampar.[25]
Maestà
"Kemuliaan" Virgo Deipara
"Perawan Yang Melahirkan Allah"
Maria memangku jenazah Yesus yang baru saja diturunkan dari salib; citra semacam ini pertama kali muncul pada abad ke-13 di Jerman dalam bentuk Andachtsbild atau ikon devosional yang berkaitan dengan perkabungan; Pietà Italia muncul pada abad ke-14;[26]Pietà yang dikerjakan Michelangelo antara tahun 1498 sampai 1499 dianggap sebagai sebuah mahakarya.
Penggambaran sosok Maria ala Barat yang ikonik dan banyak variasinya; sedikit banyak mencontohi ikonografi Glukofilousa (kecupan manis) Romawi Timur; Maria mengalihkan pandangannya dari Kanak-Kanak Yesus tatkala membayangkan sengsara yang akan dialami putranya itu di masa depan; lukisan ini dengan jelas menampakkan penitikberatan seni rupa Renaisans terhadap corak-corak ideal klasik, anatomi manusia yang realistis, dan perspektif.
Maria bersama Kanak-Kanak Yesus dan saudara sepupu Yesus, Yohanes Pembaptis, dilukis Raffaello pada rentang waktu tahun 1513-1514. Gaya nonlinier dan pewarnaannya yang tidak lazim lebih menampakkan sisa-sisa gaya melukis serta pengaruh Tiziano dan Sebastiano del Piombo. Lukisan ini dikagumi oleh banyak orang, antara lain Nathaniel Hawthorne, maupun banyak pelukis sosok manusia yang berguru kepada Ingres.[27]
Teotokos artinya "Yang Melahirkan Allah" dan diterjemahkan menjadi "Bunda Allah". Gelar ini diberikan kepada Maria dalam Konsili Oikumene ke-3 di Efesus tahun 431 Masehi (bdk. Lukas 1:43).[28]
^"...prasasti-prasasti Romawi Timur dari Palestina...pada abad ke-6....empat belas prasasti memuat seruan "Santa Maria" (Hagia Maria), sebelas prasasti lagi menyapanya sebagai Teotokos; prasasti-prasasti lain memuat tambahan penyifatan "Tanpa Noda" (Akeratos), "Amat Berkeberkatan" (Kekharitomene), "Tuan Putri" (Despoina), "Perawan" atau "Tetap-Perawan" (Aei-Partenos)." (Frend 1984, hlm. 836)
^Madonna. (2008). Dalam Encyclopædia Britannica. Temu balik tanggal 17 Februari 2008, dari Encyclopædia Britannica Daring: [1]Diarsipkan 2023-07-29 di Wayback Machine.
^"Catacombe di Priscilla". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-11-01. Diakses tanggal 2009-08-24.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Koleksi Pustaka MariawiDiarsipkan 2023-03-21 di Wayback Machine. di Universitas Dayton. Koleksi Pustaka Mariawi ini adalah kumpulan buku, terbitan berkala, karya seni, dan artefak terbesar di dunia mengenai Maria, Ibunda Yesus Kristus.