Óscar Arnulfo Romero y Galdámez (15 Agustus 1917 – 24 Maret 1980) adalah seorang prelatusGereja Katolik di El Salvador, yang menjabat sebagai Uskup Agung San Salvador. ia berbicara terbuka melawan kemiskinan, ketidakadilan sosial, pembunuhan, dan penyiksaan. Pada 1980, Romero dibunuh saat sedang Misa di kapel Rumah Sakit Penyelenggara Ilahi.
Saat beatifikasi Romero, Paus Fransiskus menyatakan bahwa "Pelayanannya khas karena perhatian menonjol terhadap kaum papa dan terpinggirkan."[3] Dihormati sebagai pahlawan oleh para pendukung teologi pembebasan yang terinspirasi oleh karyanya, menurut biografernya, Romero "tak meminati teologi pembebasan" namun teguh mengikuti ajaran Katolik tentang pembebasan dan opsi prefensial terhadap kaum papa,[4] menganggap revolusi sosial berdasar pada reformasi dari dalam. Meskipun dipandang sebagai konservatif sosial saat ia dilantik menjadi Uskup Agung pada 1977, ia sangat termenung terhadap pembunuhan Rutilio Grande yang terjadi beberapa pekan setelah pelantikannya sendiri dan lebih menjadi aktivis sosial pada masa berikutnya.
Pada 2010, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa memproklamasikan 24 Maret sebagai "Hari Internasional bagi Hak untuk Kebenaran terhadap Kekerasan Hak Asasi Manusia dan Dignitas Korban-korban" dalam menghargai peran Uskup Agung Romero dalam membela hak asasi manusia. Romero aktif mengutuk kekerasan hak asasi manusia dari orang-orang yang dimuliakan dan membela prinsip-prinsip perlindungan nyawa, mempromosikan dignitas manusia dan melawan seluruh bentuk kekerasan.
Kelompok-kelompok gereja Amerika Latin sering memproklamasikan Romero menjadi santo pelindung tak resmi dari benua Amerika dan/atau El Salvador; umat Katolik di El Salvador sering menyebutnya "San Romero". Di luar Katolik, Romero dihormati oleh denominasi-denominasi Kristen lainnya yang meliputi Gereja Inggris dan Komuni Anglikan melalui Kalender Penyembahan Umum, serta setidaknya pada kalender liturgi Lutheran. Uskup Agung Romero juga merupakan salah satu dari sepuluh martir abad ke-20 yang digambarkan dalam patung-patung di atas Great West Door, Westminster Abbey, London. Pada 2008, majalah A Different View yang berbasis di Eropa mencantumkan Romero sebagai salah satu dari 15 Juara Demokrasi Dunia-nya.[5]
Archbishop Oscar Romero: A Shepherd's Diary Archbishop Romero's diary in English. It covers the time between March 31, 1978, and March 20, 1980. "Romero's awareness of the historic importance of what was happening in the Church of San Salvador impelled him to maintain this other and more personal record of his pastoral activities."