Sirilus dari Yerusalem merupakan santo yang berasal dari Yerusalem. Lahir sekitar tahun 315, Sirilus menghadapi banyak sekali pertetangan.
Ketika Uskup Yerusalem Maximus wafat, Sirilus dipilih untuk menggantikan kedudukannya. Kemudian selama tiga puluh lima tahun Sirilus menjadi Uskup Yerusalem. Enam belas tahun dari masa pengabdiannya itu ia lewatkan dalam pengasingan serta pembuangan.[1] Tiga kali ia diusir dari kota oleh orang-orang berpengaruh yang tidak menghendaki kehadirannya. Mereka memaksa Sirilus untuk menerima ajaran-ajaran sesat tentang Yesus dan Gereja. Tetapi, Sirilus pantang menyerah.[1]
Masa pemerintahan Kaisar Yulianus - seorang kaisar yang ingkar terhadap agama - dimulai tahun 361. Yulianus bermaksud hendak membangun kembali Bait Allah (Yerusalem) di Yerusalem yang terkenal itu.[1][2] Ia punya suatu tujuan pasti, yakni hendak membuktikan bahwa Yesus salah ketika Ia menyatakan bahwa Bait Allah di Yerusalem tidak akan dibangun kembali.[1] Ia bertekad akan membuktikannya. Maka, ia menghabiskan banyak sekali uang serta mengirimkan segala macam bahan bagi pembangunan Bait Allah yang baru.[1] Banyak orang mendukungnya dengan menyerahkan barang-barang perhiasan serta emas dan perak. Namun demikian, Sirilus sanggup menghadapi situasi yang sulit tersebut dengan tenang. Ia yakin, Bait Allah (Yerusalem) tidak akan dapat dibangun kembali karena Yesus, yang adalah Allah, telah mengatakannya.[1]
Ketika melihat seluruh bahan-bahan bangunan tersebut, Uskup Sirilus berkata, ”Aku tahu bahwa usaha ini pasti akan gagal.” Dan, memang demikian, pertama-tama badai, kemudian gempa bumi, dan yang terakhir kebakaran, yang akhirnya menghentikan usaha kaisar. Akhirnya, Kaisar Yulianus membiarkan pekerjaan tersebut terbengkalai.[1][2]
Sirilus wafat tahun 386, karena semangatnya dalam mengajarkan kebenaran tentang Yesus dan gereja-Nya, Sirilus diangkat sebagai pelindung para katekesis.
Referensi