Aurelius Ambrosius[a] (ca 340–397), yang dihormati sebagai Santo Ambrosius, adalah Uskup Milan yang tersohor sebagai salah seorang tokoh Gereja paling berpengaruh pada abad ke-4.[2][3][4][5][6][7][8] Ia adalah Gubernur Romawi atas wilayah Liguria dan Emilia yang berpusat di Milan, sebelum dipilih secara aklamasi menjadi Uskup Milan oleh warga kota itu pada 374. Ambrosius adalah seorang penentang paham Arianisme yang gigih, dan didakwa telah menghasut rakyat untuk memersekusi golongan Arianis, umat Yahudi, dan kaum penyembah berhala.
Menurut tradisi, Ambrosius adalah tokoh yang telah memasyarakatkan "langgam antifonal", yakni cara bernyanyi bersahut-sahutan, dan penggubah veni redemptor gentium, sebuah madah adven.
Ia juga tekun mencermati kondisi masyarakat Italia pada zamannya.[9]
Ambrosius adalah salah seorang di antara keempat Pujangga Gereja yang mula-mula,[2] dan dihormati sebagai santo pelindung kota Milan. Ia dikenal sebagai tokoh yang telah mempengaruhi kehidupan Agustinus dari Hipo.
Riwayat hidup
Masa muda
Ambrosius terlahir dalam sebuah keluarga KristenRomawi kira-kira pada 340. Ia tumbuh besar di Gallia Belgica, wilayah Kekaisaran Romawi yang beribu kota di Augusta Treverorum.[10] Kadang-kadang diriwayatkan bahwa ayahnya adalah Aurelius Ambrosius,[11][12]Prefek Pretoria Galia (bahasa Latin: praefectus praetorio Galliarum);[1] namun menurut sebagian pakar, ayahnya adalah seorang pejabat bernama Uranius yang menerima piagam kekaisaran bertarikh 3 Februari 339 (disebutkan dalam kutipan singkat ketetapan salah satu dari ketiga kaisar pada 339, Konstantinus II, Konstantius II, atau Konstans, yang termaktub di dalam Codex Theodosianus, Kitab XI.5).[13][14][15]
Ibunya adalah seorang perempuan yang cerdas lagi saleh,[16] putri keluarga elit Romawi, Aurelii Symmachi,[17] dan oleh karena itu Ambrosius masih bersaudara sepupu dengan orator ulung Quintus Aurelius Symmachus. Ambrosius adalah anak bungsu di antara tiga orang adik-beradik. Kakak-kakaknya adalah Marselina dan Satirus (tokoh dalam De excessu fratris Satyri karya Ambrosius), yang juga dihormati sebagai orang-orang kudus.[18] Konon ketika masih kanak-kanak, sekawanan lebah menghinggapi wajah Ambrosius yang sedang tergolek di dalam buaian dan meninggalkan setetes madu. Ayahnya mengartikan kejadian itu sebagai suatu pertanda baik bahwa putranya kelak tumbuh menjadi orang yang pandai bertutur kata dan bermulut semanis madu. Itulah sebabnya, gambar lebah dan sarang lebah kerap muncul dalam simbologi santo ini.
Sepeninggal ayahnya, Ambrosius berangkat ke Roma, tempat ia mendalami ilmu sastra, hukum, dan retorika. Ia kemudian mengikuti jejak mendiang ayahnya menjadi pegawai pemerintah. Prefek Pretoria Sextus Claudius Petronius Probus mula-mula memberinya kursi di dalam dewan dan kemudian kira-kira pada 372 menjadikannya gubernur atas wilayah Liguria dan Emilia, dengan pusat pemerintahan di kota Milan yang kala itu merupakan ibu kota Romawi kedua (sesudah kota Roma) di negeri Italia.[1]
Ambrosius menjabat sebagai Gubernur Liguria dan Emilia di Italia utara sampai terpilih menjadi Uskup Milan pada 374. Ia adalah tokoh politik yang dicintai banyak orang, dan selaku seorang gubernur yang berkedudukan di ibu kota efektif Romawi Barat, ia pun tampil sebagai sosok yang menonjol di kalangan majelis istana Kaisar Valentinianus I.
Uskup Milan
Pada penghujung abad ke-4, terjadi pertentangan sengit di Keuskupan Milan antara golongan Trinitarianis dan golongan Arianis.[2] Pada 374, Auxentius, Uskup Milan meninggal dunia dan kelompok-kelompok ortodoks dan Arianis saling bersaingan untuk menjadi penerusnya.[2][7] Prefek pergi secara pribadi ke basilika, tempat pemilihan itu akan dilangsungkan, untuk mencegah kerusuhan yang mungkin akan terjadi dalam krisis ini.[2] Pidatonya diinterupsi dengan seruan "Angkat Ambrosius menjadi uskup!" yang kemudian diikuti oleh orang lain sehingga ia secara aklamasi diangkat sebagai uskup.[7]
Ambrosius adalah seorang calon yang kuat dalam keadaan ini, karena ia dikenal bersimpati kepada golongan Trinitarianis, tetapi juga diterima oleh golongan Arianis karena posisinya sebagai seorang politikus dianggap secara teologis netral.[7] Ia sendiri mulanya menolak keras jabatan ini, karena ia sama sekali tidak siap.[7] Hingga saat itu ia hanyalah seorang calon baptisan, tanpa pendidikan teologis.[7] Hanya karena campur tangan kaisar ia menyerah dan dalam seminggu ia dibaptiskan serta ditahbiskan, lalu diresmikan menjadi uskup Milan.[7]
Menurut legenda, Santo Ambrosius segera dan dengan tegas menghentikan ajaran sesat di Milan.[6] Sesungguhnya ia bergerak dengan lebih realistik dan penuh pertimbangan, karena ia tidak punya banyak masalah dengan Arianisme yang kuat pengaruhnya khususnya di kalangan rohaniwan dan masyarakat kelas atas.[7] Ia mulai mempelajari teologi di bawah bimbingan Simplisianus, seorang presbiter Roma.[7] Dengan menggunakan kecakapannya dalam bahasa Yunani, yang saat itu jarang terdapat di Barat, ia mempelajari Alkitab dan para pengarang Yunani seperti Filo, Origenes, Athanasius dan Basil dari Kaisarea, yang dengannya ia banyak berkorespondensi.[7] Ia menerapkan pengetahuannya yang baru sebagai pengkhotbah, sambil memusatkan perhatian pada eksegesis Perjanjian Lama, dan kecakapan retorikanya yang mengesankan Augustinus Hippo, yang saat itu menganggap remeh para pengkhotbah Kristen.[4]
Sebagai uskup, ia segera mengambil cara hidup asketik, membagi-bagikan uangnya kepada orang miskin, menyerahkan tanahnya kepada Gereja, setelah sebelumnya menyisihkan sebagian kecil untuk saudara perempuannya Marselina, dan menyerahkan pemeliharaan keluarganya kepada saudara laki-lakinya.[4]
Melawan golongan Arianis
Kefasihan Ambrosius segera bermanfaat dalam pertikaian antara golongan Arianis dengan pihak ortodoks atau Katolik, yang didukung oleh uskup yang baru.[4]Gratianus, putra sulung Valentinianus I, mengambil sisi yang sama; tetapi Valentinianus muda, yang kini telah menjadi koleganya di kekaisaran, mengambil pandangan golongan Arianis, dan semua argumen dan kefasihan Ambrosius tidak mampu meyakinkan pangeran yang muda itu akan iman ortodoks.[4]Theodosius I, kaisar di Romawi Timur, juga menganut keyakinan ortodoks; tetapi di sana ada banyak pengikut Arius yang tersebar di seluruh wilayahnya.[4] Dalam menghadapi pandangan keagamaan yang terpecah ini, dua pemimpin dari golongan Arianis Palladius dan Secundianus, yang merasa yakin akan kekuatan mereka, mengalahkan Gratianus untuk mengadakan konsili gereja dari seluruh wilayah kekaisaran.[7] Permintaan ini tampaknya begitu adil sehingga tanpa ragu ia memenuhinya, tetapi Ambrosius yang memahami konsekuensinya, berhasil meyakinkan kaisar agar masalah ini ditentukan oleh sebuah dewan uskup Gereja Barat.[7]
Sebuah sinode yang terdiri atas 32 orang uskup, kemudian diadakan di Aquileia pada 381.[7] Ia menegaskan bahwa pertemuan itu hanya sepihak, dan bahwa tidak semua uskup dari seluruh kekaisaran itu hadir, sehingga tidak akan dapat diperoleh pemahaman yang utuh mengenai keseluruhan Gereja Kristen saat itu.[7] Kemudian diadakan pemungutan suara, dan Palladius dan pembantunya Sekundianus dipecat dari jabatan keuskupan.[7]
Makin kuatnya golongan Arianis menjadi tugas berat yang harus dikerjakan Ambrosius.[7] Pada 384, kaisar muda dan ibunya Justina, beserta sejumlah besar rohaniwan dan umat awam, khususnya kalangan militer, menganut paham Arianisme, dan meminta izin dari sang Uskup untuk menggunakan dua gedung gereja, satu di dalam kota, dan satunya lagi di pinggiran kota Milan.[7]
Ambrosius menolak, dan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan dewan kekaisaran.[7][19] Dalam sidang yang dihadiri khalayak ramai itu, kegigihannya menyebabkan para menteri kaisar Valentianus memperbolehkannya pulang tanpa harus menyerahkan kedua gedung gereja tersebut.[19] Hari berikutnya, ketika memimpin ibadat suci dalam basilika, wali kota datang membujuknya untuk menyerahkan setidaknya gedung gereja Portia di pinggiran kota.[19] Karena dia tetap bersikeras menolak, dewan kekaisaran mulai menggunakan cara-cara kekerasan: para petugas rumah tangga kekaisaran diperintahkan mempersiapkan Basilika dan gedung gerejaPortia sebagai tempat untuk melaksanakan peribadatan pada saat kaisar dan ibunya tiba menjelang perayaan Paskah.[19]
Sadar akan makin kuatnya pengaruh prelatus itu, dewan kekaisaran memutuskan lebih aman bila membatasi permintaan mereka menjadi salah satu saja dari kedua gedung gereja itu.[19] Namun segala upaya terbukti sia-sia, dan justru membuat sang uskup mengeluarkan pernyataan keras berikut ini:[19] "Jika engkau menginginkan saya, saya siap untuk takluk: bawalah saya ke dalam penjara atau kematian, saya tidak akan melawan; tetapi saya tidak akan mengkhianati gereja Kristus.[19] Saya tidak akan menyeru rakyat untuk menolong saya; lebih baik saya mati di kaki altar daripada meninggalkannya.[19] Huru-hara rakyat tidak akan saya bangkitkan: namun hanya Allah yang mampu meredakannya."[19]
Teologi
Menyantuni fakir miskin
Ambrosius menganggap fakir miskin bukanlah pihak luar melainkan bagian dari masyarakat seutuhnya. Menurut Ambrosius, menyantuni fakir miskin bukanlah suatu tindakan kedermawanan terhadap kaum yang tersisih dari masyarakat melainkan suatu tindakan ganti rugi atas sumber-sumber daya yang mula-mula dikaruniakan Allah secara sama rata kepada setiap orang namun kemudian dirampas oleh orang-orang kaya.[20]
Sudah selayaknya Allah dilahirkan oleh seorang perawan. Cara lahir manusiawi manakah yang lebih layak bagi Allah, dibanding cara lahir yang digunakan Putra Allah yang tak bercela itu untuk menjaga kemurnian asal usul-Nya yang tak bercela tatkala menjadi manusia?[22]
Kita mengakui, bahwa Kristus Tuhan lahir dari seorang perawan, dan oleh karena itu kita menolak tahapan alamiah dari segala sesuatu. Karena ia mengandung bukan dari seorang laki-laki melainkan dari Roh Kudus.[23]
Kristus tidak terbagi-bagi tetapi satu. Jika kita memujanya-Nya sebagai Putra Allah, kita tidak menafikan kelahiran-Nya dari sang perawan… Namun tidak seorang pun boleh menerapkannya pula pada Maria. Maria adalah kenisah bagi Allah tetapi bukan Allah yang bersemayam di dalam kenisah. Oleh karena itu, hanya yang bersemayam di dalam kenisahlah yang boleh disembah.[24]
Ya, sungguh terberkati karena telah mengungguli sang imam (Zakaria). Manakala sang imam menafikan, sang perawan justru meluruskan kekeliruan itu. Tidaklah mengherankan jika Tuhan, hendak menyelamatkan dunia, mengawali karya-Nya dengan Maria. Jadi ia, yang melaluinya keselamatan sedang dipersiapkan bagi segenap insan, menjadi insan pertama yang menerima buah keselamatan terjanji itu.[25]
Ambrosius menganggap selibat lebih mulia daripada perkawinan dan memandang Maria sebagai suri teladan kemurnian.[26]
Ambrosius adalah Uskup Milan pada waktu Agustinus bertobat, dan namanya disebut-sebut di dalam Confessiones karya Agustinus. Menurut tradisi, Ambrosius adalah rohaniwan yang membaptis Agustinus.
Dalam salah satu bagian dari Confessiones, berisi renungan Agustinus mengenai mengapa ia tidak dapat mencurahkan permasalahan-permasalahan yang membebani hatinya kepada Ambrosius, ia menulis: "Ambrosius sendiri kuhargai sebagai orang yang berbahagia, sebagaimana dunia memaknai kebahagiaan, karena orang-orang besar menghormatinya. Hanya saja kehidupan selibatnya tampak bagiku sebagai suatu beban yang menyengsarakan."[27]
Kebiasaan membaca
Dalam bagian yang sama dari Confessiones tersurat sepenggal anekdot yang memuat sejarah kebiasaan membaca:
Bilamana [Ambrosius] membaca, matanya memindai isi halaman sementara hatinya mengulik maknanya, namun suaranya tak terdengar dan lidahnya tak bergerak. Siapa saja bebas mendekatinya dan kedatangan tetamu lazimnya tak dimaklumkan, sehingga sering kali, manakala kami datang mengunjunginya, kami mendapatinya sedang membaca seperti ini tanpa suara, karena ia tidak pernah membaca dengan suara nyaring.[27]
Ayat ini menjadi sebuah pokok bahasan ilmiah pada zaman modern. Kebiasaan membaca seorang diri tanpa menyuarakan isi bacaan tidaklah lazim pada zaman kuno sebagaimana sekarang ini. Dalam sebuah kebudayaan yang sangat menghargai kepiawaian bertutur dan segala macam unjuk kebolehan di muka umum, di mana pembuatan buku-buku sangat menguras tenaga, mayoritas warga masyarakat buta aksara, dan golongan yang mampu menikmati karya-karya sastra pun menggunakan jasa hamba sahaya untuk membacakannya bagi mereka, teks-teks tertulis lebih dipandang sebagai huruf-huruf untuk didaraskan ketimbang sarana untuk merenung dalam keheningan. Meskipun demikian, terdapat bukti bahwa kebiasaan membaca dalam hati sudah ada pada zaman kuno dan bahwasanya kebiasaan ini tidaklah umum dianggap sebagai ketidaklaziman.[28][29][30]
^H. Berkhof, H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
^ abcdefMichael Collins & Matthew A. Price. Millenium The Story of Christianity: Menelusuri Jejak Kristianitas. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
^Jean Comby with Diarmaid MacCulloch. How to Read Church History Vol. 2 From the Reformation to the present day. New York: Crossroad, 1989.
^ abWilliston Walker. A History of The Christian Church. New York: Charles Scribner's Sons, 1946.
^ abcdefghijklmnopqrsTony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
^Thomas van den End. Harta Dalam Bejana. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
^Mengenai keprihatinannya terhadap masyarakat, lihat Maciej Wojcieszak, Obraz społeczeństwa Italii w listach Ambrożego z Mediolanu, "Christianitas Antiqua" 6 (2014), s. 177-187. p-ISSN: 1730-3788.
^Greenslade, Stanley Lawrence (1956), Early Latin theology: selections from Tertullian, Cyprian, Ambrose, and Jerome, Library of Christian classics, 5, Westminster: John Knox Press, hlm. 175
^Paredi & Costelloe 1964, hlm. 380: "St. Paulinus dalam Vit. Ambr. 3 menulis sebagai berikut: posito in administratione praefecturae Galliarum patre eius Ambrosio natus est Ambrosius. Berdasarkan sumber ini, praktis semua penulis biografi Ambrosius menyimpulkan bahwa ayah Ambrosius adalah prefek pretoria di Galia. Meskipun demikian, sumber ini adalah satu-satunya bukti tentang keberadaan seorang tokoh bernama Ambrosius yang memegang jabatan sebagai prefek di Galia."
^Barnes, T. D., "The Election of Ambrose of Milan", in: Johan Leemans (ed), Episcopal Elections in Late Antiquity, de Gruyter, 2011, hlm. 39–60.
^Mazzarino, S. "Il padre di Ambrogio", Helikon 13–14, 1973–1974, 111–117.
^Mazzarino, S., "Storia sociale del vescovo Ambrogio", Problemi e ricerche di storia antica 4, Rome 1989, 79–81.
^Santi Beati (dalam bahasa Italian), ITPemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^ abcdefghijkKesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Attwater
^Brown, Peter (2012). Through the Eye of the Needle – Wealth, the Fall of Rome, and the Making of Christianity in the West, 350–550 AD. Princeton University Press. hlm. 133.
Cameron, Alan (2011). The Last Pagans of Rome. USA: Oxford University Press. ISBN978-0-19-974727-6.
Chesnut, Glenn F. (1981). "The Date of Composition of Theodoret's Church history". Vigiliae Christianae. 35 (3): 245–252. doi:10.2307/1583142. JSTOR1583142.
Cunningham, Maurice P. (October 1955). "The Place of the Hymns of St. Ambrose in the Latin Poetic Tradition". Studies in Philology. 52 (4): 509–514. JSTOR4173143.
Curran, John (1998). "From Jovian to Theodosius". Dalam Cameron, Averil; Garnsey, Peter. The Late Empire, A.D. 337–425. The Cambridge Ancient History. XIII (edisi ke-Second). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN978-0-521-30200-5.
Cvetković, Carmen Angela; Gemeinhardt, Peter, ed. (2019). Episcopal Networks in Late Antiquity: Connection and Communication Across Boundaries. Walter de Gruyter GmbH & Co KG. ISBN978-3-11-055339-0.
Davidson, Ivor J. (1995). "Ambrose's de officiis and the Intellectual Climate of the Late Fourth Century". Vigiliae Christianae. 49 (4): 313–333. doi:10.1163/157007295X00086. JSTOR1583823.
Elliott, Paul M. C. (2019). Creation and Literary Re-Creation: Ambrose's Use of Philo in the Hexaemeral Letters. Gorgias Press. ISBN978-1-4632-4087-5.
Errington, R. Malcolm (1997). "Christian Accounts of the Religious Legislation of Theodosius I". Klio. 79 (2): 398–443. doi:10.1524/klio.1997.79.2.398.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Errington, R. Malcolm (2006). [[[:Templat:Googlebooks]] Roman Imperial Policy from Julian to Theodosius] Periksa nilai |url= (bantuan). Chapel Hill: University of North Carolina Press. ISBN0-8078-3038-0.
Gafford II, Joe Aaron (2015). "The Life and Conversion of Augustine of Hippo". Tenor of Our Times. 4 (1).
Grieve, Alexander J. (1911). "Ambrose, Saint". Dalam Chisholm, Hugh. Encyclopædia Britannica. 1 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 798–799.
Hagendahl, Harald (1967). Augustine and the Latin Classics, vol. 2: Augustine's Attitude, Studia Graeca et Latina Gothoburgensia. Stockholm: Almqvist & Wiksell.
Hebblewhite, Mark (2020). [[[:Templat:Googlebooks]] Theodosius and the Limits of Empire] Periksa nilai |url= (bantuan). London: Routledge. doi:10.4324/9781315103334. ISBN978-1-138-10298-9.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Hebblewhite, Mark (2020a). Theodosius and the Limits of Empire (edisi ke-illustrated). Routledge. hlm. intro. ISBN978-1-351-59476-9.
Herrin, Judith (1987). The Formation of Western Christendom. Princeton University Press. ISBN978-0-691-00831-8.
Kaye, John (1853). Some account of the Council of Nicæa in connexion with the life of Athanasius. F. J. Rivington.
McLynn, Neil B. (1994), Ambrose of Milan: Church and Court in a Christian Capital, The Transformation of the Classical Heritage, 22, Berkeley: University of California Press, ISBN978-0-520-08461-2
Ramsey, Boniface (2002). Ambrose. The Early Church Fathers. New York: Routledge. ISBN978-1-134-81504-3.Parameter |orig-date= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Salzman, Michele Renee (1993). "The Evidence for the Conversion of the Roman Empire to Christianity in Book 16 of the "Theodosian Code"". Historia: Zeitschrift für Alte Geschichte. 42 (3): 362–378. ISSN0018-2311. JSTOR4436297.
Salzman, Michele Renee (2006). "Symmachus and the "Barbarian" Generals". Historia: Zeitschrift für Alte Geschichte. 55 (3).
Salzman, Michele; Sághy, Marianne; Testa, Rita (2016). Pagans and Christians in Late Antique Rome : Conflict, Competition, and Coexistence in the Fourth Century. New York, NY: Cambridge University Press. ISBN978-1-107-11030-4.
Sáry, Pál (2019). "Remarks on the Edict of Thessalonica of 380". Dalam Vojtech Vladár. Perpauca Terrena Blande Honori dedicata pocta Petrovi Blahovi K Nedožitým 80. Narodeninám. Trnavská univerzity. hlm. 67–80. ISBN978-80-568-0313-4.
Smith, J. Warren (2021). "12: Societas and Misericordia in Ambrose' theology of community". Dalam Gannaway, Ethan; Grant, Robert. Ambrose of Milan and Community Formation in Late Antiquity. Cambridge Scholars Publishing. ISBN978-1-5275-6726-9.
Trombley, Frank R. (2001). Hellenic religion and Christianization, c. 370-529. Boston: Brill Academic Publishers. ISBN978-0-391-04121-9.
Trout, Dennis E. (1999). Paulinus of Nola: Life, Letters, and Poems. University of California. ISBN978-0-520-92232-7.
Trout, D. (2000). "Paulinus of Nola (Book Review)". Theological Studies. 61 (2).
Verlag, Franz Steiner (1976). "Arbogast and the Death of Valentinian II". Historia: Zeitschrift für Alte Geschichte. 25 (2): 235–244. JSTOR4435500.
Washburn, Daniel (2006). "The Thessalonian Affair in the Fifth Century Histories". Dalam Drake, Harold Allen; Albu, Emily; Elm, Susanna; Maas, Michael; Rapp, Claudia; Salzman, Michael. Violence in Late Antiquity: Perceptions and Practices. University of California, Santa Barbara.
Wojcieszak, Maciej (2014). "Obraz społeczeństwa Italii w listach Ambrożego z Mediolanu" [Social issues in the letters of St. Ambrose of Milan]. Christianitas Antiqua (dalam bahasa Polski). 6: 177–187. ISSN1730-3788.
Deferrari, Roy J., ed. (1954–1972), The Fathers of the Church, 26, 42, 44, 65, New York: Fathers of the Church
Dudden, F. Homes (1935), The Life and Times of St. Ambrose, Oxford: Clarendon Press
Gilliard, Frank D. (1984), "Senatorial Bishops in the Fourth Century", Harvard Theological Review, 77 (2): 153–175, doi:10.1017/s0017816000014279Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
King, N.Q. (1960), The Emperor Theodosius and the Establishment of Christianity, Philadelphia: Westminster Press
Paulinus (1952), Life of St. Ambrose by Paulinus., diterjemahkan oleh John A. Lacy, New York: Fathers of the Church
von Campenhausen, Hans (1964), Men Who Shaped the Western Church, diterjemahkan oleh Hoffman, Manfred, New York: Harper and Row
"Ambrose", Patron Saints Index, SPQN, January 2009, diakses tanggal 8 Desember 2012
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Ambrosius.