Ruiz bertugas sebagai putra altar di Gereja Binondo. Setelah didik oleh para biarawan Dominikan selama beberapa tahun, Ruiz diberi gelar escribano (kaligrafer) karena kemampuan penmanshipnya. Ia menjadi anggota Cofradia del Santísimo Rosario (Konfraternitas Rosario Paling Kudus). Ia menikah dengan Rosario, seorang pribumi, dan mereka memiliki dua putra dan seorang putri.[3] Keluarga Ruiz biasanya memimpin kedamaian, keagamaan, dan kehidupan yang berisi.
Pada 1636, ketika bekerja sebagai clerk pada Gereja Binondo, Ruiz yang tidak bersalah dituduh membunuh seorang Spaniard. Ruiz diberikan suaka untuk naik sebuah kapal bersama dengan tiga pendeta Dominikan: Santo Antonio Gonzalez; Santo Guillermo Courtet; Santo Miguel de Aozaraza, seorang pendeta Jepang; Santo Vicente Shiwozuka de la Cruz; dan seorang Santo awam berpenyakit kusta yang bernama Lázaro dari Kyoto. Ruiz dan para pengikutnya pergi ke Okinawa pada 10 Juni 1636, bersama dengan Romo-Romo Dominikan dan Fr Giovanni Yago.[1][2][4]
Kemartiran
Keshogunan Tokugawamenganiaya Kristen pada waktu Ruiz datang ke Jepang. Para misionaris ditangkap dan dimasukkan ke penjara, dan setelah dua tahun, mereka ditransfer ke Nagasaki untuk dihadapkan dengan hukuman. Ia dan para pengikutnya dihadapkan dengan jenis hukuman yang berbeda.[3]
Pada 27 September 1637, Ruiz dan para pengikutnya dibawa ke Bukit Nishizaka, dimana mereka dihukum dengan cara digantung diatas sebuah pit. Bentuk hukuman ini dikenal sebagai tsurushi (釣殺し) dalam bahasa Jepang atau horca y hoya ("gallows dan pit") dalam bahasa Spanyol. Jenazahnya dikremasi, dan abunya ditenggelamkan ke laut.[1][2][4]
Kesantoan
Penyebab beatifikasi dan kanonisasi
Positio Super Introductione Causae atau penyebab beatifikasi St. Lorenzo Ruiz ditulis oleh seorang sejarawan, Fr. Fidel Villarroel, O.P. Ruiz dibeatifikasikan pada saat kunjungan kepausan Paus Yohanes Paulus II di Filipina.[5][6][7] Ini adalah upacara beatifikasi pertama yang diadakan di luar Vatikan dalam sejarah. San Lorenzo Ruiz dikanonisasikan oleh Paus yang sama di Vatican City pada 18 Oktober 1987, yang menjadikannya sebagai santo Filipina pertama.[1][2][4]
Mukjizat
Kanonisasinya berdasarkan pada sebuah mukjizat yang terjadi pada 1983, ketika Cecilia Alegria Policarpio, seorang perempuan berusia 2 tahun sembuh dari atrofi otak (hidrosefalus), yang terjadi setelah keluarga dan para pendukungnya berdoa kepada Ruiz untuk kesembuhannya. Ia didiagnosis dengan kondisi tersebut tak lama setelah lahir dan dirawat di Pusat Pengobatan Magsaysay.[8]
Pada 28 September 2007, Gereja Katolik merayakan peringatan ke-20 kanonisasi Ruiz. Kardinal yang kemudian menjadi Uskup Agung Manila yang bernama Gaudencio Rosales berkata: “Kahit saan nandoon ang mga Pilipino, ang katapatan sa Diyos ay dala-dala ng Pinoy.” ("Dimanapun orang Filipina, Pinoy mengirimkan fidelitas kepada Allah.")[11]
Dalam budaya populer
Film dan teater
Ang Buhay ni Lorenzo Ruiz, sebuah film biografi keagamaan Filipina 1970
LORENZO, sebuah musikal panggung pada September 2013, karya Green Wings Entertainment, dengan musik karya Ryan Cayabyab, buku dan lirik karya Juan Ekis dan Paul Dumol, yang berkolaborasi dengan Joem Antonio, disutradarai oleh Nonon Padilla, dan diproduksi oleh Christopher de Leon.