Pascakapitalisme mencakup beberapa proposal sistem ekonomi baru untuk menggantikan kapitalisme, atau berspekulasi tentang nasib dari bentuk tatanan sosial ekonomi saat ini. Menurut beberapa pendapat Marxis klasik, dan beberapa teori evolusi sosial, masyarakat pascakapitalis dapat muncul sebagai hasil dari evolusi spontan ketika kapitalisme menjadi usang. Lainnya menganjurkan model yang secara sengaja menggantikan kapitalisme. Paling menonjol di antaranya adalah sosialisme dan anarkisme.
Pada 1993, Peter Drucker menguraikan kemungkinan evolusi masyarakat kapitalis dalam bukunya, Post-Capitalist Society.[1] Buku ini menyatakan bahwa pengetahuan - dibandingkan modal, lahan, atau tenaga kerja - adalah basis baru kekayaan. Kelas-kelas masyarakat yang sepenuhnya pascakapitalis diharapkan akan terbagi menjadi pekerja pengetahuan atau pekerja pelayanan, berbeda dengan kapitalis dan proletariat di masyarakat kapitalis. Di buku itu Drucker memperkirakan transformasi menuju pascakapitalisme akan selesai pada 2010-2020. Drucker juga menganjurkan untuk memikirkan kembali konsep kekayaan intelektual dengan menciptakan sistem lisensi universal.[2] Konsumen dapat berlangganan dengan biaya dan produsen dapat menganggap bahwa semuanya direproduksi dan didistribusikan melalui jejaring sosial.
Pada 2015, menurut Paul Mason, meningkatnya ketimpangan pendapatan, siklus berulang booming dan penurunan ekonomi, serta kontribusi kapitalisme terhadap perubahan iklim telah mendorong para ekonom, pemikir politik dan filsuf untuk mulai mempertimbangkan dengan serius bagaimana tampilan dan fungsi masyarakat pascakalitalis. Pascakapitalisme diharapkan dapat terlaksana dengan kemajuan lebih lanjut dalam otomatisasi dan teknologi informasi - keduanya secara efektif membuat biaya produksi cenderung mendekati nol.[3]
Nick Srnicek dan Alex Williams mengidentifikasi krisis dalam kemampuan dan kemauan kapitalisme untuk mempekerjakan semua anggota masyarakat, dengan alasan bahwa "ada peningkatan populasi orang-orang yang berada di luar pekerjaan formal dan berupah, mencari nafkah dengan tunjangan kesejahteraan minimal, pekerjaan subsisten informal, atau dengan cara ilegal."[4]
Sosialisme, sistem yang didasarkan pada kepemilikan sosial atas alat produksi, di mana produksi dilaksanakan untuk secara langsung menghasilkan nilai guna, yang mencakup bentuk perhitungan tanpa uang seperti perhitungan sumber daya fisik atau waktu kerja, serta didasarkan pada produksi langsung utilitas dibandingkan hukum kapitalis tentang akumulasi dan nilai. Beberapa model sosialisme menganjurkan perencanaan ekonomi untuk mengalokasikan faktor produksi sebagai ganti pasar modal, sementara model lainnya menganjurkan untuk mempertahankan alokasi barang modal berbasis pasar.
Sosialisme pasar, tipe sosialisme yang didiasarkan pada sosialisasi dan kepemilikan publik atau kepemilikan koperasi atas alat produksi, tetapi mempertahankan perhitungan moneter dan kompetisi pasar, serta memanfaatkan pasar sebagai cara utama untuk mengalokasikan faktor produksi.
Rifkin, Jeremy (2014). The Zero Marginal Cost Society: The Internet of Things, the Collaborative Commons, and the Eclipse of Capitalism. St. Martin's Press. ISBN978-1137278463
Shutt, Harry (2010). Beyond the Profits System: Possibilities for the Post-Capitalist Era. Zed Books. ISBN978-1848134171.