George Orwell (nama asli: Eric Arthur Blair; Motihari, 25 Juni 1903 – 21 Januari 1950) adalah sastrawan Inggris yang terkenal dengan karyanya Nineteen Eighty-Four dan Animal Farm. Karya Orwell menjadi terkenal berkat tema-tema yang kritis, terutama terhadap totalitarianisme, pengawasan negara dan penyalahgunaan kekuasaan.
Karya-karya George Orwell meliputi novel, puisi, esai dan sejumlah karya jurnalistik. Karya nonfiksinya, banyak diambil dari pengalaman pribadinya, termasuk The Road to Wigan Pier (1937) yang mendokumentasikan pengalamannya dalam kehidupan kelas pekerja di wilayah industri Inggris Utara. Sementara pada Homage to Catalonia (1938) Orwell menceritakan pengalamannya berangkat ke Perang Saudara Spanyol sebagai wartawan, namun justru bergabung dengan Partai Persatuan Buruh Marxis (POUM).
Karya Orwell berpengaruh besar pada budaya populer dan politik, bahkan kata "Orwellian" banyak digunakan untuk menggambarkan situsasi, kondisi dan kebijakan yang mencerminkan totalitarianisme dan otoritarianisme. Neologisme Orwell yang menjadi bagian dari Bahasa Inggris antara lain "Big Brother", "Thought Police", "Room 101", "Newspeak", "Memory Hole", "Doublethink", dan "Thoughtcrime".
Biografi
Kehidupan awal
Eric Arthur Blair lahir pada 25 Juni 1903 dari orang tua kelahiran Inggris di Motihari, Bengal, India. Ayahnya, Richard Walmesley Blair, bekerja di Departemen Opium di Layanan Sipil. Ibunya, Ida Mabel Blair (nee Limouzin), membawanya ke Inggris pada saat dia berumur satu tahun. Dia tak bertemu dengan ayahnya lagi hingga tahun 1907, saat Richard berkunjung ke Inggris selama tiga bulan. Eric memiliki dua saudari; Majorie, saudari tuanya, dan Avril, yang muda. Dia menyebut keluarganya sebagai kelas menengah-atas-bawah.
Pendidikan
Pada umur enam tahun, Eric masuk Anglican parish school (sekolah milik paroki Anglikan) di Henley-on-Thames, di mana dia memukau para gurunya. Ibunya menginginkan dia untuk mendapat pendidikan umum yang baik, tetapi kondisi keuangan keluarganya tidak dapat memenuhinya kecuali dia mendapatkan beasiswa. Saudara ibunya, Charles Limouzin yang tinggal di Pantai Selatan, merekomendasikan St Cyprian's School, Eastbourne, Sussex. Kepala sekolahnya turut membantu Blair untuk mendapatkan beasiswa, dan membuat perjanjian finansial privat yang membolehkan orang tua Blair membayar hanya setengah dari biaya normal. Di sekolah, Blair membuat ikatan persahabatan yang bertahan lama dengan Cyril Connolly (nantinya menjadi editor majalah Horizon, yang kemudian menerbitkan banyak esai-esai Blair). Bertahun-tahun kemudian Blair mengingat masa sekolahnya dengan "mordant" dalam esai "Such, Such Were the Joys". Bagaimanapun, selama di sekolah itu, dia menulis dua puisi yang diterbitkan di surat kabar lokal, dan mendapatkan juara ke-dua pada Harrow History Prize. Karyanya mendapatkan pujian dari penilik eksternal sekolah dan mendapatkan beasiswa ke Wellington dan Eton.
Setelah menjalani satu termin di Wellington College, Blair pindah ke Eton College dengan beasiswa King (King's Scholar), dan Aldous Huxley sebagai tutor Bahasa Prancisnya. Kemudian, dia menulis tentang bagaimana dia cukup bahagia di Eton, karena membiarkan siswanya mendapat cukup kebebasan; namun dia sempat menghentikan membuat karya-karya serius di sana. Rapor akademiknya berserta alasannya, bervariasi. Dengan nilai yang buruk berarti dia tidak bisa melanjutkan ke Universitas; jika Blair muda mendaftarkan diri ke universitas, hampir pasti Ia bisa masuk ke Oxbridge.
Hari-hari di Burma
Pada saat Ia menyelesaikan sekolah di Eton, keluarganya tidak bisa membiayai kuliah di universitas; ayahnya berpendapat prospek beasiswanya sangat kecil, maka pada 1922 Eric Arthur Blair bergabung dengan Polisi Imperial India, bertugas di Katha dan Moulmein di Burma. Kehidupan sebagai polisi imperial membuat Blair kemudian membenci imperialisme; ketika pergi ke Inggris, dia mengundurkan diri dari Kepolisian Imperial India pada 1927 untuk menjadi penulis.
Pengalaman sebagai polisi Burma melahirkan novel Burmese Days (1934) dan esai "A Hanging" (1931) dan "Shooting an Elephant" (1936). Di Inggris, dia menulis pada kenalan keluargaya, Ruth Pitter, kemudian lewat Ruth dan seorang temannya Blair berhasil mendapat kamar tinggal di Portobello Road (sekarang sebuah plakat biru menyatakan Blair pernah tinggal di sana), di mana dia mulai menulis.
Jatuh bangun di Paris dan London
Dia pindah ke Paris pada musim semi 1928, di mana bibinya, Nellie tinggal, berharap untuk mendapatkan penghidupan sebagai penulis lepas; kegagalan menyebabkannya untuk menjalani pekerjaan rendahan seperti pencuci piring di Hotel X, di rue de Rivoli pada 1929. Semuanya diceritakan dalam "Down and Out in Paris and London". Catatan mengenainya tidak mengatakan apakah Ia telah memiliki ide mengenai buku tersebut sebagai terminus dari pengalaman-pengalaman hidup rendahan tersebut atau tidak.
Pada akhir 1929 dia kembali ke Inggris, ke rumah orang tuanya di Southwold, Suffolk, dalam keadaan sakit dan tak memiliki uang, di mana dia menulis "Burmese Days", dan juga secara rutin berusaha untuk menggelandang sebagai upaya melakukan penelitian bukunya tentang kehidupan orang-orang termiskin di masyarakat. Sementara itu, dia secara teratur menjadi kontributor di majalah New Adelphi yang dikelola John Middleton Murry.
Bekerja keras dalam membuat karya tulis (pada masa ini Blair menulis terus-menerus: ulasan buku, artikel, puisi, novel (Burmese Days), Blair gagal membuat novel "Down and Out in Paris and London" terbit, sementara Ia membutuhkan uang untuk hidup. Pada tahun 1932 Ia kemudian mengambil pekerjaan sebagai kepala sekolah sekaligus mengajar di The Hawthornes, Hayes, Middlesex. Kehidupan politik, sosial dan kepenulisan di Inggris tahun 30-an dipenuhi oleh masalah pengangguran, Blair sendiri mengambil pekerjaan tersebut untuk tidak jatuh miskin.[1]
Tanpa diketahui Blair, manuskrip "Down and Out in Paris and London" yang diberikan kepada seorang teman untuk dihancurkan malah dikirim ke agen kepenulisan Leonard Moore yang kemudian menawarkannya ke Victor Gollancz, dari pihak penerbit. Novel tersebut disetujui untuk diterbitkan dengan revisi. Kepada agennya Blair menulis surat bahwa Ia menginginkan pseudonim karena Ia merasa "tidak puas" dengan karya tersebut. Ia kemudian menyarankan empat pseudonim: P. S. Burton (nama yang biasa Ia gunakan ketika menggembel), Kenneth Miles, George Orwell, dan H. Lewis Allways. "Saya lebih menyukai George Orwell," tambah Blair dalam suratnya. Karena penerbitnya sependapat, maka lahirlah nama George Orwell. "Down and Out in Paris and London" terbit pada Januari 1933.[1]
Sebagai seorang penulis, George Orwell menuliskan hidupnya sebagai seorang guru di Southwold untuk novel "A Clergyman's Daughter" (1935). Novel yang ditulis tahun 1934 di rumah orang tuanya itu dikerjakan setelah Ia menderita sakit dan orang tua yang mendesaknya untuk meneruskan kehidupannya sebagai pengajar. Dari akhir 1934 hingga awal 1936, dia bekerja sebagai asisten paruh waktu di Booklover's Corner, sebuah toko buku bekas di Hampstead. Mengalami kesendirian dan kesepian, dia ingin menikmati kehadiran penulis muda untuk menemani, dan pengalaman-pengalaman tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah novel berjudul "Keep the Aspidistra Flying (novel)|Keep the Aspidistra Flying" (1936).
Perang Saudara Spanyol dan Catalonia
Pada Desember 1936 Blair berangkat ke Spanyol untuk bergabung dengan pihak Republikan dalam Perang Saudara Spanyol. Perang saudara yang pecah pada Juli 1936 tersebut bermula ketika Jenderal Franco memimpin sebuah kudeta militer untuk menggulingkan pemerintah yang telah dipilih secara demokratis—yang merupakan sebuah koalisi kelompok liberal, sosialis, anarkis, dan komunis—dengan kekerasan.
Peninggalan
Kritik sastra
Selama hidupnya, Orwell secara terus menerus menopang hidupnya sebagai pengulas buku, pekerjaan menulis yang begitu lama dan menakjubkan sehingga memengaruhi dunia kritik sastra. Dalam kesimpulan perayaan esainya tahun 1940 tentang Charles Dickens, seseorang mungkin akan melihat Orwell sendiri dengan:
- "Ketika seseorang membaca karya seseorang yang begitu kuat, seseorang memiliki impresi bahwa Ia melihat wajah di suatu tempat di belakang halaman yang Ia baca. Tidak harus wajah si penulis. Aku merasakan hal ini dengan begitu kuat ketika membaca (karya) Swift, Defoe, Fielding, Stendhal, Thackeray, Flaubert, meskipun dalam beberapa kasus Aku tidak tahu bagaimana rupa orang-orang ini dan tidak mau tahu. Apa yang seorang lihat adalah wajah yang harus dimiliki si penulis. Tapi, dalam kasus Dickens Aku melihat wajah yang sepertinya bukan wajah dalam foto Dickens, walaupun menyerupai. Yang kulihat adalah wajah seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan, dengan sedikit janggut dan warna terang. Lelaki itu tertawa, dengan sedikit nada amarah dalam tawanya, tetapi tanpa rasa kemenangan. Itu adalah wajah seorang lelaki yang selalu melawan suatu hal, namun yang melawan secara terbuka dan tidak takut, wajah lelaki yang begitu marah -- dalam lain kata, seorang liberal abad ke-19, seorang intelektual yang bebas, tipe yang dibenci dengan rasa benci yang sama oleh semua ortodoksi kecil busuk yang saat ini berputar-putar merasuki jiwa kita."
Aturan untuk penulis
Dalam "Politics and the English Language," George Orwell memberikan enam aturan untuk penulis:
- Jangan pernah gunakan metafora, simile, atau ungkapan yang biasa kita lihat pada karya cetak.
- Jangan pernah gunakan kata panjang jika bisa menggunakan kata pendek.
- Jika mungkin menghapus sebuah kata, hilangkanlah.
- Jangan pernah gunakan suara pasif ketika kita bisa gunakan bentuk aktif.
- Jangan pernah gunakan frasa bahasa asing, istilah saintifik, atau jargon jika kita bisa menemukan persamaannya dalam bahasa Inggris sehari-hari.
- Langgarlah aturan-aturan ini secepatnya daripada mengatakan sesuatu dengan barbar.
Bibliografi
Catatan
- ^ a b Flynn, Nigel. Life and Works: George Orwell, hal.49-50, Wayland Ltd, 1989.
Pranala luar