Ali adalah pengarang sejumlah buku, termasuk Can Pakistan Survive? The Death of a State (1991), Pirates Of The Caribbean: Axis Of Hope (2006), Conversations with Edward Said (2005), Bush in Babylon (2003), and Clash of Fundamentalisms: Crusades, Jihads and Modernity (2002), A Banker for All Seasons (2007), The Duel (2008) dan The Obama Syndrome (2010).
Masa kecil
Ali lahir dan dibesarkan di Lahore. Kota itu adalah bagian dari India Britania pada saat kelahirannya pada 1943, tetapi menjadi bagian dari negara Pakistan yang baru merdeka empat tahun kemudian. Ayahnya adalah seorang wartawan, Mazhar Ali Khan dan ibunya seorang aktivis, Tahira Mazhar Ali Khan (anak Sir Sikandar Hyat Khan yang memimpin Liga Muslimin Persatuan dan belakangan menjadi Perdana Menteri Punjab dari 1937–1942).
Orangtua Ali "keduanya berasal dari keluarga feudal yang sangat tua dan berakar dalam ".[3] Ayahnya gmeninggalkan konvensi keluarganya dalam politik ketika ia masih mahasiswa, menganut komunisme dan ateisme. Ibu Ali juga beasal dari keluarga yang sama, dan menjadi radikal setelah bertemu dengan ayahnya. Namun, Ali diajari dasar-dasar agama Islam agar ia mampu beargumen melawannya.[3] Ia menyatakan dalam Islam, Empire, and the Left: Conversation with Tariq Ali: "Saya bertumbuh sebagai seorang ateis. Saya tidak merahasiakannya. Saat itu hal itu dianggap biasa. Malah, bila saya mengingat kembali masa lalu saya, tak satupun dari teman-teman saya beragama. Tak satupun dari mereka yang religius; mungkin beberapa di antaranya beragama. Tapi sangat sedikit dari mereka yang bertemperamen religius."[4]
Mulai aktif
Ketika belajar di Universitas Punjab, ia mengorganisir berbagai demonstrasi menentang diktatur militer Pakistan. Paman Ali adalah kepala Intelijen Militer Pakistan. Orangtuanya mengirimnya ke Inggris untuk belajar di Exeter College, Oxford. Di sana ia belajar Filsafat, Politik, dan Ekonomi.[5] Ia terpilih menjadi Presiden Oxford Union, pada 1965. Jabatan Ali pada organisasi itu mencakup pertemuannya dengan Malcolm X pada Desember 1964; pada saat yang sama Malcolm X mengungkapkan kekhawatirannya yang mendalam tntang kemungkinan risiko pembunuhan atas dirinya..[6]
Karier
Profilnya di tengah masyarakat mulai bertumbuh pada masa Perang Vietnam, ketika ia terlibat dalam debat melawan tokoh-tokoh seperti Henry Kissinger dan Michael Stewart. Ia memberikan kesaksian kepada Russell Tribunal atas keterlibatan AS di Vietnam. Setelah waktu berlalu, Ali menjadi semakin kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika dan Israel. Ia juga terkenal karena karya-karya satirenya. Ia juga merupakan penentang keras hubungan Amerika Serikat dengan Pakistan yang cenderung mendukung diktatur militer dan bukan demokrasi. Ali adalah salah satu orang yang berbaris di depan Kedubes Amerika di London pada 1968 dalam sebuah demonstrasi menentang perang Vietnam.[7]
Pada 1967 Ali berada di Camiri, Bolivia, tidak jauh dari lokasi ditangkapnya Che Guevara, untuk meninjau pengadilan atas Régis Debray.. Ia dituduh sebagai revolusionaris Kuba oleh penguasa. Ali kemudian berkata "Bila anda menyiksa saya semalaman dan saya bisa berbahasa Spanyol esok paginya, saya akan bersyukur kepada anda seumur hidup saya."[9]
Pada masa itu ia menjadi calon IMG dalam Sheffield Attercliffe pada pemilu Britania Februari 1974 dan menjadi salah satu pengarang dari Trotsky for Beginners, sebuah buku kartun. Pada 1981, IMG bubar ketika anggota-anggotanya bergabung dengan Partai Buruh: IMG segera dilarang. Ali kemudian meninggalkan aktivismenya dalam gerakan kiri revolusioner dan mendukung Tony Benn dalam upayanya untuk menjadi wakil pemimpin Partai Buruh tahun itu.
Pada 1990, ia menerbitkan satire Redemption, tentang ketidakmampuan kaum Trotskyis dalam menangani keruntuhan blok Timur. Buku ini mengandung parody-parodi dari banyak tokoh yang terkenal dalam gerakan Trotskyis.
Bukunya yang sebelumnha, Clash of Fundamentalisms, menjelaskan kejadian-kejadian serangan 11 September dalam perspektif sejarah, mencakup sejarah Islam sejak didirikannya.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam CounterPunch, ia menanggapi kontroversi Islam Paus Benediktus XVI dan berkata, "Orang Bavaria itu seorang klerus reaksioner yang tajam seperti pisau sliet. Saya pikir ia tahu apa yang ia katakan dan apa sebabnya. Dalam sebuah dunia neo-liberal yang menderita degradasi lingkungan hidup, kemiskinan, kelaparan, penindasan, sebuah ‘planet pemukiman kumunh’ (dalam frasa yang sangat jelas dari Mike Davis), Paus telah memilih untuk menghina pendiri sebuah iman saingan. Reaksi di dunia Muslim dapat diramalkan, tetapi sungguh menyedihkan karena tidak memadai."[13]
Naskah film
Naskah Tariq Ali, The Leopard and The Fox, yang pertama kali ditulis sebagai naskah drama BBC pada 1985, mengisahkan hari-hari terakhir Zulfiqar Ali Bhutto. Naskah ini tidak pernah diproduksi sebelumnya karena kontroversi sensor, namun akhirnya dipertunjukkan di New York untuk pertama kalinya pada Oktober 2007, sehari sebelum PM PakistanBenazir Bhutto kembali ke negeri kelahirannya setelah hidup selama delapan tahun di pembuangan.[14] pada 2009, Ali, bersama Mark Weisbrot menulis skrip untuk film dokumenterOliver Stone, South of the Border.[15]
Kehidupan pribadi
Saat ini ia tinggal di Highgate, London dengan kekasihnya, Susan Watkins, editor New Left Review. Ali mempunyai tiga orang anak: Natasha, Chengiz, dan Aisha.
Sahabat-sahabat dekatnya adalah David Miliband dan Ed Miliband, dan keduanya adalah juga sahabat keluarganya.
^Thomson, Elizabeth and David Gutman (eds.) (2004). The Lennon Companion. Cambridge, MA: Da Capo Press. hlm. 165. ISBN0-306-81270-3.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)