Guy Debord
Guy-Ernest Debord (/dəˈbɔːr/; bahasa Prancis: [gi dəbɔʁ]; 28 December 1931 – 30 November 1994) adalah pemikir Marxisme dari Prancis, filsuf, sineas, kritikus kerja, pendiri Letterist International, pendiri fraksi Letterist, dan anggota pendiri Situationist International.[1][2] Ia juga merupakan anggota secara singkat atas Socialisme ou Barbarie. Debord paling dikenal oleh esai yang terbit pada tahun 1967 berjudul The Society of the Spectacle. BiografiMasa mudaGuy Debord dilahirkan di Paris pada 1931. Ayah Debord, Martial, adalah seorang ahli farmasi yang meinggal ketika Debord masih muda. Ibu Debord's, Paulette Rossi, mengirim Debord untuk hidup bersama dengan neneknya di vila milik keluarganya di Italia. Saat Perang Dunia II, keluarga Rossi meninggalkan villa dan mulai berpindah dari kota ke kota. Alhasil, Debord menerima pendidikan sekolah menengah atas di Cannes, di mana ia mulai tertarik dengan film dan vandalisme[3] Sebagai seorang pemuda, Debord secara aktif menolak Perang Kemerdekaan Aljazair dan ikut berpartisipasi dalam berbagai demonstrasi anti perang di Paris.[4] Debord mengambil kuliah hukum di Universitas Paris, tetapi keluar pada masa awal dan tidak menyelesaikan kuliah. Setelah menghentikan kuliahnya di Universitas Paris, ia memulai karir sebagai seorang penulis.[5] Keterlibatan dengan LettristsDebord measuk Lettrists ketika ia masih berusia 18 tahun. Lettrists saat itu dipimpin secara diktator oleh Isidore Isou sampai perpecahan yang disetuji secara luas mengakhiri otoritas Isou. Perpecahan ini melahirkan beberapa fraksi. Salah satunya, Letterist International, dipimpin oleh Debord atas rekomendasi tegas oleh Gil Wolman.[6] Pada dekade 1960-an, Debord memimpin kelompok Situationist International, yang mempengaruhi Perlawanan Paris tahun 1968, di mana ia ikut berpartisipasi dalam pendudukan Sorbonne. Beberapa orang menganggap bahwa bukunya berjudul The Society of the Spectacle (1967) sebagai pemantik perlawanan.[7] Pendirian Situasionis InternasionalPada tahun 1957, Letterist International, International Movement for an Imaginist Bauhaus, dan London Psychogeographical Association berkumpul di Cosio d'Arroscia (Imperia), Italia, untuk mendirikan Situationist International, dengan Debord sebagai perwakilan utama dari delegasi Letterist. Awalnya organisasi ini terbentuk atas beberapa seniman terkenal seperti Asger Jorn dan Pinot Gallizio, hari-hari awal SI difokuskan pada formulasi kritik atas seni, yang nanti akan menjadi dasar dari jalan kelompok ini masuk ke kritik politik di masa depan. SI dikenal oleh beberapa intervensi dalam ranah seni, termasuk satu penyerbuan kepada suatu konferensi seni internasional di Belgia pada tahun 1958[8] yang melibatkan penyebaran pamflet secara besar-besaran dan liputan media secara signifikan, hal-hal yang berakibat pada penangkapan berbagai situasionis dan aktivis yang terlibat. Bersamaan dengan aksi ini, SI mengusahakan untuk menyusun lukisan industrial, atau lukisan yang disiapkan secara massal dengan tujuan mencemarkan nilai asli yang secara umum terhubung dengan karya seni pada masa itu. Melalui aksi-aksi di atas, Debord sangat terlibat dalam perencanaan dan kerja logistik dalam mempersiapkan berbagai intervensi, dan juga karya untuk Internationale Situationniste terkait dengan pembelaan teoretis atas tindakan-tindakan Situationist International.[9] Fase politis Situasionis InternasionalMelalui karya Debord tahun 1967 berjudul The Society of the Spectacle dan ringkasan-ringkasan dari jurnal kelompok, Internationale Situationniste, kaum Situationis mulai menyusun teori mereka atas tontonan, yang menjelaskan sifat dari kebobrokan historis akan kapitalisme lanjut. Dalam bahasa Debord, kaum situationis mendefinisikan the spectacle sebagai himpunan hubungan-hubungan sosial yang dikirimkan melalui gambaran akan kuasa kelas, dan sebagai suatu periode perkembangan kapitalisme di mana "segalanya yang pernah hidup telah bergerak ke representasi".[10] Dengan teori ini, Debord dan SI akan menjalani peran yang berpengaruh pada peristiwa Mei 1968 di Prancis, dengan banyak pendemo yang mengambil slogan-slogan dari risalah Situasionis yang ditulis atau dipengaruhi oleh Debord.[11][12] Setelah Situasionis InternasionalPada tahun 1972, Debord membubarkan Situationist International setelah anggota-anggota aslinya, termasuk Asger Jorn dan Raoul Vaneigem, keluar atau ditendang dari kelompok. (Vaneigem menulis kritik pedas atas Debord dan International.[13]) Debord kemudian berfokus membuat film dengan dukungan finansial oleh "raja" film dan penerbit Gérard Lebovici (éditions Champ Libre), hingga kematian misterius Lebovici. Debord dituduh sebagi tersangka atas pembunuhan Lebovici. Ia telah sutuju untuk merilis film-filmnya setelah kematiannya atas permintaan seorang peneliti Amerika Serikat, Thomas Y. Levin.[14] Setelah membubarkan Situationist International, Debord menghabiskan waktunya membaca, dan kadang-kadang menulis, dalam kesendirian pada suatu pondok di Champot bersama Alice Becker-Ho, istri keduanya. Ia meneruskan korespondensi politik dan isu-isu lainya, utamanya dengan Lebovici dan seorang situasionis Itali bernama Gianfranco Sanguinetti.[15] Ia berfokus membaca materi-materi berkaitan dengan strategi-strategi perang, seperti Clausewitz dan Sun Tzu, dan ia merancang suatu permainan perang dengan Alice Becker-Ho.[16] KematianSesaat sebelum kematian Debord, ia merekam (tetapi tidak merilis) sebuah film dokumenter, Son art et son temps (Seninya dan Waktunya), sebuah otobiografi yang berfokus pada masalah-masalah sosial di Paris pada dekade 1990-an. Penggambaran yang kelam oleh Debord atas periode ini diduga merupakan semacam pesan bunuh diri. Both Debord's Depresi dan konsumsi alkohol Debord telah menjadi masalah, mengakibatkan semacam kondisi polineuritis. Mungkin untuk mengakhiri penderitaan yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit ini, Debord meninggal dengan bunuh diri pada 30 November 1994, menembak dirinya pada posisi jantung. Ini bukan pertama kali ia mencoba mengakhiri hidupnya.[17] Bunuh diri Debord menjadi kontroversial karena ketidakjelasannya.[18] Beberapa menganggap bahwa aksinya sebagai tindakan revolusioner terkait dengan karirnya. Akibat keterlibatnnya dengan kelompok radikal Situationist International (SI), juga kesedihannya pada anggapan bahwa 'the society as a spectacle' sebagai klise di masa akhir hidupnya, banyak orang beranggapan bahwa Debord merasa putus asa terhadap masyarakat yang hendak ia ungkap. Debord dianggap sebagai "korban the Spectacle yang ia lawan".[19] Di antara ulasan-ulasan atas kematian Debord, seorang akademisi menulis: "Guy Debord tidak bunuh diri. Ia dibunuh oleh kesembronoan dan eguisme dari akademis-akademisi (utamanya kritikus-sastra gaya-gayaan) yang menjajah ide-ide brilian darinya dan mengubah politik radikal Debord menjad simbol status akademik yang bahkan tidak berharga lebih dari kertas di mana itu dicetak..."[20] Karya-karyaKarya tertulis
Karya Guy Debord yang paling terkenal adalah buku-buku teoretis, The Society of the Spectacle[21] and Comments on the Society of the Spectacle. Sebagai tambahan kepada buku-buku di atas, ia menulis berbagai buku-buku otobiografis termasuk Mémoires, Panégyrique, Cette Mauvaise Réputation..., dan Considérations sur l'assassinat de Gérard Lebovici. Ia juga merupakan penulis dari bermacam-macam tulisan pendek, terkadang secara anonim, untuk jurnal Potlatch, Les Lèvres Nues, Les Chats Sont Verts, and Internationale Situationniste. Bagi Debord, Tontonan dilihat sebagai representasi palsu dalam kehidupan nyata. The spectacle merupakan cara pandang dunia yang dimaterialisasikan. Tontonan 'menundukkan manusia kepada dirinya sendiri'.[22] Debord sangat tertekan oleh hegemoni pemerintah dan media massa atas kehidupan sehari-hari melalui produksi massal and konsumsi. Ia mengkritik kapitalisme Barat dan komunisme diktatoris dari Blok Timur atas kurangya otonomi individu yang diizinkan oleh kedua struktur pemerintahan. Debord mengemukakan bahwa alienasi telah mendapatkan relevansi baru melalui kekuatan-kekuatan invasif 'tontonan' – "suatu hubungan sosial antara orang-orang yang dimediasi oleh gambar-gambar" terdiri atas media massa, iklan, dan budaya populer.[23] Tontonan merupakan mekanisme kontrol yang terpenuhi dengan sendirinya atas masyarakat. Analisis Debord mengembangkan konsep "reifikasi" dan "fetishisme komoditas" yang diawali Karl Marx and Georg Lukács.[24] Semiotika juga menjadi inspirasi besar, khususnya karya dari akademisi sejaman Roland Barthes, yang pertama kali memandang masyarakat borjuis sebagai sebuah tontonan, dan mempelajari secara lengkap fungsi politik dari fashion dalam tontonan tersebut.[25] Analisis Debord atas "masyarakat penonton" menyelidiki akar-akar sejarah, ekonomi, dan psikologis dari media dan budaya populer.[26] Buku pertama Debord berjudul Mémoires dijilid dengan sampul ampelas sehingga dapat merusak buku-buku lain yang ditempatkan di sampingnya[27] FilmDebord memulai ketertarikan dengan film pada masa muda ketika ia tinggal di Cannes pada akhir dekade 1940-an. Debord menceritakan bahwa pada masa mudanya ia hanya diperbolehkan untuk menonton film. He berkata bahwa seringkali ia akan meninggalkan film di tengah-tengah karena film membuat dirinya bosan. Debord bergabung dengan Lettrists pas saat Isidore Isou mulai memproduksi film dan Lettrists mencoba untuk mensabotase perjalanan Charlie Chaplin ke Paris melalui kritik negatif. Secara keseluruhan, Debord menantang kebiasaan-kebiasaan dalam membuat film; mendorong penonton filmnya untuk berinteraksi dengan perantara film prompting his audience to interact with the medium alih-alih sebagai penerima pasif informasi. Faktanya, film buatannya Hurlements secara esklusif terdiri atas serangkaian layar hitam dan putih dan kesunyian dengan sedikit komentar yang tersebar.[28] Debord menyutradari film pertamanya, Hurlements en faveur de Sade pada tahun 1952 dengan suara oleh Michèle Bernstein dan Gil Wolman. Film ini tidak memiliki gambar representasi; tetapi ia menunjukkan layar putih ketika ada yang berbicara dan layar hitam ketika sunyi. Keheningan panjang membagi bagian-bagian dengan pembicaraan. Film ini berakhir dengan keheningan dalam gelap selama 24 menit. Orang-orang yang menonton dilaporkan menjadi marah dan meninggalkan pemutaran film. Naskah film ini disusun dari kutipan-kutipan yang diambil dari berbagai sumber dan disusun menjadi suatu montase dengan narasi non-linier. Nantinya, melalui dukungan finansial Michèle Bernstein dan Asger Jorn, Debord memproduksi film kedua berjudul Sur le passage de quelques personnes à travers une assez courte unité de temps, yang mengkombinasikan adegan-adegan dengan teman-temannya dan adegan-adegan dari budaya media mass. Integrasi antara dunia Debord dengan budaya media massa ini akan menjadi motif berturutan dengan klimaksnya "The Society of the Spectacle". Debord menulis buku The Society of the Spectacle sebelum menulis film ini. Ketika ditanya mengapa ia membuat buku ini menjadi film, Debord berkata, "Saya tidak mengerti mengapa hal ini mengejutkan banyak orang. Buku ini sudah ditulis seperti sebuah naskaf [film]". Film terakhir Debord, "Son Art et Son Temps", tidak diproduksi selama masa hidupnya. Karya film Guy Debord:
Complete Cinematic Works (AK Press, 2003, diterjemahkan dan diedit oleh Ken Knabb) memuat naskah-naskah untuk semua keenam film Debord, bersamaan dengan dokumen-dokumen terkait dan catatan-catatan yang luas. WarisanPada 29 Januari 2009, lima belas tahun setelah kematiannya, Christine Albanel, Menteri Kebudayaan, mengklasifikasikan arsip karya-karya Debord sebagai suatu "harta nasional" sebagai respons kepada permintaan penjualan oleh Universitas Yale.[29][30] Kementerian mendeklarasikan bahwa "ia merupakan salah satu pemikir terpenting kontemporer, dengan sebuah istana besar dalam sejarah ide-ide dari paruh kedua abad ke dua puluh."[31] Sama halnya, Debord pernah menyebut bukunya, The Society of the Spectacle, "buku paling penting di abad ke dua puluh".[32] Bibliografi
Referensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luar
|