Hubungan Indonesia–Korea Utara mengacu pada hubungan bilateralIndonesia dan Korea Utara. Indonesia adalah satu dari sedikit negara di dunia yang masih membina hubungan baik dengan Korea Utara, walaupun Korea Utara dikenai sanksi dan isolasi internasional akibat pelanggaran HAM dan program rudal nuklirnya.
Kedua negara sudah berhubungan sejak masa pemerintahan Soekarno dan Kim Il-sung pada tahun 1960-an. Indonesia memiliki kedutaan besar di Pyongyang, sedangkan Korea Utara memiliki kedutaan besar di Jakarta. Keduanya adalah anggota Gerakan Non-Blok.
Menurut BBC World Service Poll tahun 2017, 46% penduduk Indonesia memandang Korea Utara secara negatif, dengan hanya 17% mengekspresikan pandangan positif.[1]
Sejarah
Indonesia sudah membina hubungan yang relatif baik dengan Korea Utara sejak diresmikan tahun 1961. Salah satu faktor suksesnya hubungan ini adalah kedua negara tidak saling mencampuri urusan dalam negerinya. Saat Presiden Kim Il-sung mengunjungi Indonesia tahun 1965, Presiden Soekarno mengajaknya berkeliling Kebun Raya Bogor dan Kim tertarik dengan bunga anggrek dari Makassar. Soekarno menamai bunga tersebut Kimilsungia dan menyebutnya sebagai simbol persahabatan abadi antar kedua negara. Anggrek ungu Kimilsungia telah menjadi bagian integral propaganda Korea Utara yang menyangkut Kim Il-sung.[2]
Pada bulan Maret 2002, presiden Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Pyongyang.[3] Tahun 2002, presiden Presidium Dewan Agung Rakyat Republik Rakyat Demokratik Korea, Kim Yong-nam, bertemu Presiden Megawati Soekarnoputri. Pada tahun 2005, Kim Yong-nam mengunjungi Indonesia untuk menghadiri Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika. Bulan Mei 2012, Kim Yong-nam melakukan kunjungan resmi ke Jakarta. Kunjungan tersebut dimanfaatkan para aktivis HAM dan demokrasi Indonesia untuk meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong demokratisasi dan perlindungan hak asasi manusia di negara yang terisolasi tersebut.[4]
Hubungan masa kini
Meski kaku dan tergerus, Indonesia masih memiliki hubungan dengan Korea Utara. Walaupun agak bermasalah karena pelanggaran hak asasi manusia serta ambisi rudal dan nuklirnya yang telah mengancam Korea Selatan dan Jepang, Korea Utara memiliki hubungan politik yang erat, kepentingan ekonomi, dan kerja sama strategis dengan Indonesia.[5] Indonesia masih berhubungan dengan Korea Utara karena negara ini mengutamakan dialog dan menganggap Korea Utara tidak perlu diisolasi. Indonesia mendorong Korea Utara untuk membuka diri dan melakukan hal yang benar, seperti yang dilakukan Indonesia kepada Myanmar.[6]
Hubungan Indonesia dan Korea Utara tampak tidak terganggu meskipun kasus pembunuhan Kim Jong-nam, putra tertua Kim Jong-il pada tahun 2016 melibatkan warga negara Indonesia.[7] Hal ini berbeda dengan Vietnam (warga negaranya juga terlibat dalam kasus tersebut) yang menuntut Korea Utara menyatakan maaf secara resmi[8] dan Malaysia yang menarik diplomatnya dari Korea Utara.
Pemerintah Korea Utara sempat mengoperasikan restoran Pyongyang di Jakarta, sebelum akhirnya tutup tahun 2017.[9] Restoran ini menyajikan masakan Korea Utara dan pengalaman makan yang otentik. Restoran Pyongyang berusaha mempromosikan Korea Utara sekaligus menjadi sumber devisa asing bagi pemerintah Korea Utara.