Hubungan Afganistan dengan Indonesia adalah hubungan bilateral antara Afganistan dengan Indonesia. Hubungan kedua negara sebagian besar didasari oleh solidaritas keagamaan, karena Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia serta Afganistan juga merupakan negara dengan mayoritas Muslim. Indonesia telah mengekspresikan komitmennya untuk mendukung dan membantu pembangunan kembali Afganistan pasca Taliban dalam berbagai sektor, termasuk pelatihan teknis, infrastruktur, pemberdayaan wanita, edukasi yang lebih tinggi, dan pelatihan diplomat.[1] Indonesia memiliki sebuah kedutaan besar di Kabul, sedangkan Afganistan memiliki sebuah kedutaan besar di Jakarta. Kedua negara adalah anggota penuh Gerakan Non-Blok dan Organisasi Kerja Sama Islam.
Sejarah
Afganistan adalah salah satu negara yang paling awal mengakui Republik Indonesia setelah revolusi berakhir pada tahun 1949. Afganistan dan Indonesia secara resmi membuka hubungan diplomatik kedua negara pada tahun 1954, pada tahun yang sama Afganistan membangun kedutaan besarnya di Jakarta.[2] Perjanjian persahabatan pertama antara Afganistan dan Indonesia ditanda-tangani pada 24 April 1955.
Sebagian besar rakyat Indonesia mengutuk invasi Soviet di Afganistan (1979-1989), sebagai bentuk kesolidaritasan Indonesia ikut serta dalam Pemboikotan Olimpiade Musim Panas 1980 memprotes Moskwa karena aksi militernya di negara tersebut.
Pada 10 November 2012, sebuah perjanjian persahabatan baru ditanda-tangani kedua negara untuk mempromosikan kerjasama dalam bidang politik, ekonomi dan perdagangan, akademik dan edukasi, serta kebudayaan. Untuk membantu Afganistan dalam sektor pendidikan dan kapasitas bangunan, Indonesia setuju untuk merekrut lebih banyak lagi pelajar Afganistan untuk belajar di Universitas di Indonesia, melatih guru-guru dan dosen-dosen Afganistan, dan memberi pelatihan polisi nasional Afganistan untuk ketertiban umum, manajemen lalu-lintas, dan investigasi kriminalitas.[3]
Kunjungan kenegaraan
Presiden pertama Indonesia, Sukarno, berkunjung ke Afganistan pada tahun 1961.[2]
Imigran gelap
Setelah perang di Afganistan yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Indonesia menghadapi gelombang imigran gelap asal Afganistan. Pengungsi dari Afganistan melarikan diri dari kekacauan di negara mereka dan memakai Indonesia sebagai batu loncatan untuk usaha mereka mencapai Australia. Selama beberapa tahun sejumlah imigran gelap Afganistan ditangkap dan ditahan di Indonesia, beberapa dipulangkan kembali ke Afganistan.[4] Afganistan dimasukkan kedalam daftar merah imigrasi Indonesia. Karena alasan keamanan Afganistan ada di antara 13 negara dimana para penduduknya diharuskan memiliki dokumen spesifik untuk masuk ke wilayah Indonesia.[5]
Lihat pula
Pranala luar
Referensi
|
---|
Afrika | | |
---|
Amerika | |
---|
Asia | |
---|
Eropa | |
---|
Oseania | |
---|
Terdahulu | |
---|
Multilateral | |
---|
Topik terkait | |
---|
|