Hubungan Afrika Selatan dengan Indonesia
Hubungan Afrika Selatan dengan Indonesia adalah hubungan bilateral luar negeri antara Indonesia dan Afrika Selatan. Hubungan Afrika Selatan dengan Indonesia diresmikan dengan pendirian hubungan diplomatik pada Agustus 1994. Kedutaan Besar Afrika Selatan di Jakarta didirikan pada Januari 1995, dan Indonesia membuka Kedutaan Besar-nya di Pretoria pada 1995.[1] Kedua negara tersebut adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia (bahasa Inggris: World Trade Organization, disingkat WTO) dan ekonomi utama G-20. Menurut Jajak Pendapat BBC World Service 2013, persepsi Indonesia terhadap Afrika Selatan terbagi antara 36% tanggapan negatif, dan 33% menunjukan tanggapan positif, angka tersebut sama dengan opini rata-rata global terhadap Afrika Selatan.[2] SejarahMeskipun hubungan diplomatik resmi baru dibangun pada 1990an, hubungan sejarah antara Indonesia dan Afrika Selatan bermula pada abad ke-17. Pada 1694, Syech Yusuf Tajul Khalwati Al Makassari dari Gowa diasingkan ke Tanjung Harapan, karena keterlibatannya dalam pemberontakan terhadap Belanda yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten. Pada waktu itu, Belanda menjajah Tanjung Harapan (sekarang Cape Town) dan Hindia Belanda (yang berpusat di Batavia). Kedatangan Yusuf di Tanjung Harapan membuat terbentuknya komunitas Muslim Melayu di Afrika Selatan, karena kota tersebut dijadikan sebagai tempat kediaman untuk orang-orang politik yang diasingkan dari Hindia Belanda.[3] Syech Yusuf kemudian di anugerahi Pahlawan Nasional, Afrika Selatan pada tahun 2005. Di negara Afrika Selatan terdapat sebuah kota kecil bernama Macassar, tempat dimana Syech Yusuf di asingkan oleh VOC Belanda yang kemudian hari dijadikan untuk melakukan perjuangan dan Syiar agama Islam di negara tersebut. Hubungan Indonesia-Afrika Selatan diresmikan dengan pendirian hubungan deiplomatik pada Agustus 1994. Kedutaan Besar Afrika Selatan di Jakarta didirikan pada Januari 1995 dan secara resmi dibuka oleh mantan Menteri Urusan Luar Negeri, Mr A Nzo, pada 14 Juli 1997. Lihat pula
Catatan
Pranala luar |