Hingga tahun 2010, volume sedimen yang terbawa oleh sungai ini diperkirakan mencapai 8,67 juta meter kubik per tahun, tetapi 0,74 juta meter kubik per tahun di antaranya diperkirakan mengendap di Segara Anakan, tidak ikut terbawa ke Samudera Hindia,[1] sehingga menyebabkan luas Segara Anakan terus mengecil.
Geografi
Sungai ini mengalir di sepanjang wilayah barat daya pulau Jawa yang beriklim muson tropis. Suhu rata-rata setahun sekitar 22 °C. Bulan terpanas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 23 °C, and terdingin Februari, sekitar 20 °C.[9] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3547 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 533 mm, dan yang terendah September, rata-rata 56 mm.[10]
Di aliran Ci Tanduy, tepatnya di sekitar area pembangunan Bendungan Leuwikeris di Benteng, Ciamis, ditemukan sebuah batu yang mirip jejak kaki manusia. Diduga batu tersebut berhubungan dengan peninggalan kerajaan Bojong Galuh hingga kerajaan Galuh pada zaman kuno yang berdiri di sepanjang sungai itu.[11]
Sebuah tankbaja peninggalan tentara Belanda juga pernah ditemukan tertimbun pasir selama 70 tahun di Ci Tanduy, tepatnya di Purwaharja, Banjar. Tank tersebut dapat terlihat saat air sungai surut tajam. Diduga kendaraan tempur itu terjebak dalam pertempuran ketika menuju Yogyakarta pada waktu perang kemerdekaan 1945-1949. Pada tahun 2012, ada upaya untuk mengangkat tank tersebut dari dalam pasir dan timbunan batu, tetapi gagal dilakukan, karena turun hujan lebat, sehingga air Ci Tanduy kembali naik.[12]
Penanganan banjir musiman
Debit air Ci Tanduy yang meningkat selama musim hujan sering menyebabkan banjir yang tidak jarang mengakibatkan kerusakan tanggul, jembatan dan tanah pertanian, serta korban jiwa.[13][14] Pada tanggal 10 Oktober 2016, Jembatan Ketapangjaya yang menghubungkan Jawa Barat dan Jawa Tengah, amblas akibat tergerus anak Ci Tanduy di Purwaharja, Banjar.[15] Guna mencegah banjir, pemerintah pun terus mengupayakan perbaikan tanggul di sepanjang Ci Tanduy secara bertahap, antara lain di Sukanagara, Padaherang, Pangandaran.[16][17]
Secara geografis, daerah aliran sungai ini terletak di antara 108°04' dan 109°30' BT, 7°03' dan 7°52' LS, membentang dari Pegunungan Cakrabuana, tempat sungai ini berhulu, di sisi utara (1721 m dpl), hingga ke Segara Anakan di sisi selatan, berbatasan dengan pulau Nusa Kambangan dan Samudra Hindia.[18]Gunung Galunggung (2168 m), Gunung Telaga Bodas (2201 m) dan Gunung Sadakeling (1676 m) menjadi batas barat dari daerah aliran sungai ini, sementara Gunung Simpang Tiga menjadi batas timur, dan di tengah, di bagian hulu, menjulang Gunung Sawal (1784 m).[18]
Daerah hilir sungai ini merupakan wilayah ekosistem mangrove yang unik, yaitu di Segara Anakan dan Nusa Kambangan.[20] Namun, tingkat sedimentasi yang tinggi mengancam keberadaan ekosistem tersebut. Pada tahun 1970, luas Segara Anakan mencapai sekitar 4.580 hektar, tetapi pada tahun 2002, telah berkurang menjadi 850 hektar.[19] Pada tahun 2005, Segara Anakan kembali berkurang menjadi seluas 700 hektar, dan pada tahun 2012, Segara Anakan hanya tersisa 600 hejtae.[21] Pada tahun 2012, untuk mengurangi laju sedimentasi Segara Anakan, sempat diwacanakan pembangunan sebuah sudetan untuk mengalirkan sebagian air Ci Tanduy ke dekat Pantai Pangandaran,[21] tetapi hingga saat ini wacana tersebut belum dapat direalisasikan.
^ abc(Indonesia) Prasetyo, Lilik Budi (2004) Deforestasi dan degradasi lahan DAS Citanduy. Pusat Studi Pembangunan - Institut Pertanian Bogor/Partnership For Governance Reform in Indonesia UNDP.
^ ab(Indonesia)DAS Citanduy. Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy 2009.
^White, Alan T; Martosubroto, Purwito; Sadorra, Marie Sol M, ed. (1989). The Coastal Environmental Profile of Segara Anakan-Cilacap, South Java, Indonesia. WorldFish. ISBN9789711022549.