Kali Serang adalah sungai yang terletak di wilayah ProvinsiJawa Tengah, Indonesia, sekitar 400 km di timur ibu kota Jakarta.[2][3] Kali Serang memiliki panjang sungai seluruhnya mencapai sekitar 133,17 km km mengalir dari barat-utara dan bermuara Laut Jawa. Kali Serang berhulu di lereng timurlaut Gunung Merbabu di wilayah Kabupaten Semarang dan bermuara ke Laut Jawa di wilayah administrasi Desa Kedungmalang, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Sementara Sungai Lusi yang merupakan anak sungai terbesar yang dimiliki Kali Serang, yang berhulu di Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, dan setelah melintasi kota Purwodadi yang akhirnya bergabung dengan Kali Serang.[4] Di sungai ini terdapat waduk raksasa, yaitu, waduk Kedung Ombo yang mengairi persawahan di 4 Kabupaten (Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati) yang dialirkan melalui sungai Serang dan sungai Lusi.
Sungai ini mengalir di wilayah barat daya pulau Jawa yang beriklim muson tropis (kode: Am menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[6] Suhu rata-rata setahun sekitar 25 °C. Bulan terpanas adalah Oktober, dengan suhu rata-rata 28 °C, and terdingin Januari, sekitar 23 °C.[5] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 2845 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Januari, dengan rata-rata 527 mm, dan yang terendah September, rata-rata 35 mm.[7]
Pemanfaatan
Pada tahun 1985 pemerintah merencanakan membangun waduk baru di Jawa Tengah untuk pembangkit tenaga listrik berkekuatan 22,5 megawatt dan dapat menampung air untuk kebutuhan 70 hektare sawah disekitarnya. Waduk yang membendung Kali Serang ini dinamakan Waduk Kedungombo lantaran Bendungan utamanya berada di Dusun Kedungombo, Desa Rambat, Kecamatan Geter, Kabupaten Grobogan. Pembangunan Waduk Kedung Ombo ini dibiayai USD 156 juta dari Bank Dunia, USD 25,2 juta dari Bank Exim Jepang, dan APBN, dimulai tahun 1985 sampai dengan tahun 1989. Waduk mulai diairi pada 14 Januari1989. Cangkupan genangan waduk ini mencapai 6.576 Hektar (Perairan 2.830 Hektar dan Lahan Daratan 3.746 Hektar) dengan menenggelamkan 37 desa, 7 kecamatan di 3 kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, Grobogan. Sebanyak 5.268 keluarga saat itu kehilangan tanahnya akibat pembangunan waduk ini. Waduk ini akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto, tanggal 18 Mei1991. Saat ini waduk ini juga sebagai sarana wisata di tiga kabupaten di sekitarnya.