Sungai Kebuyutan

Sungai Kebuyutan
Lokasi
NegaraIndonesia
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiGunung Kumbang
Muara sungaiLaut Jawa
Panjang51 km
Daerah Aliran Sungai
Luas DAS184 km2 (71 sq mi)

Sungai Kebuyutan[1] atau Sungai Kabuyutan atau Sungai Ciblandongan adalah salah satu sungai yang ada di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Sungai Kebuyutan memiliki panjang sungai sekira 51 Km mengalir dari dari selatan ke utara. Hulu sungai ini secara geologi berada di Gunung Kumbang di Pegunungan Lio yang berada di perbatasan Kecamatan Banjarharjo dengan Kecamatan Ketanggungan dan Kecamatan Salem lalu bermuara ke Laut Jawa di utara wialayah Pantura tepatnya di Kecamatan Tanjung.

Daerah aliran sungai

Sungai Kebuyutan termasuk sungai utama di DAS Kebuyutan seluas 184 km2. Sungai Kebuyutan terbentuk dari pertemuan Sungai Ciblandongan yang berasal dari Gunung Kumbang dengan Sungai Cigora dari arah lembah di antara Gunung Gora dan Gunung Lemahlaki. Sungai Kebuyutan dari hulu melewati Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Kersana dan Kecamatan Tanjung. Wilayah hulu Sungai Kebuyutan merupakan dataran tinggi dengan kontur curam sedangkan di bagian tengah berupa perbukitan bergelombang serta dataran rendah zona pantai yang terletak pada elevasi kurang dari 1,0 m dpl di bagian hilir sungai. Sungai Jali memiliki beberapa anak sungai yang cukup besar, diantaranya:

  1. Sungai Cigora
  2. Sungai Cicaruy
  3. Sungai Cicacaban
  4. Sungai Cimandala
  5. Sungai Ciomas
  6. Sungai Cikuya
  7. Sungai Cibuluh

Waduk Malahayu

Waduk Malahayu adalah sebuah waduk yang terletak di aliran Sungai Kebuyutan, tepatnya di Kecamatan Kecamatan Banjarharjo. Waduk Malahayu memiliki daerah aliran sungai seluas 63 Km² beserta anak sungainya seperti Sungai Cimandala, Sungai Pabogohan, dan Sungai Ciomas. Pada saat diresmikan, waduk ini mempunyai kapasitas tampungan mencapai 69 juta m³ mengairi lahan pertanian seluas 18.456 hektar. Namun, pengukuran pada tahun 1974, kapasitas Waduk Malahayu tinggal 47 juta m³ akibat terjadinya sedimentasi.[2] Selain untuk mengairi lahan pertanian di Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Kersana, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Loasari, Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Bulakamba, waduk ini juga difungsikan sebagai pengendali banjir dan dimanfaatkan sebagai objek wisata.

Pemanfaatan

Aliran arus Sungai Kebuyutan yang cukup deras serta tersedianya air saat musim kemarau, menjadikan sungai ini sangat penting terutama para petani dan pengrajin batubata. Sungai ini dikenal sebagai sungai pengrajin batubata oleh masyarakat sekitar, khususnya Desa Cikandang, karena memang sebagian dari warga Desa Cikandang menjadi pengrajin batubata. Sungai kebuyutan mempunyai nilai bagi masyarakat karena sanggup menghidupi warga yang ada disekitarnya akan tetapi kurangnya perhatian masyarakat akan kebersihan sungai kabuyutan ini. Seperti halnya membuang sampah rumah tangga baik organik maupun non organik seenaknya kesungai, yang berakibat pada bencana banjir, dan berkumpulan sarang penyakit. Mungkin ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat sekitar dan sosialisasi dari pemerintah. Pemerintah setempat telah memperluas tepian disepanjang aliran sungai karena dapat memperlancar aliran air sungai. Upaya ini untuk menanggulangi banjir di daerah aliran sungai tersebut saat musim penghujan.

Referensi

  1. ^ Pengejaan mengikuti pedoman penamaan nama geografi.
  2. ^ Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. ISBN 978-979-3945-23-1.