Sungai Bogowonto
Secara administratif sungai ini meliputi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo serta Kabupaten Magelang di bagian hulu,dan Kabupaten Purworejo di selatan sebagai hilir. Di wilayah Kabupaten Wonosobo sungai ini melewati Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan KepilSementara di Kabupaten Purworejo melintasi Kecamatan Bener, Kecamatan Loano, Kecamatan Purworejo, Kecamatan Bagelen, Kecamatan Banyuurip dan Kecamatan Purwodadi. Saat ini Sungai Bogowonto merupakan batas alam bagian barat bagi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan wilayah Bagelen (sekarang Kabupaten Purworejo). Bagian hilir daerah aliran sungai ini juga sering dilanda banjir pada musim penghujan. Topografi aliran sungai ini sangat beragam: banyak terdapat batu-batu besar dan palung yang dalam. Sungai ini juga berperan dalam sejarah perkembangan Kota Purworejo. Hal tersebut karena di aliran sungai ini pernah ditemukan prasasti tentang Kota Purworejo. Hidrologi DASSungai Bogowonto merupakan aliran utama didalam daerah aliran sungai (DAS) Bogowonto dengan luas 600 km2 (230 sq mi).[1] DAS Bogowonto diapit oleh dua DAS yaitu DAS Progo disebelah timur dan DAS Jalicokroyasan disebelah barat. Pada bagian hulu arah utara DAS ini berbatasan pula dengan DAS Serayu hingga ke puncak Gunung Sumbing bersama dengan DAS Progo dan sama-sama mengalirkan airnya menuju pesisir pantai selatan Jawa di wilayah perairan Samudera Hindia. Ketiga titik batas hulu DAS tersebut saling bertemu di puncak Gunung Sumbing sebagai "Triple Divide".[3] Dalam pengelolaan daerah aliran sungai, DAS Bogowonto termasuk dalam wilayah kerja BPDAS Serayu Opak Progo,[1] sedangkan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air, DAS tersebut masuk ke dalam satuan wilayah sungai (WS) Serayu Bogowonto bersama 15 DAS lainnya di bawah otoritas BBWS Serayu Opak.[2] Beberapa anak sungai yang ada didalamnya antara lain:
GeologiDaerah aliras Sungai Bogowonto 80% terletak di dataran Purworejo tersusun oleh endapan aluvium yang terutama berasal dari rombakan batuan gunung api terseir penyusun Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Menoreh. Sehingga terbentuk dataran yang berjenis tanah Alluvial, latosol, podosonik dan regosol.[4] PemanfaatanPenduduk di sepanjang Sungai Bogowonto memanfaatkan untuk sumberdaya perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala. Besarnya debit air Sungai Bogowonto juga dimanfaatkan untuk pengairan/ irigasi melalui sejumlah bendung. Ada 3 bendungan di sungai ini yakni Bendung Boro, Bendung Penungkulan, dan Bendung Triredjo / Sejiwan sebagai bendung paling atas. Saat ini sedang dlakukan pengembangan dan ekplorasi Sungai Bogowonto ini untuk sarana wisata kayaking dan arung jeram.[5] Sungai Bogowonto memiliki banyak potensi sebagai bahan baku pembuatan batu akik. Bahkan, di sungai itu bisa dianggap sebagai gudang batu di wilayah Purworejo. Seperti daerah lain, batu dari Sungai Bogowonto juga terdapat motif mulai gambar, pemandangan, sumur bandung, hingga kecubung. Untuk jenisnya juga banyak, seperti jesper, pancawarna, kecubung, madu, giok, cempaka atau anggur, fosil kayu, dan badarbesi tetapi bukan magnet. Selama ini, batu jenis pancawarna dan kecubung paling banyak diminati masyarakat[6] Nama Kereta api Bogowonto juga diambil dari nama sungai ini, yang memiliki rute Stasiun Lempuyangan menuju Stasiun Pasar Senen. Lihat pula
Referensi
|