Berikut ini sejumlah anak Sungai Tungtang yang cukup besar:
Sungai Geyongan
Sungai Purwo
Sungai Senjoyo
Sungai Bancak (Gobak)
Sungai Temuireng
Berdasarkan arahan fungsi penggunaan lahannya DAS Tuntang memiliki kawasan lindung seluas 20.131,20 Ha, kawasan penyangga 2.984,70 Ha, kawasan budidaya tanaman tahunan 16.902,85 Ha, serta kawasan budidaya tanaman semusim seluas 94.419,41 Ha. Pada wilayah ini juga terdapat kawasan hutan seluas 21.670,63 Ha.
Jenis tanah yang paling dominan adalah jenis tanah Aluvial dan aluvial coklat kemerahan yaitu seluas 76985.78 Ha. Kelompok jenis tanah yang lain adalah Danau/rawa seluas 1598.37 Ha atau 1.0194 %, jenis tanah Grumusol seluas 12725.99 Ha atau 8.1166 %, jenis tanah Latosol seluas 38262.39 Ha atau 24.4037 % dan jenis tanah Regosol seluas 27216.71 Ha atau 17.3588 %.
Kelompok latosol terdiri dari latosol coklat dan latosol coklat kemerahan seluas38.069,43 Ha. Kelompok regosol terdiri dari regosol dan dan regosol grumusol seluas 26.840,75 Ha. sedangkan kelompok grumusol seluas 12.764,18 Ha.
Jenis Penggunaan Lahan wilayah DAS Tuntang bervariasi, dimana luas lahan hutan dan kebun campuran memiliki cakupan wilayah yang cukup luas yaitu + 39% dari luas wilayah, dengan sebaran cukup merata dari hulu sampai hilir DAS. Di wilayah ini juga terdapat kebun rakyat yang didominasi oleh tanaman sengon dan kopi. Sedangkan perkebunan Negara (PTP) didominasi tanaman karet dan cengkeh. Penggunaan Lahan wilayah DAS Tuntang yang terdiri dari Hutan sebesar 13.3777 %, Kebun Rakyat 1.7456 %, Pemukiman 13.7509 %, Rawa 0.1883 %, Sawah 1 kali 8.5997 %, Sawah 2 kali 37.4759 %, Semak Belukar 0.0760 %, Sungai 2.2128 %, Tambak 1.2574 %, Tanah Tandus 0.0092 % dan Tegalan 21.3063 %.
Ketinggian rata – rata dan variasi ketinggian pada suatu DAS merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap temperatur dan pola hujan khususnya pada daerah topografi bergunung, untuk wilayah DAS Tuntang titik tertinggi pada masing – masing Sub DAS bervariasi antara 10,86 mdpl sampai dengan 2.911,72 mdpl, sedangkan titik ketinggian terendah bervariasi antara 0,00 mdpl sampai dengan 460,62 mdpl.
Curah hujan di wilayah DAS Tuntang pada saat kejadian banjir di hulu DAS : Pos Bringin 60 mm, Pos Bancak 60 mm, Pos Dadapayam 50 mm, Pos Banyubiru 64 mm, Pos Salatiga Kota 37 mm. Data debit sungai Tuntang pada saat banjir adalah 800 m3/dt, rata rata debit sungai berkisar antara 499,90 m3/ detik sampai dengan 722,40 m3/detik. Sungai Tuntang memiliki debit 722,4 m3/ detik, sungai Senjoyo memiliki debit 626,2 m3/ detik, sungai Blorong 499,90 m3/ detik dan sungai Jajar 560 m3/ detik.
Tingkat kepadatan penduduk secara geografis di wilayah DAS Tuntang berkisar antara 3 - 50 orang/km2 dan kepadatan geografis berkisar antara 5 - 54 orang/ Ha., sedangkan kepadatan tenaga agraris berkisar antara 3 - 11 orang/ Ha. Jenis mata pencaharian yang paling dominan di wilayah DAS Tuntang adalah petani dan buruh tani, berikutnya adalah pedagang, dan pengusaha serta buruh industri.
Besaran prosentase tingkat penutupan lahan DAS Tuntang didominasi oleh areal dengan tingkat penutupan yang sangat buruk yaitu seluas 65.284,99 Ha atau 41,79 % dari luas DAS, areal dengan tingkat penutupan lahan buruk seluas 41.976 Ha dan areal dengan tingkat penutupan sedang 828,71 Ha, sedangkan areal dengan tingkat penutupan lahan baik adalah seluas 48.100,44 Ha. Sebaran klas erosi pada DAS Tuntang adalah bervariasi, antara dari ringan , sedang. berat sampai dengan sangat berat. Klas erosi yang paling dominan adalah ringan yaitu seluas 117.273,27 Ha, sedang 6.442,37 Ha, berat 23.936,96 Ha dan sangat berat 8.538,19 Ha.
Ditinjau dari kondisi penutupan lahan, nampak bahwa Sub DAS Senjoyo/ Catchment Senjoyo relatif masih baik dimana penutupan lahan oleh vegetasi yang rapat baik dilahan masyarakat maupun diperkebunan karet PTP. Sedangkan di wilayah Sub DAS Bancak (Gobak) / catchment Bancak penutupan lahan banyak didominasi oleh persawahan dan tanaman keras seperti sengon, mahoni dan jati yang penutupan lahannya masih relative cukup baik. Sedangkan untuk catchment Sub DAS Tuntang hulu yaitu wilayah Banyubiru dan sekitar waduk Rawapening kondisi penutupan lahannya relative masih baik karena diwilayah ini terdapat juga perkebunan kopi PTP.
Pemanfaatan
Penduduk di sepanjang Sungai Tuntang memanfaatkan untuk sumberdaya pertanian dan perikanan baik secara tradisional dengan cara memancing atau menjala. Air sungai ini juga dimanfaatkan sebagai PLTA dan digunakan PDAM untuk kebutuhan air minum. Di tepi Sungai Tuntang terdapat jalur rel kereta api yang menghubungkan antara Stasiun Ambarawa, Stasiun Tuntang dengan Stasiun Kedungjati.
Geografi
Sungai ini mengalir di wilayah tengah pulau Jawa yang beriklim muson tropis (kode: Am menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[3] Suhu rata-rata setahun sekitar 21 °C. Bulan terpanas adalah September, dengan suhu rata-rata 24 °C, and terdingin Juni, sekitar 20 °C.[4] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3140 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Januari, dengan rata-rata 560 mm, dan yang terendah September, rata-rata 14 mm.[5]