Tadmur
Tadmur (bahasa Tadmur: 𐡶𐡣𐡬𐡥𐡴 () Tadmor; bahasa Arab: تَدْمُر, Tadmur; bahasa Yunani: Παλμύρα, Palmira) adalah kota kuno bangsa Semit di daerah yang sekarang menjadi wilayah Kegubernuran Ḥumṣ, Suriah. Temuan-temuan arkeologi di Tadmur diperkirakan berasal dari Zaman Batu Muda, dan keberadaan kota Tadmur pertama kali tercatat pada awal milenium ke-2 pra-Masehi. Tadmur silih berganti dijajah beberapa kekaisaran sebelum menjadi jajahan Kekaisaran Romawi pada abad pertama Masehi. Sumber kemakmuran kota Tadmur adalah kafilah-kafilah dagang. Warga Tadmur terkenal sebagai saudagar-saudagar yang mendirikan koloni-koloni di sepanjang Jalur Sutra, dan berdagang di seluruh wilayah Kekaisaran Romawi. Kemakmuran Tadmur tampak jelas pada bangunan-bangunan megah seperti Kolonade Besar, Kuil Dewa Bel, dan gedung-gedung makam yang menjulang tinggi laksana menara. Kesukubangsaan warga Tadmur adalah perpaduan anasir-anasir Amori, Aram, dan Arab. Struktur kemasyarakatannya bersifat kesukuan, dan warganya bertutur dalam bahasa Tadmur (salah satu dialek bahasa Aram), tetapi menggunakan bahasa Yunani dalam urusan dagang dan diplomasi. Kebudayaan Yunani-Romawi mempengaruhi kebudayaan Tadmur, sehingga menghasilkan karya-karya seni dan arsitektur yang menampakkan perpaduan tradisi-tradisi Dunia Timur dan Dunia Barat. Warga Tadmur menyembah dewa-dewi Semit lokal, dewa-dewi Mesopotamia, maupun dewa-dewi Arab. Pada abad ke-3 Masehi, Tadmur sudah berkembang menjadi kota yang makmur, dan disegani sebagai pusat kekuasaan daerah setempat. Kekuasaannya memuncak pada era 260-an Masehi, setelah Odainat (bahasa Latin: Odaenathus), Raja Tadmur, berhasil mengalahkan Syapur Agung, Kaisar Persia. Raja Odainat digantikan oleh Ratu Pemangku Batzabai (bahasa Latin: Zenobia), yang memberontak melawan Kekaisaran Romawi dan mendirikan Kekaisaran Tadmur. Kota Tadmur dihancurkan Kaisar Aurelianus pada tahun 273, tetapi dibangun kembali Kaisar Diocletianus, meskipun tidak sebesar sediakala. Warga Tadmur memeluk agama Kristen pada abad ke-4 Masehi, tetapi beralih ke agama Islam setelah ditaklukkan Khulafaur Rasyidin pada abad ke-7 Masehi. Sesudah Tadmur dikuasai kaum Muslim, bahasa Tadmur dan bahasa Yunani pun tergeser oleh bahasa Arab. Sebelum tahun 273 Masehi, Tadmur merupakan daerah swatantra dalam wilayah Provinsi Suriah. Tata pemerintahannya dipengaruhi tata pemerintahan negara kota Yunani pada abad pertama dan abad ke-2 Masehi. Pada abad ke-3 Masehi, kota Tadmur menjadi koloni Romawi, dan tata pemerintahannya diperkaya dengan lembaga-lembaga pemerintahan khas Romawi. Meskipun demikian, Tadmur berubah menjadi negara monarki pada tahun 260 Masehi. Setelah dihancurkan pada tahun 273 Masehi, Tadmur menjadi kota yang tidak begitu penting dalam wilayah Kekaisaran Romawi Timur maupun kekaisaran-kekaisaran yang kemudian hari menjajahnya. Setelah diserang Kekaisaran Wangsa Timur pada tahun 1400, Tadmur menyusut menjadi sebuah desa kecil. Pada tahun 1932, pemerintah Mandat Prancis merelokasi warga Tadmur ke desa baru yang juga diberi nama Tadmur, sehingga kegiatan ekskavasi dapat dilakukan di situs Tadmur kuno. Pada tahun 2015, di tengah Perang Saudara Suriah, sebagian besar situs ini dihancurkan Negara Islam Irak dan Syam. Situs Tadmur kuno direbut kembali Angkatan Darat Suriah pada tanggal 2 Maret 2017. EtimologiKeberadaan kota Tadmur sudah tercatat sejak awal milenium ke-2 pra-Masehi,[1] yakni dengan nama "Ta-ad-mi-ir" dalam lauh-lauh lempung beraksara paku dari abad ke-18 pra-Masehi yang ditemukan di Mari, dan dengan nama "Ta-ad-mar" dalam prasasti-prasasti bangsa Asyur dari abad ke-11 pra-Masehi.[2] Ada dua bentuk pelafalan nama kota ini dalam prasasti-prasasti berbahasa Aram-Tadmur, yakni TDMR (Tadmar) dan TDMWR (Tadmor).[3][4] Etimologi nama Tadmur tidak begitu jelas; menurut tafsir standar yang didukung Albert Schultens, nama Tadmur berkaitan dengan kata Semit "tamar" yang berarti kurma (bahasa Ibrani: תמר, bahasa Arab: تمر),[keterangan 1][7][8] mengacu kepada pohon-pohon kurma di sekeliling kota Tadmur.[8] Nama Yunaninya, Palmira (Παλμύρα), pertama kali dicatat Plinius Tua pada abad pertama Masehi.[9] Nama inilah yang dikenal Dunia Yunani-Romawi.[7] Pada umumnya kata "Palmira" diyakini berasal dari kata "Tadmor". Ahli-ahli bahasa telah mengemukakan dua teori sebagai penjelasannya. Menurut teori pertama, kata "Palmira" adalah alterasi kata "Tadmor".[7] Albert Schultens menduga bahwa kata "Palmira" tercipta dari kekeliruan melafalkan kata "Tadmor". Mungkin kata "Tadmor" mula-mula keliru dilafalkan menjadi "Talmura", kemudian berubah menjadi "Palmura" karena dipengaruhi kata Latin "palma" (palem),[1] mengacu kepada pohon-pohon kurma kota Tadmur, dan akhirnya berubah menjadi "Palmira".[10] Menurut teori kedua, yang didukung sejumlah filolog, antara lain Jean Starcky, kata "Palmira" adalah terjemahan kata "Tadmor" (dengan asumsi bahwa "Tadmor" berarti "palem"), diturunkan dari kata Yunani "palame" (palem).[1][8] Menurut teori lain, nama "Tadmur" berasal dari kata Suryani "tedmurtā" (ܬܕܡܘܪܬܐ) yang berarti "mukjizat" (sesuatu yang mengherankan), dari akar kata "dmr" (heran). Teori ini didukung Franz Altheim dan Ruth Altheim-Stiehl (1973), tetapi ditolak Jean Starcky (1960) dan Michael Gawlikowski (1974).[9] Michael Patrick O'Connor (1988) berpendapat bahwa kata "Palmira" maupun "Tadmor" berasal dari bahasa Huri.[1] Untuk memperkuat teorinya, ia mengungkit ketidakjelasan seluk-beluk alterasi akar kata yang diperkirakan sebagai cikal bakal dari kedua kata tersebut, yakni ketidakjelasan seluk-beluk penyisipan "d" pada kata "tamar" dan "ra" pada kata "palame".[8] Menurut teori ini, kata "Tadmor" berasal dari kata Huri "tad" (mengasihi) ditambahi formant vokal tengah meninggi (Vtm) "mar" yang lazim dalam bahasa Huri,[11] sementara kata "Palmira" berasal dari kata Huri "pal" (mengetahui) yang juga ditambahi formant Vtm "mar".[11] Lingkungan dan tata ruangTadmur berjarak 215 kilometer (134 mil) dari timur laut kota Damsyik, ibu kota negara Suriah.[12] Kota ini maupun permukiman-permukiman, lahan-lahan usaha tani, dan benteng-benteng di daerah sekitarnya adalah bagian dari kawasan yang disebut Daerah Tadmur (bahasa Latin: Regio Palmyrena).[13] Kota Tadmur terletak di sebuah oasis yang dikelilingi pohon-pohon kurma (ada 20 varietas pohon kurma yang sudah dilaporkan).[8][14] Kota ini dipagari Rantai Pegunungan Tadmur Utara di sebelah utara dan Rantai Pegunungan Tadmur Selatan di sebelah barat daya,[15] sementara sisi selatan dan timurnya terbuka menghadap Padang Gurun Suriah.[15] Wadi Alqubur membujur melewati area ini, mulai dari perbukitan di sebelah barat kota sampai ke kebun-kebun oasis.[16] Di kawasan tepi selatan wadi Alqubur terdapat mata air Efqa.[17] Menurut keterangan Plinius Tua dari era 70-an Masehi, kota Tadmur terkenal karena terletak di padang gurun, tetapi bertanah subur[18] dan dikelilingi mata air, sehingga penduduknya dapat bercocok tanam dan membiakkan ternak.[keterangan 2][18] Tata ruangKota Tadmur tumbuh dari perkampungan kecil di dekat mata air Efqa yang terletak di kawasan tepi selatan wadi Alqubur.[20] Perkampungan yang diketahui sebagai permukiman Helenistik ini bertambah ramai dan mengalami pemekaran sampai ke kawasan tepi utara wadi pada abad pertama Masehi.[16] Meskipun tembok kotanya mula-mula melingkungi area luas yang mencakup kawasan tepi selatan maupun kawasan tepi utara wadi,[16] tembok yang dibangun kembali pada masa pemerintahan Kaisar Aurelianus hanya melingkungi area kota di kawasan tepi utara wadi.[21][16] Kebanyakan bangunan megah kota Tadmur berdiri di kawasan tepi utara wadi,[22] termasuk bangunan Kuil Dewa Bel yang didirikan di atas tel bekas landasan sebuah kuil lain (diketahui sebagai kuil Helenistik).[23] Meskipun demikian, hasil kegiatan ekskavasi memperkuat teori yang mengatakan bahwa tel Kuil Dewa Bel mula-mula berlokasi di kawasan tepi selatan wadi. Alur wadi kemudian dialihkan ke sebelah selatan tel pada akhir abad pertama dan awal abad ke-2 Masehi, agar Kuil Dewa Bel menyatu dengan tata ruang kota Tadmur di kawasan tepi utara wadi.[24] Di kawasan tepi utara wadi juga berdiri Kolonade Besar yang memagari jalan utama (gabungan 3 ruas jalan, tiap ruas berasal dari zaman yang berbeda) sepanjang 11 kilometer (6,8 mil),[25] mulai dari Kuil Dewa Bel di sebelah timur kota[26] sampai ke Kuil Makam No. 86 di sebelah barat kota.[27][28] Sebuah gapura lengkung raksasa berdiri di titik pertemuan ruas tengah dan ruas timur jalan utama,[29] sementara sebuah tetrapilon berdiri di titik pertemuan ruas barat dan ruas tengah jalan utama.[30] Rumah pemandian Diocletianus berdiri di kawasan tepi utara jalan utama,[31] berdekatan dengan bangunan-bangunan tempat tinggal,[32] Kuil Dewa Baal Syamin,[33] dan gereja-gereja khas Romawi Timur, termasuk "Basilika IV", gereja terbesar di Tadmur.[34] Gereja ini diperkirakan dibangun pada zaman wangsa Iustiniana,[35] tinggi pilar-pilarnya diperkirakan mencapai 7 meter (23 kaki), dan landasannya berukuran 27,5 x 47,5 meter (90 × 156 kaki).[34] Kuil Dewa Nabu dan gedung teater khas Romawi berdiri di kawasan tepi selatan jalan utama.[36] Di belakang gedung teater, berdiri gedung senat berukuran kecil dan Agora berukuran besar, yang masih menampakkan sisa-sisa sebuah triclinium (aula perjamuan) dan pelataran pabean.[37] Jalan melintang di ujung barat jalan utama adalah jalan menuju Kamp Diocletianus[25][38] yang dibangun Sosianus Hierocles (Wali Negeri Romawi di Suriah),[39] berdekatan dengan Kuil Dewi Allat dan Gapura Damsyik.[40] Suku bangsa, bahasa, dan masyarakatPada masa pemerintahan Ratu Batzabai, jumlah warga Tadmur mencapai lebih dari 200.000 jiwa.[keterangan 3][42] Suku bangsa pertama yang diketahui mendiami Tadmur adalah orang Amori pada awal milenium ke-2 pra-Masehi,[43] sementara orang Aram tercatat sebagai suku bangsa yang mendiami area tersebut pada akhir milenium yang sama.[44][45] Orang Arab tiba di Tadmur pada akhir milenium pertama pra-Masehi.[46] Syekh Zabdibel, yang membantu Kerajaan Wangsa Seleukos dalam Pertempuran Rafia pada tahun 217 pra-Masehi, tercatat sebagai panglima "selaksa orang Arab dan suku-suku tetangganya".[47] Syekh Zabdibel maupun laskarnya tidak disebut sebagai orang-orang asal Tadmur, tetapi nama "Zabdibel" adalah nama khas Tadmur, sehingga muncul kesimpulan bahwa Syekh Zabdibel berasal dari Tadmur.[48] Pendatang-pendatang Arab berasimilasi dengan penduduk lama, menjadikan bahasa Tadmur sebagai bahasa ibu mereka,[49] dan membentuk salah satu kelompok ningrat yang disegani di Tadmur.[50] Di kota Tadmur juga terdapat sebuah komunitas Yahudi. Prasasti-prasasati berbahasa Tadmur yang ditemukan di nekropolis Bet Sye'arim di Galilea Hilir merupakan bukti penguburan orang-orang Yahudi asal Tadmur.[51] Meskipun jarang, kadang-kadang ada anggota keluarga-keluarga Tadmur yang memakai nama diri Yunani, padahal warga Tadmur yang berkebangsaan Yunani sangat sedikit jumlahnya. Kebanyakan warga Tadmur dengan nama diri Yunani, yang bukan anggota salah satu keluarga Tadmur, adalah budak belian yang sudah dimerdekakan.[52] Tampaknya warga Tadmur tidak menyukai orang Yunani, yang dianggap sebagai orang asing, dan dibatasi permukimannya di dalam kota.[52] Sampai akhir abad ke-3 pra-Masehi, warga Tadmur menuturkan sebuah dialek bahasa Aram dan menggunakan abjad Tadmur untuk keperluan tulis-menulis.[keterangan 4][54][55] Bahasa Latin sedikit sekali dituturkan, tetapi bahasa Yunani lazim digunakan kalangan hartawan dalam urusan dagang dan diplomasi.[56] Bahasa Yunani menjadi bahasa dominan di Tadmur pada zaman Kekaisaran Romawi Timur.[57] Sesudah ditaklukkan bangsa Arab, bahasa Yunani pun tergeser oleh bahasa Arab,[57] yang kemudian hari melahirkan bahasa Arab dialek Tadmur.[58] Masyarakat Tadmur adalah campuran berbagai suku bangsa,[59][60] sebagaimana tampak pada nama-nama klan Aram, Arab, dan Amori.[keterangan 5][61][62] Tadmur adalah sebuah komunitas kesukuan, tetapi ketiadaan sumber membuat hakikat struktur kesukuan Tadmur mustahil dapat diketahui.[63] Ada tiga puluh klan yang terdokumentasi.[64] Lima klan di antaranya teridentifikasi sebagai suku (bahasa Yunani: φυλή, fule) yang terdiri atas beberapa subklan.[keterangan 6][65] Ada empat suku di Tadmur pada zaman Kaisar Nero. Masing-masing suku tinggal di kawasan permukiman tersendiri. Kawasan-kawasan permukiman tersebut diberi nama yang sama dengan nama suku penghuninya.[66] Tiga di antaranya adalah suku Komare, suku Mattabol, dan suku Ma'zin. Suku yang keempat tidak diketahui secara pasti, tetapi mungkin sekali adalah suku Mita.[66][67] Seiring waktu berjalan, keempat suku tersebut semakin bersifat kekotaan sehingga batas-batas kesukuan menjadi kabur.[keterangan 7][66] Pada abad ke-2 Masehi, identitas klan kehilangan arti pentingnya, dan akhirnya menghilang pada abad ke-3 Masehi.[keterangan 8][66] Bahkan keempat suku pun kehilangan arti pentingnya pada abad ke-3 Masehi, karena hanya ada satu prasasti yang menyebut-nyebut nama suku sesudah tahun 212. Kaum ningratlah yang selanjutnya berperan penting dalam organisasi kemasyarakatan kota Tadmur.[69] Kaum wanita tampaknya aktif berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Kaum wanita mendanai pembuatan prasasti-prasasti, bangunan-bangunan, maupun gedung-gedung makam, dan dalam kasus-kasus tertentu juga memegang jabatan pemerintahan. Persembahan kepada dewa-dewi atas nama kaum wanita juga terdokumentasi.[70] Pada zaman Bani Umayyah, mayoritas warga Tadmur adalah ahli Bani Kalib.[71] Benyamin orang Tudela mencatat keberadaan 2.000 orang Yahudi di kota Tadmur pada abad ke-12.[72] Tadmur mengalami kemerosotan sesudah digempur Kekaisaran Wangsa Timur pada tahun 1400,[73] dan menyusut menjadi sebuah desa berpenduduk 6.000 jiwa pada awal abad ke-20. Meskipun hidup dikelilingi kaum Badawi, warga desa Tadmur masih mempertahankan dialek mereka.[58] Tadmur seterusnya menjadi sebuah permukiman kecil sampai direlokasi pada tahun 1932.[74] KebudayaanLangkanya artefak Zaman Perunggu yang ditemukan di kota ini menunjukkan bahwa, dari segi kebudayaan, Tadmur terhubung erat dengan kawasan barat Suriah.[75] Pada zaman Klasik, Tadmur memiliki kebudayaan khas[76] yang berakar pada tradisi Semit lokal[77] dan dipengaruhi kebudayaan Yunani-Romawi.[keterangan 9][79] Agar terkesan sudah berintergrasi dengan Kekaisaran Romawi, beberapa warga Tadmur mengadopsi nama diri khas Yunani-Romawi, baik dirangkaikan maupun tanpa dirangkaikan dengan nama kedua yang khas pribumi.[80] Soal seberapa jauh kebudayaan Yunani mempengaruhi kebudayaan tadmur masih menjadi pokok perdebatan.[81] Para ahli menafsirkan praktik-praktik Yunani yang diamalkan warga Tadmur secara berbeda-beda. Banyak yang berpandangan bahwa praktik-praktik tersebut hanya sekadar kulit luar, sedangkan isinya tetap bersifat lokal.[82] Contohnya adalah senat Tadmur. Meskipun peninggalan-peninggalan tertulis Tadmur dalam bahasa Yunani menyebutnya sebagai sebuah boule (lembaga pemerintahan khas Yunani), senat Tadmur sesungguhnya adalah kumpulan kepala suku yang menjabat tanpa melalui proses pemilihan (badan musyawarah khas Timur Dekat).[83] Yang lain berpandangan bahwa kebudayaan Tadmur adalah fusi tradisi lokal dan tradisi Yunani-Romawi.[84] Kebudayaan Persia mempengaruhi siasat tempur, pakaian, dan upacara istana.[85] Tadmur tidak memiliki perpustakaan besar maupun fasilitas penerbitan karya tulis, dan tidak ada gerakan intelektual yang menjadi ciri khas kota-kota Dunia Timur seperti Edesa atau Antiokhia.[86] Meskipun Ratu Batzabai membuka lebar-lebar pintu istananya bagi kaum cerdik pandai, satu-satunya cendekiawan terkemuka yang terdokumentasi adalah Cassius Longinus.[86] Tadmur memiliki sebuah agora besar,[keterangan 10] tetapi agora Tadmur tidak sama dengan agora-agora Yunani (lokasi rapat umum sekaligus sebuah bangunan umum) karena lebih mirip karavanserai khas Dunia Timur daripada pusat kegiatan masyarakat.[88][89] Jenazah warga Tadmur dimakamkan di dalam bangunan-bangunan mausoleum milik keluarga yang dibangun dengan megah.[90] Tembok kebanyakan mausoleum Tadmur terbentuk dari susunan petak-petak tempat membujurkan jenazah (bahasa Latin: loculus).[91][92] Lubang petak jenazah ditutupi papan batu berelief sosok si mati. Selain berfungsi sebagai batu nisan, papan-papan batu berelief tersebut juga memperindah tembok di dalam ruangan mausoleum.[92] Sarkofagus muncul pada akhir abad ke-2 Masehi, dan digunakan sebagai wadah jenazah di beberapa gedung makam.[93] Banyak gedung makam yang menyimpan mumi. Metode pengawetan jenazah di Tadmur mirip dengan metode yang digunakan bangsa Mesir Kuno.[94][95] Seni rupa dan arsitekturMeskipun berkaitan dengan seni rupa Yunani, seni rupa Tadmur memiliki gaya tersendiri yang tidak dimiliki tempat-tempat lain di kawasan tengah daerah Lembah Sungai Efrat.[96] Seni rupa Tadmur tampak jelas pada relief-relief manusia dari kepala sampai dada yang terpahat pada papan batu penutup petak tempat membujurkan jenazah.[96] Relief-relief ini menonjolkan pakaian, perhiasan, dan tampak depan dari orang yang digambarkan.[96][97] Ciri-ciri tersebut dapat dianggap sebagai pendahulu dari seni rupa Romawi Timur.[96] Menurut Michael Rostovtzeff, seni rupa Tadmur dipengaruhi seni rupa Partia.[98] Meskipun demikian, asal-usul frontalitas (tampilan hadap depan) yang menjadi ciri khas seni rupa Tadmur maupun seni rupa Partia merupakan sebuah isu kontroversial. Meskipun diduga (oleh Daniel Schlumberger) berasal dari seni rupa Partia,[99] Michael Avi-Yonah berpendapat bahwa frontalitas dalam seni rupa Tadmur adalah tradisi lokal Suriah, dan seni rupa Partialah yang dipengaruhi tradisi tersebut.[100] Hanya segelintir lukisan yang sintas. Tak satu pun patung perunggu warga kota terkemuka (yang dulu tegak di atas penyangga pada puncak pilar-pilar utama Kolonade Besar) yang sintas.[101] Sebuah friz yang sudah rusak dan karya-karya seni pahat lainnya dari Kuil Dewa Bel, yang kebanyakan sudah dipindahkan ke museum-museum di Suriah maupun di luar Suriah, kiranya dapat memberi gambaran tentang karya-karya seni pahat monumental yang pernah menghiasi ruang-ruang publik kota Tadmur.[101] Banyak dari relief-relief makam yang sintas dipindahkan ke museum-museum Dunia Barat pada abad ke-19.[102] Tadmur menyajikan contoh-contoh paling tepat dari karya-karya seni Dunia Timur yang menyulut sebuah kontroversi sejarah seni rupa pada tahun-tahun peralihan dari abad ke-19 menuju abad ke-20, yakni kontroversi perihal sampai sejauh mana pengaruh Dunia Timur terhadap seni rupa Romawi menggantikan pakem-pakem seni rupa zaman Klasik yang dianggap ideal itu dengan citra-citra yang menampilkan tampak depan, hieratis, dan lebih sederhana (sebagaimana yang diyakini Josef Strzygowski dan beberapa pihak lain).[101][103] Transisi tersebut dipandang sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kebudayaan di Kekaisaran Romawi Barat, alih-alih sebagai dampak dari pengaruh artistik Dunia Timur.[101] Tidak seperti karya-karya seni pahat Romawi, relief-relief makam Tadmur, yang menampilkan sosok manusia dari kepala sampai dada, merupakan potret-potret ala kadarnya. Meskipun banyak yang menampakkan individualitas bermutu tinggi, mayoritas relief makam Tadmur hanya menampakkan sedikit perbedaan satu sama lain dalam menggambarkan sosok-sosok yang sebaya dan yang sama jenis kelaminnya.[101] Sebagaimana seni rupanya, arsitektur Tadmur juga dipengaruhi gaya arsitektur Yunani-Romawi, meskipun tetap mempertahankan unsur-unsur lokal (tampak jelas pada Kuil Dewa Bel).[keterangan 11][104][107] Meskipun tembok-temboknya yang berukuran raksasa diapit pilar-pilar tradisional Romawi,[107][108] pada hakikatnya denah Kuil Dewa Bel adalah denah sebuah kuil Semit.[107] Seperti bangunan Bait Suci yang kedua, Kuil Dewa Bel terdiri atas pelataran luas dan bangunan suci utama yang terletak hampir di tengah-tengah pelataran serta sejajar dengan pintu masuk ke pelataran (denah yang melestarikan unsur-unsur bangunan kuil buatan Ebla dan Ugarit).[107][109] SitusMakamDi sebelah barat tembok-tembok kuno, warga Tadmur membangun sejumlah gedung makam berukuran besar yang kini menjadi bagian dari kawasan Lembah Makam,[110] sebuah nekropolis sepanjang 1 kilometer (0,62 mil).[111] Ada lebih dari 50 makam yang terdapat di kawasan Lembah Makam. Kebanyakan di antaranya berbentuk menara, dan paling tinggi bertingkat empat.[112] Menara-menara makam tergantikan oleh kuil-kuil makam pada paruh pertama abad ke-2 Masehi, karena menara makam yang paling muda umurnya diperkirakan dibangun pada tahun 128 Masehi.[27] Kota Tadmur juga memiliki kawasan-kawasan pemakaman lain yang terletak di sebelah utara, barat daya, dan di sebelah tenggara, yang kebanyakan makamnya adalah hypogaeum (ruang makam bawah tanah).[113][114] Bangunan-bangunan menonjolBangunan umum
Kuil
Bangunan lain
Penghancuran oleh Negara Islam Irak dan SyamMenurut keterangan saksi mata, pada tanggal 23 Mei 2015, para pejuang Negara Islam Irak dan Syam menghancurkan Singa Dewi Allat dan patung-patung lain. Peristiwa ini terjadi berhari-hari sesudah para pejuang mengumpulkan warga Tadmur dan berjanji tidak akan menghancurkan monumen-monumen kota itu.[141] Menurut keterangan para aktivis maupun petinggi Dinas Purbakala Suriah, Maamoun Abdulkarim, Negara Islam Irak dan Syam menghancurkan Kuil Dewa Baal Syamin pada tanggal 23 Agustus 2015.[142] Pada tanggal 30 Agustus 2015, Negara Islam Irak dan Syam menghancurkan cella Kuil Dewa Bel.[143] Pada tanggal 31 Agustus 2015, Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan bahwa kuil tersebut sudah dihancurkan.[144] Yang masih tersisa dari bangunan raksasa ini hanya tembok-tembok luar dan pintu masuk berpelengkung.[143][145] Pada tanggal 4 September 2015, Negara Islam Irak dan Syam diketahui telah menghancurkan tiga dari makam-makam menara yang paling utuh bangunannya, termasuk Menara Elahbel.[146] Pada tanggal 5 Oktober 2015, media massa melaporkan bahwa Negara Islam Irak dan Syam telah menghancurkan bangunan-bangunan yang tidak memiliki arti religius, termasuk gapura pelengkung raksasa.[147] Pada tanggal 20 Januari 2017, tersiar kabar bahwa para pejuang Negara Islam Irak dan Syam telah menghancurkan tetrapilon dan sebagian bangunan teater.[148] Sesudah Tadmur direbut kembali Angkatan Darat Suriah pada bulan Maret 2017, Direktur Kepurbakalaan dan Museum di Kementerian Kebudayaan Suriah, Maamoun Abdulkarim, mengungkap bahwa kerusakan yang menimpa monumen-monumen kuno mungkin tidak separah yang disangka sebelumnya, dan foto-foto awal menunjukkan hampir tidak ada kerusakan tambahan selain dari yang sudah diketahui.[149] Kepala Dinas Purbakala, Wael Hafyan, menyatakan bahwa tetrapilon mengalami kerusakan parah, sementara kerusakan yang menimpa muka bangunan teater Romawi tidak terlampau parah.[150] RestorasiSebagai respons terhadap penghancuran tersebut, pada tanggal 21 Oktober 2015, Creative Commons merintis New Palmyra Project, sebuah repositorium daring yang menampung model-model tiga dimensi dari monumen-monumen kota Tadmur. Model-model tersebut dihasilkan dari gambar-gambar yang dikumpulkan dan dirilis ke domain publik oleh pegiat internet Suriah, Bassel Khartabil, antara tahun 2005 sampai tahun 2012.[151][152] Berkonsultasi dengan UNESCO, badan-badan khusus PBB, asosiasi-asosiasi arkeologi, dan museum-museum menyusun rencana-rencana restorasi Tadmur. Pelaksanaan restorasi ditangguhkan sampai pertumpahan darah di Suriah berakhir, baik karena banyak rekanan internasional mengkhawatirkan keselamatan tim mereka maupun untuk memastikan bahwa artefak-artefak yang sudah direstorasi nantinya tidak akan kembali rusak akibat pertempuran-pertempuran susulan.[153] Usaha restorasi berskala kecil pun dilakukan. Dua patung makam Tadmur, yang dirusak dan dihilangkan bagian wajahnya oleh Negara Islam Irak dan Syam, dikirim ke Roma untuk direstorasi, kemudian dikirim kembali ke Suriah.[154] Restorasi Singa Dewi Allat memakan waktu dua bulan lamanya, dan patung itu akhirnya dapat dipamerkan pada tanggal 1 Oktober 2017. Singa Dewi Allat kini tersimpan di Museum Nasional Damsyik.[155] Sehubungan dengan usaha restorasi, arkeolog penemu kota Ebla, Paolo Matthiae, mengemukakan bahwa "situs arkeologi Tadmur adalah hamparan luas reruntuhan, dan hanya 20 sampai 30% yang rusak parah. Sayang sekali persentase yang rusak parah tersebut mencakup pula unsur-unsur penting, misalnya Kuil Dewa Bel, sementara Gapura Kemenangan dapat dibangun kembali." Ia menambahkan pula bahwa, "bagaimanapun juga, dengan menggunakan teknik-teknik tradisional maupun teknologi-teknologi maju, 98% dari situs itu mungkin sekali dapat direstorasi".[156] SejarahSitus purbakala di Tadmur menyimpan bukti-bukti keberadaan sebuah permukiman Zaman Batu Muda di dekat mata air Efqa.[158] Perkakas-perkakas batu yang ditemukan di situs ini diperkirakan berasal dari tahun 7500 pra-Masehi.[159] Pemeriksaan stratigrafi tel di bawah Kuil Dewa Bel menyingkap keberadaan sebuah bangunan bata-lumpur yang didirikan sekitar tahun 2500 pra-Masehi, berikut bangunan-bangunan lain yang didirikan pada Zaman Perunggu Pertengahan dan Zaman Besi.[160] Zaman bahariNama kota Tadmur memasuki catatan sejarah pada Zaman Perunggu, yakni sekitar tahun 2000 pra-Masehi, ketika Puzur-Isytar orang Tadmur menyepakati sebuah perjanjian di koloni dagang Asyur di Kültepe.[159] Nama kota Tadmur kemudian hari tercatat pula dalam lauh-lauh lempung Mari sebagai salah satu persinggahan kafilah-kafilah dagang maupun suku-suku pengembara, misalnya orang Sute,[59] dan ditaklukkan bersama-sama daerah sekitarnya oleh Yahdun-Lim, Raja Mari.[161] Raja Asyur, Syamsi Adad I, melewati daerah tersebut dalam perjalanannya menuju Laut Tengah pada awal abad ke-18 pra-Masehi.[162] Ketika itu, Tadmur merupakan kota di pelosok timur wilayah Kerajaan Qatna[163] yang diserang orang Sute, suku bangsa yang melumpuhkan lalu lintas perdagangan di jalur-jalur dagang.[164] Nama kota Tadmur kembali muncul dalam sebuah lauh dari abad ke-13 pra-Masehi yang ditemukan di Emar. Lauh ini mengabadikan nama dua "orang Tadmur" selaku saksi.[59] Pada awal abad ke-11 pra-Masehi, Raja Asyur, Tiglat-Pileser I, mencatat kemenangannya atas "orang-orang Aram" asal "Tadmar".[59] Ia menyebut Tadmur sebagai bagian dari negeri Amurru.[165] Tadmur adalah kota di perbatasan wilayah Kerajaan Aram-Damsyik yang ditaklukkan Kekaisaran Asyur Baru pada tahun 732 pra-Masehi.[166] Alkitab Ibrani (2 Tawarikh 8:4) mengabadikan nama "Tadmor", sebuah kota di padang gurun yang diperkuat (dibentengi) Salomo, Raja Israel.[167] Dalam jilid ke-8 karya tulisnya, Antiquitates Iudaicae, sejarawan Flavius Iosephus menyebutkan bahwa kota "Palmira" (nama Yunani kota Tadmur) dibangun Salomo.[130] Tradisi-tradisi Arab kemudian hari menyebutkan bahwa kota Tadmur dibangun abdi Salomo dari bangsa jin.[168] Pengait-ngaitan kota Tadmur dengan Salomo muncul akibat pencampuradukan "Tadmor" dengan "Tamar", yakni kota yang dibangun Salomo di Yudea (1 Raja–Raja 9:18).[129] Uraian Alkitab tentang "Tadmor" dan bangunan-bangunannya tidak selaras dengan temuan-temuan arkeologi di Tadmur, yang merupakan sebuah permukiman kecil pada masa pemerintahan Salomo (abad ke-10 pra-Masehi).[129] Zaman Helenistik dan zaman penjajahan RomawiPada zaman Helenistik, Tadmur adalah sebuah permukiman makmur yang tunduk di bawah pemerintahan raja-raja wangsa Seleukos (antara tahun 312 sampai tahun 64 pra-Masehi).[129][169] Bukti-bukti urbanisasi Tadmur pada zaman Helenistik sangat sedikit jumlahnya. Salah satu bukti penting adalah Prasasti Lagman II yang ditemukan di Provinsi Lagman, Afganistan. Prasasti ini dibuat sekitar tahun 250 pra-Masehi atas perintah Kaisar India, Asoka. Meskipun terjemahannya masih diperdebatkan, semitolog André Dupont-Sommer berpendapat bahwa prasasti ini mengabadikan keterangan tentang jarak tempuh dari Lagman ke "Tdmr" (Tadmur).[keterangan 13][171] Pada tahun 217 pra-Masehi, sepasukan laskar Tadmur di bawah pimpinan Zabdibel bergabung dengan angkatan bersenjata Raja Antiokos Agung dalam Pertempuran Rafia yang berakhir dengan kekalahan Kerajaan Wangsa Seleukos di tangan Kerajaan Wangsa Ptolemaios.[46] Pada pertengahan zaman Helenistik, Tadmur, yang sebelumnya terletak di kawasan tepi selatan wadi Alqubur, mengalami pemekaran sampai ke kawasan tepi utara wadi tersebut.[24] Pada akhir abad ke-2 pra-Masehi, makam-makam menara di kawasan Lembah Makam serta kuil-kuil kota Tadmur (teristimewa Kuil Dewa Baal Syamin, Kuil Dewi Allat, dan kuil-kuil Helenistik) mulai dibangun.[23][46][129] Sisa-sisa sebuah prasasti berbahasa Yunani dari masa pembangunan Kuil Dewa Bel menyebut-nyebut seorang raja bergelar Epifanes, yakni gelar yang disandang raja-raja wangsa Seleukos.[keterangan 14][177] Pada tahun 64 pra-Masehi, Kerajaan Wangsa Seleukos ditaklukkan Republik Romawi, dan dijadikan Provinsi Suriah oleh Panglima Romawi, Pompeius.[46] Tadmur dibiarkan merdeka,[46] tetap berdagang dengan Republik Romawi maupun Kekaisaran Partia, tetapi tidak menjadi bagian dari kedua-duanya.[178] Prasasti tertua yang ditemukan di Tadmur diperkirakan dibuat sekitar tahun 44 pra-Masehi,[49] ketika Tadmur masih berupa sebuah masyakhah (negara yang dikepalai seorang syekh), tempat kafilah-kafilah dagang mengambil bekal air jika kebetulan melewatinya.[179] Meskipun demikian, menurut keterangan Apianos, Tadmur adalah kota yang cukup makmur, sehingga Marcus Antonius merasa perlu mengerahkan pasukan untuk menaklukkannya pada tahun 41 pra-Masehi.[178] Warga Tadmur mengungsi ke wilayah Partia di kawasan tepi timur Sungai Efrat,[178] tempat mereka dapat mempertahankan diri.[49] Daerah swatantra TadmurTadmur menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi setelah ditaklukkan dan membayar upeti pada awal masa pemerintahan Kaisar Tiberius, yakni sekitar tahun 14 Masehi. [keterangan 15][46][181] Pemerintah Kekaisaran Romawi menetapkan garis-garis batas Daerah Tadmur,[182] dan menjadikannya bagian dari wilayah Provinsi Suriah.[180] Plinius Tua menyebutkan bahwa Daerah Tadmur berbatasan langsung dengan Daerah Emesa.[183] Sebuah tapal penanda batas barat daya Daerah Tadmur ditemukan pada tahun 1936 oleh Daniel Schlumberger di Qasrul Hairul Gharbi, dan diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Kaisar Hadrianus atau sesudahnya. Tapal ini menandai batas antara Daerah Tadmur dan Daerah Emesa.[keterangan 16][185][186] Garis perbatasan ini mungkin sekali memanjang ke utara sampai Khirbatul Bilas di Jabal Bilas, tempat ditemukannya tapal lain yang dipancangkan Wali Negeri Romawi, Silanus. Tapal tersebut berjarak 75 kilometer (47 mil) dari barat laut Tadmur, dan mungkin menandai perbatasan antara Daerah Tadmur dan Daerah Epifania.[187][182] Garis batas selatan Daerah Tadmur memanjang sampai ke daerah Lembah Sungai Efrat.[186] Di dalam Daerah Tadmur terdapat banyak desa yang tunduk kepada pemerintah ibu kota daerah,[188] termasuk permukiman-permukiman besar seperti Al Qaryatain.[189] Pada zaman Kekaisaran Romawi, kota Tadmur menjadi sangat makmur, dan mendapatkan status swapraja dalam wilayah Kekaisaran Romawi, sehingga berwenang menangani sendiri urusan-urusan dalam negerinya.[46] Kepala pemerintahan swapraja Tadmur adalah sebuah badan musyawarah,[190] dan banyak lembaga pemerintahan Tadmur yang dibentuk mengikuti lembaga-lembaga pemerintahan negara kota Yunani (polis).[keterangan 17][191] Peninggalan tertulis paling tua di Tadmur yang menyinggung keberadaan bangsa Romawi di kota itu diperkirakan berasal dari tahun 18 Masehi, yakni tahun ketika Panglima Romawi, Germanicus, berusaha menjalin persahabatan dengan Partia. Germanicus mengutus seorang tokoh Tadmur bernama Aleksandros ke Mesene, kerajaan bawahan Partia.[keterangan 18][194] Peninggalan tertulis berikutnya mencatat kedatangan Legio X Fretensis (Legiun X, Laskar dari Selat) pada tahun 19 Masehi.[keterangan 19][195] Pejabat Romawi di Tadmur sangat sedikit jumlahnya pada abad pertama Masehi, meskipun para pemungut cukai Romawi bertempat tinggal di Tadmur,[196] dan sebuah jalan yang menghubungkan Tadmur dengan Sura dibangun pada tahun 75.[keterangan 20][197] Kekaisaran Romawi memanfaatkan tenaga warga Tadmur sebagai prajurit,[198] tetapi (tidak seperti lazimnya kota-kota Romawi) tidak ada peninggalan tertulis yang mencatat keberadaan magistratus (pejabat yang dipilih rakyat) maupun praefectus (pejabat yang diangkat pemerintah) di kota Tadmur.[197] Pembangunan intensif berlangsung di Tadmur pada abad pertama Masehi, termasuk pembangunan tembok pertahanan yang pertama,[199] dan pembangunan Kuil Dewa Bel (rampung dan diresmikan pada tahun 32 Masehi).[125] Pada abad pertama Masehi, Tadmur berkembang dari sebuah perhentian kafilah dagang yang kecil menjadi pusat perdagangan yang besar,[keterangan 21][179] dan para saudagar Tadmur mendirikan koloni-koloni dagang di pusat-pusat perdagangan terdekat.[194] Kegiatan perdagangan Tadmur mencapai puncaknya pada abad ke-2 Masehi.[201] Pencapaian tersebut didukung dua faktor. Faktor pertama adalah jalur dagang yang dibangun orang-orang Tadmur[18] dan dilindungi garnisun-garnisun di lokasi-lokasi penting, antara lain garnisun yang ditempatkan di Dura-Europos pada tahun 117 pra-Masehi.[202] Faktor kedua adalah penaklukan Petra, ibu kota Kerajaan Nabatea, oleh Kekaisaran Romawi pada tahun 106 Masehi,[46] yang menyebabkan kendali atas jalur-jalur dagang kawasan selatan di Jazirah Arab beralih dari orang-orang Nabatea ke orang-orang Tadmur.[keterangan 22][46] Pada tahun 129 Masehi, kota Tadmur mendapat lawatan Kaisar Hadrianus. Sang kaisar memberi nama "Hadriane Palmyra" kepada kota itu, dan menjadikannya sebuah civitas libera (kota swapraja).[204][205] Kaisar Hadrianus mendorong penyebarluasan kebudayaan Helenistik ke seluruh wilayah Kekaisaran Romawi,[206] dan ekspansi kota Tadmur dilakukan dengan meniru ekspansi kota ala Yunani.[206] Ekspansi kota melahirkan kegiatan-kegiatan pendirian bangunan baru, antara lain bangunan teater, Kolonade Besar, dan Kuil Dewa Nabu.[206] Keberadaan garnisun Romawi di Tadmur pertama kali tercatat pada tahun 167 Masehi, yakni tahun ketika Tadmur dijadikan pangkalan pasukan berkuda Ala I Thracum Herculiana (Pasukan Sayap I, Laskar Trakia Herculianus).[keterangan 23][209] pada akhir abad ke-2 Masehi, usaha pengembangan kota mengalami penurunan, sesudah kegiatan pendirian bangunan di kota Tadmur mencapai puncaknya.[210] Pada era 190-an, Tadmur dijadikan bagian dari provinsi baru Suriah Foinike bentukan wangsa Severa.[211] Menjelang akhir abad ke-2 Masehi, Tadmur mulai bertransisi dari bentuk pemerintahan tradisional Yunani ke bentuk monarki akibat meningkatnya militerisasi kota itu dan memburuknya situasi ekonomi.[212] Berkuasanya wangsa Severa di Roma berdampak besar terhadap transisi Tadmur, karena hal-hal sebagai berikut:[210]
Kerajaan TadmurKebangkitan wangsa Sasan di Persia benar-benar merusak usaha dagang Tadmur.[216] Kekaisaran Persia menutup koloni-koloni dagang Tadmur di wilayah mereka,[216] dan memaklumkan perang melawan Kekaisaran Romawi.[217] Dalam sebuah prasasti yang diperkirakan berasal dari tahun 252 Masehi, nama Odainat muncul dengan gelar eksarkos (pemimpin) Tadmur.[218] Lemahnya Kekaisaran Romawi dan ancaman Persia yang terus-menerus membayangi mungkin sekali merupakan alasan-alasan yang melatarbelakangi keputusan Badan Musyawarah Tadmur untuk mengangkat seorang pemimpin guna mengepalai angkatan bersenjata Tadmur yang sudah diperbesar kekuatannya.[219] Odainat berusaha mengajukan permohonan kepada Kaisar Persia, Syapur Agung, agar sudi menjamin kepentingan-kepentingan Tadmur di Persia, tetapi permohonannya ditolak mentah-mentah.[220] Pada tahun 260 Masehi, Kaisar Valerianus maju menghadapi Syapur Agung dalam Pertempuran Edesa, tetapi dikalahkan dan ditawan.[220] Macrianus Maior, salah seorang perwira bawahan Valerianus, beserta putra-putranya, Quietus dan Macrianus, bersama-sama dengan Praefectus Praetorio (kepala pasukan khusus) Balista, memberontak melawan Kaisar Gallienus, putra Kaisar Valerianus, dan merebut kekuasaan atas Suriah.[221] Perang-perang melawan PersiaOdainat membentuk angkatan bersenjata yang beranggotakan warga Tadmur dan warga masyarakat pedesaan Suriah untuk melawan Syapur Agung.[keterangan 24][220] Menurut Historia Augusta, Odainat menyatakan diri sebagai raja sebelum bertempur melawan Syapur Agung.[223] Odainat meraih kemenangan telak di dekat tepian Sungai Efrat pada tahun 260 Masehi, sehingga pasukan Persia terpaksa mundur.[224] Pada tahun 261 Masehi, Odainat maju menggempur para pemberontak yang merebut kekuasaan atas Suriah. Ia berhasil mengalahkan sekaligus menewaskan Quietus dan Balista.[225] Kaisar Gallienus menganugerahkan gelar Imperator Totius Orientis (Kepala Pemerintahan Seluruh Wilayah Timur) kepada Odainat sebagai penghargaan atas jasa-jasanya,[226] sehingga Odainat berhak memerintah selaku raja muda di wilayah Provinsi Suriah, Provinsi Mesopotamia, Provinsi Arab, dan Provinsi Anatolia.[227][228] Secara resmi, Tadmur tetap menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi, tetapi prasasti-prasasti Tadmur mulai menyebut kota itu sebagai sebuah "metrocolonia", yang menunjukkan bahwa status kota Tadmur lebih tinggi daripada colonia biasa.[229] Pada praktiknya, Tadmur berubah dari sebuah kota provinsi menjadi secara de facto sebuah kerajaan sekutu.[230] Pada tahun 262 Masehi, Odainat kembali memaklumkan perang melawan Syapur Agung.[231] Ia merebut kembali kota-kota Provinsi Mesopotamia yang dicaplok Persia (terutama kota Nisibis dan kota Karai), menjarah Nehardea yang merupakan kota orang Yahudi,[keterangan 25][232][233] dan mengepung Tisfon, ibu kota Kekaisaran Persia.[234][235] Sesudah meraih kemenangan, Odainat menyandang gelar raja diraja.[keterangan 26][238] Kemudian hari Odainat menobatkan putranya, Hairan I, menjadi raja-bersama di dekat kota Antiokhia pada tahun 263 Masehi.[239] Meskipun tidak berhasil merebut ibu kota Persia, Odainat berhasil mengusir orang Persia dari semua daerah kekuasaan bangsa Romawi yang dicaplok Persia sejak Syapur Agung memerangi Kekaisaran Romawi pada tahun 252 Masehi.[240] Dalam perang kedua pada tahun 266 Masehi, Odainat kembali mengepung Tisfon. Meskipun demikian, ia harus menghentikan aksi pengepungan dan bergerak ke utara bersama Hairan I untuk mengusir orang Goth dari Provinsi Asia.[241] Odainat dan putranya tewas terbunuh ketika pulang dari medan perang pada tahun 267 Masehi.[242] Menurut Historia Augusta, Odainat tewas dibunuh saudara sepupunya, sementara Ioanes Zonaras menyebutkan bahwa si pembunuh adalah kemenakan Odainat. Dalam Historia Augusta, pembunuh Odainat bernama Maeonius.[243] Historia Augusta juga menyebutkan bahwa Maeonius sempat menyatakan diri sebagai kaisar sebelum tewas dibunuh para prajurit.[243][244][245] Meskipun demikian, tidak ada prasasti maupun bukti lain mengenai masa pemerintahan Maeonius.[246] Odainat digantikan oleh putranya, Wahballat (bahasa Latin: Vaballathus), yang baru berumur sepuluh tahun.[247] Batzabai, ibu Wahballat, adalah penguasa de facto Tadmur. Wahballat terus meringkuk di bawah bayang-bayang ibunya, sementara sang ibu mengukuhkan kekuasaannya sendiri.[247] Kaisar Gallienus mengutus Praefectus Heraclianus untuk memimpin operasi militer melawan Persia, tetapi si praefectus dipojokkan Ratu Batzabai dan pulang ke wilayah barat.[240] Ratu Batzabai bersikap hati-hati agar tidak memancing kemarahan Roma. Ia hanya menuntut agar gelar-gelar suaminya diturunkan kepadanya dan kepada putranya, serta berjanji akan menjaga keamanan di daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah Persia dan akan menundukkan Bani Tanukh di Hauran.[247] Untuk melindungi daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah Persia, Ratu Batzabai membentengi sejumlah permukiman di tepi Sungai Efrat, antara lain kota Halabiyah dan kota Zalabiyah.[248] Ada bukti-bukti tidak langsung yang menunjukkan bahwa Wahballat pernah berkonfrontasi dengan wangsa Sasan. Mungkin sekali Wahballat menyandang gelar Persicus Maximus (Mahajaya di Persia) pada tahun 269 Masehi, dan gelar ini mungkin saja berkaitan dengan kemenangan tak tercatat dalam pertempuran melawan angkatan bersenjata Persia yang ingin kembali menguasai Mesopotamia.[249][250] Kekaisaran TadmurKiprah militer Ratu Batzabai bermula pada musim semi tahun 270 Masehi, yakni pada masa pemerintahan Kaisar Claudius Gothicus.[251] Dengan alasan memerangi Bani Tanukh, Batzabai menaklukkan Provinsi Arab.[251] Pada bulan Oktober tahun yang sama, Tadmur menginvasi Mesir.[252][253] Mesir dapat ditaklukkan, dan Batzabai pun dimasyhurkan sebagai Ratu Mesir.[254] Pada tahun 271 Masehi, Tadmur menginvasi Anatolia sampai ke Ankara, yang merupakan puncak dari aksi ekspansinya.[255] Aksi penaklukan tadmur dilancarkan dengan berkedok pengabdian terhadap Roma.[256] Batzabai mencetak uang logam atas nama Kaisar Aurelianus, pengganti Kaisar Claudius Gothicus. Uang logam keluaran Batzabai memuat gambar Wahballat selaku raja.[keterangan 27][256] Karena Kaisar Aurelianus sedang sibuk menumpas pemberontakan di Eropa, ia menutup mata terhadap tindakan Batzabai mencetak uang logam dan menyerobot wilayah.[257][258] Menjelang akhir tahun 271 Masehi, Wahballat dimasyhurkan sebagai Augustus, dan Batzabai menyandang gelar Augusta.[keterangan 28][256] Pada tahun 272 Masehi, Kaisar Aurelian menyeberangi Selat Bosporus dan bergerak cepat melintasi Anatolia.[262] Menurut salah satu sumber, Panglima Romawi, Marcus Aurelius Probus, merebut kembali Mesir dari Tadmur.[keterangan 29][263] Kaisar Aurelianus memasuki Isos dan bergegas menuju Antiokhia. Ratu Batzabai dikalahkan dalam Pertempuran Immae di dekat Antiokhia,[264] dan sekali lagi mengalami kekalahan dalam Pertempuran Emesa dan berlindung di Ḥumṣ sebelum bergegas pulang ke Tadmur.[265] Ketika Tadmur akhirnya dikepung pasukan Romawi, Ratu Batzabai tidak bersedia menuruti perintah untuk menyerahkan diri kepada kaisar.[255] Ia melarikan diri ke sebelah timur untuk meminta pertolongan Persia, tetapi tertangkap pasukan Romawi. Tak lama sesudah Ratu Batzabai ditangkap, Kota Tadmur pun diluluhlantakkan pasukan Romawi.[266][267] Akhir zaman Kekaisaran Romawi dan zaman Kekaisaran Romawi TimurKaisar Aurelianus memutuskan untuk tidak memusnahkan Tadmur, dan menempatkan 600 prajurit pemanah di kota itu di bawah pimpinan Sandarion sebagai pasukan penjaga perdamaian.[268] Pada tahun 273 Masehi, Septimius Apsaios memimpin pemberontakan di Tadmur,[261] dan mempermaklumkan Septimius Antiochus (kerabat Ratu Batzabai) sebagai Augustus.[269] Kaisar Aurelianus mengerahkan pasukan ke Tadmur dan meluluhlantakkan kota itu. Monumen-monumen yang paling berharga dirampas dan digunakan untuk mendekorasi Kuil Dewa Sol yang ia bangun.[266][270] Bangunan-bangunan Tadmur dirubuhkan, warganya dibantai, dan Kuil Dewa Bel dijarah habis-habisan.[266] Tadmur menyusut menjadi sebuah desa, dan menghilang dari catatan sejarah zaman itu.[271] Kaisar Aurelianus memugar Kuil Dewa Bel, dan menempatkan Legio I Illyricorum (Legiun I, Laskar Iliria) di kota Tadmur.[139] Menjelang tahun 303, sebuah castrum (benteng) yang diberi nama Kamp Diocletianus dibangun di sebelah barat kota Tadmur.[139] Kamp seluas 4 hektar (9,9 ekar) itu digunakan sebagai pangkalan Legio I Illyricorum,[139] yang bertugas menjaga jalur-jalur dagang di sekitar kota Tadmur.[271] Selama beberapa dasawarsa setelah diluluhlantakkan Kaisar Aurelianus, warga Tadmur memeluk agama Kristen.[272] Pada akhir tahun 527 Masehi, Kaisar Iustinianus I memerintahkan agar gereja-gereja dan bangunan-bangunan umum di Tadmur direstorasi untuk menanggulangi serbuan-serbuan Raja Bani Lakhim, Al Mundir bin Nu'man.[273] Zaman khilafah ArabTadmur tunduk di bawah daulat Khilafaur Rasyidin sesudah ditaklukkan panglima tentara Muslim, Khalid bin Walid, ketika memimpin pergerakan tentara Muslim melintasi Padang Gurun Suriah dari Mesopotamia menuju Damsyik selama 18 hari pada tahun 634.[274] Ketika itu, area kota Tadmur terbatas dalam lingkup Kamp Diocletianus.[74] Sesudah ditaklukan kaum Muslim, kota Tadmur dijadikan bagian dari Jund (distrik militer) Ḥumṣ.[275] Zaman Bani Umayyah dan Bani AbbasPada zaman Bani Umayyah, taraf kesejahteraan maupun jumlah penduduk Tadmur mengalami peningkatan.[276] Tadmur menjadi perhentian utama di jalur dagang Timur-Barat. Pemerintah Bani Umayyah membangun sebuah suq (pasar) yang luas,[276][277] dan mengubah sebagian lingkungan Kuil Dewa Bel menjadi mesjid.[277] Pada zaman Bani Umayyah, Tadmur menjadi kubu pertahanan Bani Kalib.[71] Sesudah dikalahkan Marwan II dalam Perang Saudara Islam III, ahli waris Bani Umayyah, Sulaiman bin Hisyam, mula-mula berlindung kepada Bani Kalib di Tadmur, tetapi akhirnya berbaiat kepada Marwan II pada tahun 744. Tadmur tetap menentang Marwan II sampai pemimpin Bani Kalib, Al Abrasyul Kalbi menyerah pada tahun 745.[278] Pada tahun itu juga, Marwan II memerintahkan agar tembok-tembok kota Tadmur dirubuhkan.[74][279] Ketika pemberontakan yang dipimpin Majza'a bin Kawthar dan ahli waris Bani Umayyah, Abu Muhammad Al Sufyani, melawan Khilafah Bani Abbas berkecamuk di Suriah,[280] suku-suku di Tadmur mendukung pihak pemberontak.[281] Sesudah dikalahkan, Abu Muhammad Al Sufyani berlindung di Tadmur. Kota Tadmur mampu bertahan cukup lama digempur Bani Abbas, sehingga Abu Muhammad Al Sufyani berkesempatan meloloskan diri.[281] Desentralisasi khilafahKhilafah Bani Abbas melemah pada abad ke-10, ketika wilayahnya terpecah-belah menjadi sejumlah negara bawahan.[282] Kebanyakan kepala negara bawahan mengakui khalifah sebagai pemimpin tertinggi secara nominal saja. Keadaan ini berlanjut sampai Khilafah Bani Abbas ditumbangkan bangsa Mongol pada tahun 1258.[283] Tadmur mengalami penyusutan populasi mulai abad ke-9, dan berlanjut sampai abad ke-10.[284] Pada tahun 955. Saiful Daulah, Emir Halab dari wangsa Hamdan, mengalahkan kaum Badawi di sekitar Tadmur[285] dan membangun sebuah kasbah (benteng) guna menghadapi kampanye-kampanye militer yang dilancarkan Nikeforos Fokas dan Ioanes Tzimikes, kaisar-kaisar Romawi Timur.[286] Sesudah wangsa Hamdan tumbang pada awal abad ke-11, pemerintahan daerah Ḥumṣ beralih ke pundak wangsa Mirdas.[287] Gempa bumi meluluhlantakkan Tadmur pada tahun 1068 dan tahun 1089.[74][288] Pada era 1070-an, Suriah ditaklukkan Kesultanan Seljuk,[289] dan daerah Ḥumṣ dikuasai Khalaf bin Mula'ib, emir asal Arab, pada tahun 1082.[287] Khalaf bin Mula'ib adalah seorang perampok. Ia dipecat dan dipenjarakan Malik Syah I, Sultan Seljuk, pada tahun 1090.[287][290] Daerah kekuasaan Khalaf bin Mula'ib diberikan kepada Tutusy I, adik Sultan Malik Syah I,[290] yang memisahkan diri sepeninggal abangnya pada tahun 1092, dan mendirikan pemerintahan cabang kadet wangsa Seljuk di Suriah.[291] Pada abad ke-12, populasi Tadmur pindah ke pelataran Kuil Dewa Bel yang dibentengi.[284] Ketika itu Tadmur berada di bawah kekuasaan Tuğtekin, Atabeg Damsyik dari wangsa Buri, yang mengangkat kemenakannya menjadi kepala pemerintahan kota Tadmur.[292] Si kemenakan tewas dibunuh kelompok pemberontak, sehingga Tuğtekin harus merebut kembali kota Tadmur pada tahun 1126.[292] Pemerintahan tadmur selanjutnya diserahkan kepada cucu Tuğtekin, Syihabuddin Mahmud.[292] Ketika ayahnya, Tajul Muluk Buri, naik takhta menggantikan Tuğtekin, Syihabuddin Mahmud pulang ke Damsyik dan menyerahkan tampuk pemerintahan kota Tadmur kepada Yusuf bin Fairuz.[293] Para penguasa dari wangsa Buri mengubah Kuil Dewa Bel menjadi sebuah kawasan permukiman berbenteng pada tahun 1132.[294][295] Kota Tadmur kemudian dibentengi dan diserahkan wangsa Buri kepada Bani Qaraja sebagai penukar kota Ḥumṣ tiga tahun kemudian.[295] Pada pertengahan abad ke-12, Tadmur berada di bawah kekuasaan Nuruddin Mahmud Zanki, Emir Damsyik dan Halab dari wangsa Zanki.[296] Tadmur menjadi bagian dari daerah Ḥumṣ,[297] yang diserahkan kepada Syirkuh, panglima perang dari wangsa Ayubi, sebagai tanah pertuanan pada tahun 1168, tetapi disita setelah Syirkuh wafat pada tahun 1169.[298] Daerah Ḥumṣ ditaklukkan Kesultanan Wangsa Ayubi pada tahun 1174.[299] Pada tahun 1175, Salahuddin Al Ayubi menyerahkan Daerah Ḥumṣ (termasuk Tadmur) kepada saudara sepupunya, Nasiruddin Muhammad, sebagai tanah pertuanan.[300] Sepeninggal Salahuddin, wilayah Kesultanan Wangsa Ayubi dibagi-bagi, dan Tadmur diserahkan kepada Al Mujahid Syirkuh II, putra Nasiruddin Muhammad. Pada tahun 1230, Al Mujahid Syirkuh II membangun sebuah benteng di Tadmur yang kemudian hari dikenal dengan nama Puri Fakhruddin Al Ma'ani.[301][302] Lima tahun sebelumnya, pujangga ilmu bumi Suriah, Yaqut Al Hamawi, menyebutkan bahwa warga kota Tadmur bermukim di dalam "sebuah puri berpagar tembok batu".[303] Zaman Kesultanan MamlukKota Tadmur menjadi tempat berlindung Al Asyraf Musa, cucu Al Mujahid Syirkuh II. Al Asyraf Musa bersekutu dengan raja orang Mongol, Hulagu Khan, dan melarikan diri sesudah orang Mongol dikalahkan Kesultanan Mamluk dalam Pertempuran Ain Jalut pada tahun 1260.[304] Sultan Mamluk, Saifuddin Qutuz, mengampuni Al Asyraf Musa dan menjadikannya emir bawahan Kesultanan Mamluk.[304] Al Asyraf Musa tutup usia pada tahun 1263 tanpa meninggalkan keturunan, sehingga Emirat Ḥumṣ dijadikan daerah yang diperintah langsung Kesultanan Mamluk.[305] Zaman emirat Bani FadilBani Fadil adalah klan Arab (cabang Bani Ta'i) yang berbaiat kepada Kesultanan Mamluk. Pada tahun 1281, Emir Isa bin Muhanna dari Bani Fadil diangkat Sultan Al Mansur Qalawun menjadi penguasa Tadmur.[306] Pada tahun 1284, Isa bin Muhanna digantikan putranya, Muhanna bin Isa, yang dipenjarakan Sultan Al Asyraf Khalil pada tahun 1293, dan dipulihkan jabatannya dua tahun kemudian oleh Sultan Al Adil Kitbugha.[307] Muhanna bin Isa berbaiat kepada Ilkhan Öljaitü pada tahun 1312, sehingga Sultan An Nasir Muhammad memecat dan menggantinya dengan Fadil bin Isa, saudaranya sendiri.[307] Meskipun diampuni Sultan An Nasir Muhammad dan dipulihkan jabatannya pada tahun 1317, Muhanna bin Isa maupun Bani Fadil diusir pada tahun 1320 karena masih berhubungan baik dengan Ilkhan.[308] Ia diganti dengan seorang kepala suku bernama Muhammad bin Abu Bakar.[309] Muhanna bin Isa sekali lagi diampuni dan dipulihkan jabatannya oleh Sultan An Nasir Muhammad pada tahun 1330. Ia tetap setia kepada Kesultanan Mamluk sampai akhir hayatnya pada tahun 1335, dan digantikan putranya.[309] Sejarawan zaman itu, Ibnu Fadlallah Al Umari, menyebutkan bahwa kota Tadmur memiliki "kebun-kebun yang luas, usaha-usaha dagang yang maju pesat, dan monumen-monumen yang ganjil bentuknya".[310] Bani Fadil melindungi jalur-jalur dagang dan desa-desa dari serbuan kaum Badawi,[311] tetapi juga menyerbu kota-kota lain dan saling memerangi satu sama lain.[312] Kesultanan Mamluk beberapa kali melakukan intervensi militer, memecat, memenjarakan, maupun mengusir pemimpin Tadmur.[312] Pada tahun 1400, Tadmur diserang Timur Leng. Emir dari Bani Fadil, Nu'air, berhasil lolos dari medan perang dan kemudian hari berperang melawan Jakam, Sultan Halab.[313] Nu'air tertangkap, dibawa ke Halab, dan dihukum mati pada tahun 1406. Menurut Ibnu Hajar Al 'Asqalani, kematian Nu'air mengakhiri kekuasaan Bani Fadil.[313][306] Zaman Kesultanan Utsmaniyah dan sesudahnyaKetika Suriah menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1516,[314] kota Tadmur dijadikan ibu kota distrik administratif (sanjak) Tadmur.[keterangan 30][315] Selepas tahun 1568, pemerintah Utsmaniyah mengangkat Emir Lebanon, Ali bin Musa Harfusy, menjadi kepala daerah Sanjak Tadmur,[316] tetapi kemudian memberhentikannya dari jabatan pada tahun 1584 dengan alasan makar.[317] Pada tahun 1630, Sanjak Tadmur kembali dipimpin seorang Emir Lebanon, yakni Fakhruddin II,[318] yang merenovasi puri Syirkuh II (kemudian hari dikenal dengan nama Puri Fakhruddin Al Ma'ani).[302][319] Emir Fakhruddin didepak Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1633 dan kehilangan kekuasaannya atas desa Tadmur,[318] yang tetap berstatus sanjak sampai dijadikan bagian dari wilayah Sanjak Zor pada tahun 1857.[320] Pada tahun 1867, desa Tadmur dijadikan pangkalan garnisun Utsmaniyah yang bertugas mengendalikan kaum Badawi.[321] Pada tahun 1918, menjelang berakhirnya Perang Dunia I, Angkatan Udara Kerajaan (Angkatan Udara Inggris) membangun sebuah lapangan udara yang cukup untuk didarati dua pesawat terbang,[keterangan 31][322] dan pasukan Utsmaniyah mundur dari Sanjak Zor tanpa perlawanan pada bulan November.[keterangan 32][323] Angkatan Darat Emirat Suriah memasuki Dairuz Zur pada tanggal 4 Desember, dan Sanjak Zor dijadikan bagian dari Suriah.[324] Pada tahun 1919, ketika Inggris dan Prancis mempertikaikan rancangan batas-batas wilayah mandat,[322] Wakil Tetap Angkatan Bersenjata Inggris untuk Dewan Perang Tertinggi, Henry Wilson, mengusulkan agar Tadmur dimasukkan ke dalam wilayah Mandat Inggris.[322] Meskipun demikian, Jenderal Inggris, Edmund Allenby, meyakinkan pemerintah negaranya untuk tidak menindaklanjuti usulan tersebut.[322] Sesudah dikalahkan dalam Pertempuran Maysalun pada tanggal 24 Juli 1920, Suriah (termasuk Tadmur) menjadi bagian dari wilayah Mandat Prancis.[325] Karena keberadaan Tadmur dianggap penting dalam usaha Prancis untuk menguasai Padang Gurun Suriah, sebuah pangkalan dibangun di desa yang terletak di dekat Kuil Dewa Bel pada tahun 1921.[326] Pada tahun 1929, Henri Seyrig mulai melaksanakan ekskavasi di reruntuhan Tadmur, dan membujuk warga setempat untuk pindah ke desa baru yang dibangun Prancis di dekat situs Tadmur kuno.[327] Relokasi warga rampung pada tahun 1932.[328] Situs Tadmur kuno akhirnya siap untuk diekskavasi, karena warganya sudah bermukim di desa baru yang juga diberi nama Tadmur.[329][327] Pada masa Perang Dunia II, pemerintahan wilayah Mandat Prancis berada di bawah kewenangan Régime de Vichy,[330] yang mengizinkan Jerman Nazi untuk menggunakan lapangan udara di Tadmur.[331] Dengan dukungan pasukan Inggris, pasukan France Libre menginvasi Suriah pada bulan Juni 1941,[330] dan pada tanggal 3 Juli 1941, Inggris mengambil alih kekuasaan atas Tadmur seusai Pertempuran Tadmur.[332] Perang Saudara SuriahAkibat meletusnya Perang Saudara Suriah, situs Tadmur dijarah dan dirusak habis-habisan oleh para pejuang.[333] Pada tahun 2013, muka gedung Kuil Dewa Bel bobol akibat tembakan mortir, dan pilar-pilar kolonade rusak akibat terkena serpihan peluru.[333] Menurut keterangan Maamoun Abdulkarim, Angkatan Darat Suriah menempatkan pasukan di beberapa area situs arkeologi,[333] sementara laskar oposisi Suriah bersiaga di kebun-kebun sekitar kota Tadmur.[333] Pada tanggal 13 Mei 2015, Negara Islam Irak dan Syam melancarkan serangan terhadap kota Tadmur modern, sehingga timbul kekhawatiran bahwa kelompok ikonoklastis tersebut akan menghancurkan situs kota Tadmur kuno yang persis bersebelahan dengan kota Tadmur modern.[334] Pada tanggal 21 Mei, beberapa artefak dipindahkan dari museum Tadmur ke Damsyik untuk diamankan. Sejumlah patung sedada ala Yunani-Romawi, perhiasan, dan benda-benda lain yang dijarah dari museum Tadmur telah didapati beredar di pasaran internasional.[335] Pejuang Negara Islam Irak dan Syam memasuki Tadmur pada hari yang sama.[336] Warga setempat melaporkan bahwa Angkatan Udara Suriah membombardir situs Tadmur pada tanggal 13 Juni, sehingga merusak tembok utara di dekat Kuil Dewa Baal Syamin.[337] Ketika pejuang Negara Islam Irak dan Syam menduduki situs tersebut, bangunan teater Tadmur dimanfaatkan sebagai tempat pertunjukan eksekusi lawan dan tawanan-tawanan mereka. Video-video yang dirilis Negara Islam Irak dan Syam mempertunjukkan aksi pembantaian para tawanan Suriah di teater Tadmur disaksikan khalayak ramai.[338][339] pada tanggal 18 Agustus, pensiunan Kepala Dinas Purbakala Tadmur, Khalid Al Asaad, dipancung pejuang Negara Islam Irak dan Syam sesudah disiksa selama satu bulan agar mengungkap informasi mengenai kota Tadmur berikut segala harta kekayaannya. Khalid Al Asaad menolak mengungkap informasi apapun kepada orang-orang yang menawannya.[340] Pasukan pemerintah Suriah dengan dukungan serangan udara Rusia merebut kembali Tadmur dari pejuang Negara Islam Irak dan Syam pada tanggal 27 Maret 2016.[341] Menurut laporan-laporan awal, kerusakan yang menimpa situs arkeologi itu tidaklah separah yang diperkirakan, karena banyak bangunan yang masih berdiri tegak.[342] Sesudah Tadmur direbut kembali, tim-tim penjinak ranjau Rusia mulai membersihkan ranjau-ranjau yang ditanam para pejuang Negara Islam Irak dan Syam sebelum mundur meninggalkan kota itu.[343] Sesudah bertempur sengit, para pejuang Negara Islam Irak dan Syam sempat berhasil menduduki kembali kota Tadmur pada tanggal 11 Desember 2016.[344] Angkatan Darat Suriah pun mengerahkan pasukan untuk menyerang Tadmur, dan berhasil menguasai kembali kota itu pada tanggal 3 Maret 2017.[345] Tata pemerintahanSedari permulaan zaman sejarahnya sampai ke abad pertama Masehi, Tadmur hanyalah sebuah masyakhah kecil,[347] tetapi identitas Tadmur sudah mulai terbentuk sejak abad pertama pra-Masehi.[348] Pada kurun waktu seperdua-awal dari abad pertama Masehi, Tadmur membentuk sejumlah lembaga pemerintahan yang serupa dengan lembaga-lembaga pemerintahan negara kota Yunani (polis).[191] Keterangan mengenai adanya status kewargaan Tadmur pertama kali muncul dalam sebuah prasasti dari tahun 10 Masehi yang memuat frasa "rakyat Tadmur".[349] Sebuah prasasti dari tahun 74 Masehi memuat keterangan tentang boule (senat) Tadmur.[191] Peran suku dalam tata pemerintahan Tadmur masih diperdebatkan. Pada abad pertama Masehi, empat orang bendahara yang mewakili empat suku di kota Tadmur tampaknya memegang sejumlah kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan, tetapi peran bendahara turun status menjadi sekadar peran seremonial belaka pada abad ke-2 Masehi, sementara kewenangan penyelenggara pemerintahan berada di tangan Badan Musyawarah.[350] Badan Musyawarah Tadmur beranggotakan kira-kira enam ratus orang pemuka setempat (misalnya sesepuh, kepala keluarga besar, atau kepala klan yang kaya raya),[keterangan 33][190] yang mewakili warga masyarakat di empat kawasan permukiman kota Tadmur.[67] Badan Musyawarah dipimpin seorang ketua,[351] dan berwenang mengatur hak maupun kewajiban warga kota.[190] Badan Musyawarah mengawasi pekerjaan umum (antara lain pendirian bangunan-bangunan umum), menyetujui anggaran belanja, memungut cukai,[190] dan mengangkat dua orang arkon (pemimpin) setiap tahun.[351][352] Militer Tadmur dipimpin para strategos (panglima) yang diangkat Badan Musyawarah.[353][354] Pemerintah provinsi Romawi menetapkan dan menyetujui undang-undang perpajakan Tadmur[355] tetapi sedikit sekali mencampuri urusan pemerintahan kota itu, karena Kekaisaran Romawi ingin menjaga kelangsungan usaha dagang Tadmur yang sangat menguntungkan Roma.[356] Pemaksaan campur tangan langsung pemerintah provinsi dikhawatirkan dapat mencederai keberdayaan Tadmur dalam menjalankan usaha dagangnya di Dunia Timur, teristimewa di Partia.[356] Dengan terangkatnya status Tadmur menjadi colonia para kurun waktu 213-216, kota itu tidak wajib lagi tunduk di bawah pemerintah provinsi maupun undang-undang perpajakannya.[357] Tadmur membentuk lembaga-lembaga pemerintahan ala Romawi tetapi masih mempertahankan keberadaan banyak lembaga pemerintahan sebelumnya.[358] Badan Musyawarah tetap dipertahankan, sementara strategos menjadi salah satu dari dua magistratus yang dipilih setiap tahun.[358] Kepemimpinan duumviri ini merupakan implementasi undang-undang dasar colonia baru tersebut,[358] dan menjadi pengganti jabatan arkon.[352] Babak baru di panggung politik Tadmur bermula ketika Odainat dan keluarganya berkuasa. Dalam sebuah prasasti yang diperkirakan berasal dari tahun 251 Masehi, Hairan I, putra Odainat, disebut sebagai "ras" (pemimpin) Tadmur (disebut sebagai eksarkos dalam bagian berbahasa Yunani dari prasasti yang sama). Dalam prasasti lain yang diperkirakan berasal dari tahun 252 Masehi, Odainat juga disebut sebagai "ras" Tadmur.[keterangan 34][218] Odainat mungkin diangkat Badan Musyawaran menjadi eksarkos,[219] tetapi eksarkos bukanlah jabatan yang lazim dalam tata pemerintahan Kekaisaran Romawi, dan bukan pula bagian dari lembaga-lembaga pemerintahan tradisional Tadmur.[218][359] Tidak jelas apakah gelar yang disandang Odainat adalah indikasi jabatan militer atau jabatan rohaniwan,[360] tetapi lebih mungkin jabatan militer.[361] Pada tahun 257 Masehi, Odainat dikenal sebagai seorang consularis (sebutan bagi senator mantan konsul), mungkin sekali karena diangkat menjadi Legatus (wali negeri mantan konsul) Provinsi Foinike.[360] Pada tahun 258, Odainat mulai melebarkan pengaruh politiknya, dengan memanfaatkan ketidakstabilan yang timbul akibat agresi wangsa Sasan.[360] Usaha Odainat mencapai puncaknya pada Pertempuran Edesa[220] dengan pemasyhuran dirinya sebagai raja dan mobilisasi pasukan yang mengubah Tadmur menjadi sebuah kerajaan.[220] Pemerintahan monarki Tadmur mempertahankan sebagian besar lembaga pemerintahan kota yang sudah ada sebelumnya,[360][362] tetapi duumviri maupun Badan Musyawarah tidak ada lagi kabarnya selepas tahun 264 Masehi. Odainat mengangkat seorang wali kota untuk menangani urusan pemerintahan kota Tadmur.[363] Bilamana sang raja sedang keluar kota, pemerintahan kota tadmur diselenggarakan raja muda.[364] Meskipun para wali negeri yang mengepalai provinsi-provinsi di wilayah timur Kekaisaran Romawi yang berada di bawah kendali Odainat tetap adalah pejabat-pejabat yang diangkat pemerintah pusat di Roma, kewenangan menyeluruh berada di tangan Odainat.[365] Ketika memberontak melawan Kekaisaran Romawi, Ratu Batzabai mengangkat wali kota untuk menjalankan roda pemerintahan kota Tadmur.[366] Tidak semua warga Tadmur bersedia tunduk kepada keluarga kerajaan. Salah satu prasasti Tadmur menyebutkan bahwa senator yang bernama Septimius Haddudan membantu pasukan Kaisar Aurelianus ketika Tadmur memberontak pada tahun 273.[367][368] Sesudah digempur bangsa Romawi, penyelenggaraan pemerintahan kota Tadmur ditangani secara langsung oleh pemerintah pusat Kekaisaran Romawi,[369] dan selanjutnya oleh pemerintah pusat negara-negara lain, antara lain negara wangsa Buri dan negara wangsa Ayubi.[292][300] Tadmur juga pernah diperintah kepala-kepala suku Badawi, teristimewa para pemimpin dari Bani Fadil, selaku wakil Kesultanan Mamluk.[370] MiliterKeperwiraan rakyat Tadmur dan ketangguhan angkatan bersenjatanya di medan laga membuat Irfan Syahîd menyebut kota itu sebagai "Spartanya Dunia Timur, Negeri Arab, dan negeri-negeri timur lainnya, bahkan dewa-dewanya pun digambarkan berpakaian seragam militer."[371] Angkatan bersenjata Tadmur melindungi kota dan ekonomi, sehingga Tadmur mampu melebarkan kekuasaannya sampai keluar dari batas-batas-batas tembok kota dan mampu melindungi rute-rute dagang padang gurun yang melewati kawasan pedesaan di sekitarnya.[372] Kota Tadmur memiliki angkatan bersenjata yang cukup besar.[186] Zabdibel mengepalai pasukan yang terdiri atas 10.000 orang prajurit pada abad ke-3 pra-Masehi,[46] dan Batzabai memimpin pasukan yang terdiri atas 70.000 orang prajurit dalam Pertempuran Emesa.[373] Para prajurit berasal dari warga Tadmur dan penduduk wilayah kekuasaan Tadmur yang membentang ribuan kilometer dari perbatasan Ḥumṣ sampai ke Lembah Sungai Efrat.[186] Angkatan bersenjata tadmur juga merekrut prajurit dari luar Tadmur. Seorang prajurit penunggang kuda asal Nabatea tercatat sebagai anggota pasukan Tadmur yang ditempatkan di Anah pada tahun 132 Masehi.[18] Sistem perekrutan Tadmur tidak diketahui. Mungkin pemerintah kota yang menyeleksi dan mempersenjatai pasukan, sementara strategos yang melatih dan mendisiplinkan mereka.[374] Strategos diangkat Badan Musyawarah atas persetujuan pemerintah pusat di Roma.[354] Pada pertengahan abad ke-3 Masehi, angkatan bersenjata Kerajaan Tadmur dipimpin raja dibantu para panglima.[375][376] Angkatan bersenjata Tadmur pada zaman itu meniru persenjataan maupun siasat perang wangsa Sasan.[85] Tadmur terkenal dengan dengan barisan pemanahnya.[377] Angkatan bersenjata Tadmur memanfaatkan tenaga prajurit-prajurit pejalan kaki, sementara pasukan berkuda dengan senjata berat (clibanarius) dijadikan pasukan penyerang utama.[keterangan 35][379][380] Para prajurit pejalan kaki Tadmur dipersenjatai dengan pedang, ganjur, dan perisai bundar berukuran kecil,[198] sementara para prajurit clibanarius berbaju zirah lengkap (termasuk kuda-kuda mereka) dan bersenjata tombak (kontos) sepanjang 365 meter (1.198 kaki) tanpa perisai.[380][381] Hubungan dengan RomaBangsa Romawi mengakui kelihaian orang Tadmur dalam hal bertempur di daerah-daerah luas yang berpenduduk jarang, sehingga membentuk kesatuan auxilia Tadmur sebagai bagian dari Angkatan Darat Kekaisaran Romawi.[198] Vespasianus dikabarkan memimpin 8.000 prajurit pemanah asal Tadmur di Yudea,[198] dan Traianus membentuk kesatuan auxilia Tadmur yang pertama, Ala I Ulpia Dromedariorum Palmyrenorum (Pasukan Sayap I, Laskar Tadmur Penunggang Unta), pada tahun 116.[198][382][383] Kesatuan-kesatuan Tadmur ditugaskan ke seluruh wilayah Kekaisaran Romawi.[keterangan 36] Kesatuan Tadmur bertugas di Dakia menjelang akhir masa pemerintahan Kaisar Hadrianus[385] maupun di El Kantara (di Numidia) dan Moesia pada masa pemerintahan Kaisar Antoninus Pius.[385][386] Menjelang akhir abad ke-2 Masehi, pemerintah pusat Kekaisaran Romawi di Roma membentuk Cohors XX Palmyrenorum (Pasukan Teras XX, Laskar Tadmur) untuk ditempatkan di Dura-Europos.[387] AgamaDewa-dewi Tadmur adalah dewa-dewi masyarakat Semit barat laut, ditambah dewa-dewi Mesopotamia dan dewa-dewi Arab.[388] Dewa tertinggi Tadmur sebelum zaman Helenistik adalah Dewa Bol,[389] bentuk singkat dari Baal (gelar kehormatan khas Semit barat laut).[390] Agama Tadmur terimbas pengaruh pemujaan Dewa Bel-Marduk yang berkembang di Babel, sehingga nama dewa tertingginya diganti menjadi Bel pada tahun 217 pra-Masehi.[389] Perubahan nama tersebut bukan berarti dewa Semit barat laut telah diganti dengan dewa Mesopotamia. Dewanya tetap sama, namanya saja yang berubah.[390] Selain dewa tertinggi,[391] masih ada lagi enam puluh lebih dewa-dewi leluhur klan-klan Tadmur.[391][392] Beberapa dewa adalah sesembahan asli Tadmur,[393] misalnya dewa keadilan dan pelindung mata air Efqa yang bernama Yarhibol,[394][395] dewa matahari yang bernama Malak Bel,[396] dan dewa bulan yang bernama Aglibol.[396] Rakyat Tadmur juga memuja dewa-dewi daerah, antara lain dewa-dewi Negeri Syam seperti Asytoret, Baal Hamon, Baal Syamin, dan Atar Ateh;[393] dewa-dewi Negeri Babel seperti Nabu dan Nergal;[393] serta dewa-dewi Negeri Arab seperti Aziz, Arsu, Syamsi, dan Allat.[393][394] Dewa-dewi yang dipuja masyarakat pedesaan digambarkan menunggang unta atau kuda dan bernama khas Arab.[329] Hakikat dewa-dewi tersebut tidak diketahui, hanya nama-namanya saja, teristimewa Abgal.[397] Khazanah sesembahan warga Tadmur juga mencakup para ginaye (beberapa ginaye diberi sebutan "Gad"),[398] yakni dewa-dewi rendahan yang populer di daerah pedesaan,[399] mirip dengan jin dalam kepercayaan bangsa Arab dan genius dalam kepercayaan bangsa Romawi.[400] Ginaye dipercaya memiliki wujud dan tabiat seperti manusia, mirip dengan jin Arab.[400] Meskipun demikian, ginaye berbeda dengan jin karena tidak dapat merasuki maupun mencelakai manusia.[400] Peran ginaye mirip dengan peran genius Romawi, yakni sebagai dewa-dewi penjaga yang hanya melindungi orang-orang tertentu berikut kafilah-kafilah dagang, ternak, dan desa mereka.[391][400] Meskipun warga Tadmur menyembah dewa-dewi mereka secara terpisah, ada pula dewa-dewi yang dipersekutukan dengan dewa-dewi lain.[401] Bel dipercaya beristrikan Asytoret-Bêlit, dan dipuja sebagai dewa tiga serangkai bersama Aglibol dan Yarhibol (yang menjadi dewa matahari dalam persekutuan dengan Bel).[394][402] Malak Bel dipersekutukan dengan banyak dewa,[401] dipasangkan dengan Gad Taimi dan Aglibol,[403][403] serta menjadi dewa tiga serangkai bersama Baal Syamin dan Aglibol.[404] Kota Tadmur menjadi tempat penyelenggaraan Akitu (perayaan musim semi) setiap bulan Nisan.[405] Keempat kawasan permukiman suku di kota Tadmur masing-masing memiliki tempat pemujaan khusus untuk dewa yang dipercaya sebagai leluhur sukunya. Tempat pemujaan Malakbel dan Aglibol terdapat di kawasan permukiman suku Komare,[406] tempat pemujaan Baal Syamin terdapat di kawasan permukiman suku Ma'zin, tempat pemujaan Arsu terdapat di kawasan permukiman suku Matabol,[406] sementara tempat pemujaan Atar Ateh terdapat di kawasan permukiman suku yang keempat.[keterangan 37][404] Imam-imam Tadmur dipilih dari keluarga-keluarga terkemuka.[407] Ciri khas para imam tampak pada patung-patung sedada mereka, yakni tatanan rambut yang menyerupai polos (kopiah bundar) dengan bumban daun salam atau bumban daun pohon lain sebagai salah satu hiasannya.[408] Imam besar kuil Dewa Bel adalah rohaniwan tertinggi yang membawahi semua imam lain. Imam-iman lain dibagi menjadi empat golongan yang masing-masing dipimpin seorang imam kepala.[409] Para imam tempat pemujaan Yarhibol di mata air Efqa termasuk golongan imam khusus karena mereka adalah para orakel.[409] Agama asli Tadmur tergantikan oleh agama Kristen ketika agama ini menyebar ke seluruh wilayah Kekaisaran Romawi. Umat Kristen kota Tadmur dilaporkan dipimpin seorang uskup pada tahun 325 Masehi.[272] Meskipun sebagian besar kuil dialihfungsikan menjadi gedung Gereja, kuil Dewi Allat dihancurkan pada tahun 385 Masehi atas perintah Maternus Cynegius, Kepala Daerah Prefektur Pretoria Timur.[272] Sesudah ditaklukan kaum Muslim pada tahun 634 Masehi, agama Kristen perlahan-lahan tergeser oleh agama Islam. Uskup Tadmur terakhir diketahui ditahbiskan pada tahun 818 Masehi.[410] Kaitan Malak Bel dengan Sol InvictusPada tahun 274, sesudah menundukkan Tadmur, Kaisar Aurelianus meresmikan sebuah kuil besar di Roma sebagai tempat berbakti kepada Dewa Sol Invictus.[411] Banyak ahli beranggapan bahwa Dewa Sol Invictus yang disembah Kaisar Aurelianus adalah dewa asli Suriah.[412] Mungkin saja pemujaan Sol Invictus yang diperkenalkan Kaisar Aurelianus adalah kelanjutan dari praktik pemujaan Dewa Sol Invictus Elagabalus yang diperkenalkan Kaisar Elagabalus, dan mungkin pula Sol Invictus Aurelianus adalah dewa Malak Bel yang dipuja di Tadmur.[413] Dewa Malak Bel lazim disama-samakan dengan Dewa Sol bangsa Romawi, dan sebuah kuil di tepi kanan Sungai Tiber menjadi tempat pemujaan Malak Bel sejak abad ke-2 Masehi.[414] Malak Bel juga diberi julukan Invictus, dan dikenal dengan nama Sol "Sanctissimus". Sol Sanctissimus adalah frasa yang dipakai sebagai julukan bagi Kaisar Aurelianus dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Capena.[414] Pendapat yang mengatakan bahwa Sol Invictus Kaisar Aurelianus adalah dewa asli Tadmur merupakan kesimpulan yang didasarkan atas keterangan Zosimus bahwa "kuil matahari yang megah itu dihiasinya (Aurelianus) dengan persembahan-persembahan lepas nazar dari Tadmur, dan dijadikannya tempat persemayaman patung Helios dan patung Bel".[415] Tiga dewa Tadmur yang menampakkan ciri-ciri dewa matahari adalah Malak Bel, Yarhibol, dan Syamsi. Oleh karena itu, Dewa Helios Tadmur dalam keterangan Zosimus agaknya sesuai dengan penggambaran Malak Bel.[415] Beberapa ahli mengkritik pendapat yang menyamakan Malak Bel dengan Sol Invictus. Menurut Gaston Halsberghe, praktik pemujaan Malak Bel terlalu lokal sifatnya sehingga mustahil menjadi dewa Kekaisaran Romawi, sementara tindakan Aurelianus memugar kuil Dewa Bel maupun mempersembahkan kurban kepada Malak Bel hanya menunjukkan bahwa sang kaisar adalah seorang pemuja dewa matahari dalam segala bentuk penggambarannya dan menghormati keberagaman cara beribadat kepada dewa tersebut.[416] Menurut Richard Stoneman, Kaisar Aurelianus hanya sekadar meminjam penggambaran Malak Bel untuk memperbagus penggambaran dewa mataharinya sendiri.[417] Kaitan antara Malak Bel dan Sol Invictus tidak dapat dipastikan, dan mungkin akan tetap tak terjelaskan.[414] EkonomiEkonomi Tadmur sebelum dan ketika mulai dijajah bangsa Romawi bertumpu pada usaha pertanian, peternakan, dan perdagangan.[18] Kota Tadmur menjadi persinggahan kafilah-kafilah dagang yang sesekali melintasi padang gurun.[179] Pada akhir abad pertama pra-Masehi, ekonomi kota Tadmur merupakan ekonomi campuran yang berbasis pada usaha pertanian, peternakan, perpajakan,[418][419] dan teristimewa perdagangan berkafilah.[420] Pajak adalah salah satu sumber pendapatan utama pemerintah Tadmur.[419] Kafilah-kafilah dagang membayar bea di tempat yang dikenal dengan nama Pelataran Pabean,[64] tempat dipajangnya piagam kepabeanan yang diperkirakan berasal dari tahun 137 Masehi.[121][421] Hukum Tadmur mengatur besaran bea yang harus dibayar para saudagar untuk barang-barang yang dijual di pasar kota maupun barang-barang yang diekspor ke luar kota.[keterangan 38][64][423] Ahli klasika Andrew M. Smith II menduga bahwa sebagian besar tanah di Tadmur adalah tanah milik kota yang menjadi sumber pajak penggembalaan ternak.[418] Oasis Tadmur memiliki 1.000 hektar (2.500 ekar) lahan yang dapat diirigasi[424] di sekeliling kota.[425] Warga Tadmur membangun sistem irigasi yang luas di pegunungan utara. Sistem irigasi ini terdiri atas waduk-waduk cadangan air dan kanal-kanal untuk menampung dan menyimpan air hujan yang sesekali turun.[426] Bangunan irigasi yang menonjol adalah Bendungan Harbaqa yang dikerjakan pada akhir abad pertama Masehi.[keterangan 39][427] Bendungan Harbaqa berjarak 48 kilometer (30 mil) dari sebelah barat daya kota dan mampu menampung 140.000 meter kubik (4.900.000 kaki kubik) air.[428] Pohon-pohon tarbantin di daerah penyangga kota Tadmur merupakan penghasil arang, damar, dan minyak yang penting. Meskipun tidak ada bukti, mungkin saja pohon zaitun juga pernah dibudidayakan, dan produk-produk susu dihasilkan di desa-desa.[188] Tampaknya jelai juga pernah dibudidayakan.[429] Meskipun demikian, usaha pertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan populasi, sehingga Tadmur harus mengimpor bahan pangan.[425] Sesudah diluluhlantakkan pada tahun 273 Masehi, Tadmur menjadi pasar bagi penduduk desa-desa dan masyarakat pengembara di daerah sekitarnya.[430] Kemakmuran Tadmur sedikit pulih pada zaman Bani Umayyah, terbukti dari penemuan sebuah suq besar yang dibangun pemerintah Khilafah Bani Umayyah di jalan berkolonade.[431] Tadmur menjadi pusat perdagangan yang tidak seberapa besar sampai dihancurkan pada tahun 1400.[432] Menurut Syarifuddin Ali Yazdi, prajurit-prajurit Timur Leng merampas 200.000 ekor domba,[433] dan kota Tadmur menyusut menjadi sebuah permukiman di pinggiran padang gurun, tempat warganya mengembalakan ternak dan menanam sayur-mayur serta gandum di lahan-lahan kecil.[434] PerdaganganJika prasasti Lagman II di Afganistan memang mengacu kepada Tadmur, maka peran kota Tadmur di bidang perdagangan darat di Asia Tengah sudah mengemuka sejak abad ke-3 pra-Masehi.[173] Pada abad pertama Masehi, jalur dagang utama Tadmur membentang ke timur sampai ke kota Hit di tepi Sungai Efrat.[435] Jalur ini selanjutnya membujur ke selatan sepanjang aliran Sungai Efrat sampai ke bandar Karaks Spasinu di Teluk Persia, tempat kapal-kapal Tadmur mengawali pelayaran ulang-alik ke India.[436] Barang-barang dagangan diimpor dari India, Tiongkok, serta Daerah Seberang Oksos,[437] dan diekspor ke Emesa (atau Antiokhia) untuk selanjutnya diteruskan ke bandar-bandar Laut Tengah,[438] tempat barang-barang itu didistribusikan ke seluruh wilayah Kekaisaran Romawi.[436] Selain jalur yang lazim dipakai, beberapa saudagar Tadmur juga melewati Laut Merah,[437] mungkin akibat meletusnya perang-perang Romawi-Partia.[439] Barang-barang diangkut lewat darat dari bandar-bandar Laut Merah ke pelabuhan Sungai Nil, kemudian diangkut ke bandar-bandar Mesir di Laut Tengah untuk diekspor.[439] Prasasti-prasasti yang membuktikan kehadiran orang Tadmur di Mesir diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Kaisar Hadrianus.[440] Karena Tadmur tidak terletak di jalur dagang utama (yang menyusuri tepian Sungai Efrat),[18] orang Tadmur menguasai jalur dagang padang gurun yang melewati kota mereka.[18] Mereka menghubungkan jalur dagang ini dengan daerah Lembah Sungai Efrat, serta menyediakan air dan penginapan.[18] Jalur dagang Tadmur menghubungkan Jalur Sutra dengan Laut Tengah,[441] dan digunakan nyaris secara eksklusif oleh saudagar-saudagar Tadmur,[18] yang mengukuhkan keberadaan mereka di banyak kota, antara lain di Dura-Europos pada tahun 33 pra-Masehi,[200] di Babel pada tahun 19 Masehi, di Seleukia pada tahun 24 Masehi,[194] maupun di Dendera, Koptos,[442] Bahrain, Delta Sungai Indus, Maru, dan Roma.[443] Perdagangan berkafilah bergantung pada cukong dan saudagar.[444] Para cukong memiliki lahan tempat hewan-hewan tunggangan diternakkan. Mereka menyediakan hewan tunggangan dan tenaga pengawal bagi para saudagar.[444] Tanah-tanah para cukong berlokasi di desa-desa sekitar Tadmur.[329] Meskipun para saudagar memanfaatkan jasa para cukong dalam menjalankan usaha meraka, peran saudagar dan peran cukong kerap saling bertumpang tindih sehingga seorang cukong pun kadang-kadang mengepalai kafilah dagang.[444] Perdagangan membuat Tadmur dan saudagar-saudagarnya menjadi kota dan orang-orang terkaya sekawasan.[420] Beberapa kafilah dagang didanai satu orang saudagar saja,[64] misalnya Male' Agrippa (penyandang dana acara lawatan Kaisar Hadrianus pada tahun 129 Masehi, dan kegiatan pembangunan kembali Kuil Dewa Bel pada tahun 139 Masehi).[204] Barang dagangan yang paling mendatangkan untung adalah sutra, komoditas ekspor Dunia Timur ke Dunia Barat.[445] Barang-barang ekspor lainnya meliputi batu giok, kain muslin, rempah-rempah, kayu hitam, gading, dan batu mulia.[443] Untuk pasarnya sendiri, Tadmur mengimpor berbagai macam barang, antara lain budak belian, pelacur, minyak zaitun, obat pewarna pakaian, mur, dan minyak wangi.[422][443] EkskavasiSitus Tadmur pernah dikunjungi pengelana-pengelana seperti Pietro Della Valle (antara tahun 1616 dan 1625), Jean-Baptiste Tavernier (pada tahun 1638), serta banyak lagi penjelajah Swedia dan Jerman.[446] Karya tulis ilmiah pertama yang mendeskripsikan kota Tadmur adalah sebuah buku terbitan tahun 1696 yang ditulis Abednego Seller.[447] Pada tahun 1751, sebuah ekspedisi yang dipimpin Robert Wood dan James Dawkins berusaha mempelajari arsitektur Tadmur.[446] Seniman dan arsitek Prancis, Louis-François Cassas, melakukan survey ekstensif atas monumen-monumen kota Tadmur pada tahun 1785, dan menerbitkan lebih dari 100 gambar bangunan kota dan gedung makam di Tadmur.[447] Kota Tadmur terus-menerus dikunjungi para pengelana dan ahli purbakala, antara lain Lady Hester Stanhope pada tahun 1813,[446] dan Lady Strangford serta seniman Carl Haag pada tahun 1859.[448] Tadmur difoto untuk pertama kalinya pada tahun 1864 oleh Louis Vignes.[447] Pada tahun 1882, "Bea Tadmur", sebuah piagam dalam dua bahasa (Yunani dan Tadmur) dari tahun 137 Masehi berisi aturan-aturan bea impor dan ekspor barang yang terpahat pada selembar papan batu, ditemukan Pangeran Semyon Semyonovich Abamelik-Lazarev di Pelataran Pabean.[449] Sejarawan John F. Matthews menyebut prasasti ini sebagai "salah satu barang bukti terpenting mengenai kehidupan ekonomi di daerah mana pun dalam wilayah Kekaisaran Romawi".[450] Pada tahun 1901, Bea Tadmur dihadiahkan Sultan Utsmaniyah, Abdul Hamid II, kepada Tsar Rusia, dan kini tersimpan di Museum Ermitáž, Sankt-Peterburg.[451] Ekskavasi-ekskavasi paling awal di Tadmur dilakukan pada tahun 1902 oleh Otto Puchstein, dan pada tahun 1917 oleh Theodor Wiegand.[328] Pada tahun 1929, Direktur Jenderal Kepurbakalaan Prancis di Suriah dan Lebanon, Henri Seyrig, memulai ekskavasi berskala besar di situs ini.[328] Meskipun sempat terputus akibat meletusnya Perang Dunia II, kegiatan ekskavasi kembali dilanjutkan seusai perang.[328] Henri Seyrig memulai kegiatan ekskavasi di Kuil Dewa Bel pada tahun 1929, dan mengekskavasi Agora antara tahun 1939 sampai tahun 1940.[329] Daniel Schlumberger melakukan kegiatan-kegiatan ekskavasi di kawasan barat laut daerah pedesaan Tadmur pada tahun 1934 dan tahun 1935. Dengan kegiatan-kegiatan ekskavasi tersebut, ia berusaha mempelajari bermacam-macam tempat pemujaan lokal di desa-desa Daerah Tadmur.[329] Dari tahun 1954 sampai tahun 1956, sebuah ekspedisi negara Swiss yang diatur UNESCO mengekskavasi Kuil Baal Syamin.[328] Sejak tahun 1958, situs ini diekskavasi Direktorat Jenderal Kepurbakalaan Suriah,[327] dan ekspedisi-ekspedisi Pusat Arkeologi Mediterania Polandia,[452] yang dipimpin banyak arkeolog, antara lain Kazimierz Michałowski (sampai tahun 1980) dan Michael Gawlikowski (sampai tahun 2011).[328][453] Pemeriksaan stratigrafi di bawah Kuil Dewa Bel dilakukan pada tahun 1967 oleh Robert du Mesnil du Buisson,[75] arkeolog yang menemukan Kuil Dewa Baal Hamon pada era 1970-an.[135] Ekspedisi Polandia memusatkan kegiatannya di Kamp Diocletianus, sementara Direktorat Jenderal Kepurbakalaan Suriah mengekskavasi Kuil Dewa Nabu.[329] Sebagian besar hypogaeum diekskavasi ekspedisi Polandia bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Kepurbakalaan Suriah,[454] sementara kawasan mata air Efqa diekskavasi Jean Starcky dan Jafar Al Hassani.[32] Sistem irigasi Tadmur ditemukan pada tahun 2008 oleh Jørgen Christian Meyer, yang meneliti daerah pedesaan Tadmur melalui peninjauan tempat maupun citra-citra satelit.[455] Sebagian besar situs Tadmur belum dijajaki, terutama kawasan-kawasan permukiman di sebelah utara dan selatan, sementara nekropolis sudah diekskavasi secara menyeluruh oleh Direktorat Jenderal Kepurbakalaan Suriah dan ekspedisi Polandia.[32] Ekspedisi-ekspedisi ekskavasi meninggalkan Tadmur pada tahun 2011 akibat meletusnya Perang Saudara Suriah.[456] Pada tahun 1980, situs bersejarah ini, termasuk kawasan nekropolis di sisi luar tembok kota dinyatakan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.[457] Pada bulan November 2010, manajer media berkebangsaan Austria, Helmut Thoma, mengaku telah menjarah sebuah bangunan makam di Tadmur pada tahun 1980. Ia mencuri benda-benda arsitektur untuk dipakai menghiasi rumahnya.[458] Tindakan pencurian ini diprotes para arkeolog Jerman maupun Austria.[459] Baca juga
Keterangan
Catatan kaki
Daftar pustaka
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Tadmur. Wikiwisata memiliki panduan wisata Tadmur. |