Valerianus (kaisar)
Valerianus (bahasa Latin: Publius Licinius Valerianus Augustus;[1] 193/195/200 – 260 or 264, juga dikenal sebagai Valerianus Tua, adalah Kaisar Romawi yang berkuasa dari tahun 253 sampai dengan 260. Dia pernah ditawan oleh Kaisar Sasaniyah di Persia, Shapur I setelah peristiwa Pertempuran Edessa, menjadi satu-satunya kaisar Romawi yang ditangkap sebagai tawanan perang, yang kemudian memunculkan kekacauan dalam kekaisaran. Latar belakangTidak seperti kebanyakan kaisar yang sementara dan para pemberontak yang mengajukan tawaran untuk kekuatan kekaisaran selama Krisis Abad Ketiga Kekaisaran Romawi, Valerian adalah keluarga senator terhormat dan pengabdi tradisi. Rincian kehidupan awalnya sulit ditelusuri, tetapi pernikahannya dengan Egnatia Mariniana, yang memberikan dua anak yang kemudian menjadi kaisar, Publius Licinius Egnatius Gallienus dan Valerianus Minor.[2] Dia pernah menjabat sebagai konsul untuk kali pertama, baik sebelum 238 sebagai Suffectus maupun pada tahun 238 sebagai Ordinarius. Pada tahun 238 ia menjabat sebagai princeps senatus, dan Gordian I bernegosiasi dengannya untuk mengklaim dirinya sebagai kaisar dalam pengakuan senat.[3][4] Pada awal masa pemerintahannya, urusan hubungan dengan Eropa menjadi buruk dan wilayah Barat mengalami banyak gangguan. Di wilayah Timur, Antiokhia telah jatuh ke tangan pengikut Sassanid dan Armenia diduduki oleh Shapur I (Sapor). Valerian dan Gallienus berbagi tugas kekaisaran. Sang anak mengatasi masalah-masalah Barat, sedangkan ayahnya mengatasi masalah-masalah Timur, termasuk di antaranya menghadapi ancaman Persia. Pada tahun 254, 255, dan 257, Valerian kembali menjadi Konsul Ordinarius. Dan pada tahun 257, dia telah memulihkan kondisi kembali Antiokhia dan mengembalikan Suriah dalam kendali Romawi. Tahun berikutnya, Goths menyerang Asia Minor. Pada tahun 259, Valerian berpindah ke Edessa, tetapi terjadi wabah yang memakan banyak korban, dan kotanya dikepung oleh Persia. Pada awal 260, Valerian kalah telak dalam Pertempuran Edessa, dan ia mengatur pertemuan dengan Shapur untuk menegosiasikan penyelesaian damai. Gencatan senjata itu dikhianati oleh Shapur. Penangkapan terhadap Valerian adalah kekalahan luar biasa bagi Roma.[5] Valerian, ketika berperang melawan Persia, mengirim surat kepada senat, memerintahkan agar mengambil langkah bagi umat Kristen. Pertama, dikirim dalam tahun 257, memerintahkan pendeta Kristen untuk melakukan pengorbanan kepada para dewa Romawi. Yang kedua, pada tahun berikutnya, memerintahkan para pemimpin Kristen untuk dieksekusi, senator Romawi dan ksatria yang Kristen disuruh memilih melakukan ibadah kepada para dewa Romawi atau kehilangan gelar mereka. Para wanita yang tidak murtad akan kehilangan harga diri mereka dan dibuang. Pegawai negeri sipil dan anggota rumah tangga Kekaisaran yang tidak menyembah dewa-dewa Romawi akan dikirim menjadi budak untuk bekerja di perkebunan kekaisaran.[6] Orang-orang Kristen yang menerima hukuman atas kebijakan tersebut antara lain Usskup Kartago, Paus Sixtus II, Uskup Roma bersama dengan enam diakon dan Laurensius. Ketika anak Valerian, Gallienus menjadi Kaisar pada tahun 260, undang-undang tersebut dicabut.[7] Eutropius, yang menulis antara tahun 364 sampai 378, menyatakan bahwa Valerianus digulingkan oleh Shapur, Persia.[8][9][9][9] Keluarga
Penggambaran dalam fiksi popValerian muncul dalam novel sejarah karya Harry Sidebottom berjudul Warrior of Rome. Namanya juga muncul dalam buku puisi Anthony Hecht, The Hard Hours, dalam judul Behold the Lilies of the Field. Referensi
SumberSumber utama
Sumber lainnya
Pranala luar
|