Akses ke penelitian ilmiah OA sering dicapai melalui pembayaran biaya pemrosesan artikel (article processing charge, APC) yang biasanya dibayarkan oleh institusi peneliti untuk membuka aksesnya terhadap pembaca, sehingga membuatnya 'terbuka' pada berbagai tingkat. Praktik akses terbuka dengan APC ini dikenal dengan Akses Terbuka Emas (Gold Open Access). Misalnya, dalam bidang humaniora dan ilmu sosial "banyak penerbit besar masih membebankan biaya sekitar $2700 untuk sebuah makalah akses terbuka dalam sebuah jurnal bagus, sementara tarif yang mungkin akan berlaku ke depan adalah sekitar $600".)[4]
Saat ini, ada perdebatan global yang terus berkembang mengenai ideologi dan etika akses terbuka dan biaya pemrosesan artikel (APC) terkait karena praktik ini dibuat dan dikelola oleh konglomerasi penerbit jurnal ilmiah dan monografi bersama dengan beberapa institusi akademik nasional dan internasional dan badan pemerintah. Perdebatan multi level tentang OA ini membahas banyak kontroversi seputar ideologi neoliberal yang diterapkan pada penelitian akademik dan aksesnya yang relatif mahal sehingga membatasi kebebasan, sirkulasi dan penggunaan penelitian oleh institusi, ilmuwan, dan siswa yang hidup dengan keterbatasan ekonomi, baik di negara berkembang maupun maju, risiko 'double-dipping’ atau kondisi ketika institusi pendidikan tinggi mengeluarkan beban ganda, yaitu biaya melanggan jurnal dan biaya pembayaran APC – di antara isu-isu lainnya. Di tengah bergulirnya perdebatan, ada pula yang menawarkan beberapa jenis solusi seperti dalam kasus proyek dan kegiatan Publishers for Development dan Research4Life.[5][6][7][8][9]
Di banyak negara, akses terbuka menghadapi setidaknya dua tantangan, yakni (1) populernya penggunaan indikator bibliometrik yang mengukur kinerja peneliti berbasiskan metrik yang dihadirkan oleh segelintir pangkalan data publikasi ilmiah yang komersial dan tertutup, serta (2) kurangnya kesadaran bahwa akses terbuka bukanlah semata-mata soal keterbukaan akses melainkan soal keadilan sosial, dalam hal mana, bila tidak berhati-hati, akses terbuka dapat menjadi alat kolonialisasi epistemologi oleh negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang.[12]
Model Akses Terbuka
Ada banyak cara penulis dapat memberikan akses terbuka terhadap karya mereka. Cara pertama adalah dengan mengarsipkan pracetak secara mandiri ke repositori yang bisa diakses secara gratis,[13][14] seperti repositori institusional,[15][16] repositori subyek seperti PubMed Central, maupun yang umum seperti arXiv atau INA-Rxiv (sekarang RINarxiv). Ini dikenal sebagai akses terbuka 'hijau' (green open access). Beberapa penerbit memerlukan penundaan, atau embargo, kapan hasil penelitian di repositori dapat diakses secara terbuka.[17] Cara kedua penulis dapat membuat karya mereka akses terbuka adalah dengan menerbitkannya sedemikian rupa sehingga membuat hasil penelitian mereka segera tersedia dari penerbit.[18] Ini dikenal sebagai akses terbuka 'emas',[19] dan dalam sains ini sering berbentuk penerbitan artikel di jurnal akses terbuka,[20] atau jurnal akses terbuka hibrida. Jurnal akses terbuka hibrida adalah jurnal yang model bisnisnya setidaknya sebagian didasarkan pada langganan, dan hanya menyediakan akses terbuka emas untuk artikel individual bagi penulis (atau institusi atau penyandang dana penulis) yang membayar biaya publikasi tertentu, yang sering disebut sebagai biaya pemrosesan artikel.[21] Jurnal akses terbuka murni tidak membebankan biaya berlangganan, dan mungkin memiliki salah satu dari berbagai model bisnis. Kebanyakan membebankan biaya pemrosesan artikel.[22]
Akses publik yang luas ke World Wide Web pada akhir tahun 1990an dan awal 2000an memicu gerakan akses terbuka, dan mendorong baik cara akses terbuka hijau (pengarsipan mandiri dari artikel jurnal akses tidak terbuka) dan pembuatan jurnal akses terbuka (cara emas). Jurnal akses non-terbuka konvensional menutup biaya penerbitan melalui biaya akses seperti langganan, lisensi situs atau biaya bayar-per-tayang. Beberapa jurnal akses non-terbuka menyediakan akses terbuka setelah masa embargo 6-12 bulan atau lebih lama (lihat jurnal akses terbuka tertunda).[21] Perdebatan aktif mengenai ekonomi dan keandalan berbagai cara untuk menyediakan akses terbuka berlanjut di kalangan peneliti, akademisi, pustakawan, administrator universitas, lembaga pendanaan, pejabat pemerintah, penerbit komersial, staf editorial, dan penerbit perkumpulan, seiring akses terbuka secara bertahap diterima.[23]
^Harnad, S.; Brody, T.; Vallières, F. O.; Carr, L.; Hitchcock, S.; Gingras, Y.; Oppenheim, C.; Stamerjohanns, H.; Hilf, E. R. (2004). "The Access/Impact Problem and the Green and Gold Roads to Open Access". Serials Review. 30 (4): 310–314. doi:10.1016/j.serrev.2004.09.013.
^Fortier, Rose; James, Heather G.; Jermé, Martha G.; Berge, Patricia; Del Toro, Rosemary (14 May 2015). "Demystifying Open Access Workshop". e-Publications@Marquette. e-Publications@Marquette. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 May 2015. Diakses tanggal 18 May 2015.
^Harnad, S; Brody, T; Vallières, F; Carr, L; Hitchcock, S; Gingras, Y; Oppenheim, C; Hajjem, C; Hilf, E (2008). "The Access/Impact Problem and the Green and Gold Roads to Open Access: An Update". Serials Review. 34: 36–40. doi:10.1016/j.serrev.2007.12.005.
Tötösy; de Zepetnek, S.; Joshua, Jia (2014). "Electronic Journals, Prestige, and the Economics of Academic Journal Publishing". CLCWeb: Comparative Literature and Culture. 16 (1): 2014. doi:10.7771/1481-4374.2426.
"Open and Shut?"Blog on open access by Richard Poynder, a freelance journalist, who has done a series of interviews with a few of the leaders of the open access movement.
OATP: Open Access Tracking Project, a crowd-sourced tagging project providing real-time alerts about new OA developments and organizing knowledge of the field (started by Peter Suber)
GOAP: UNESCO's Global Open Access Portal, providing "status of open access to scientific information around the world"