Arkelaus menerima kerajaan Yudea oleh kehendak terakhir ayahnya, meskipun sebelumnya akan diwariskan ke saudaranya Antipas. Dia diproklamasikan sebagai raja oleh tentara, namun menolak untuk menerima gelar itu hingga ia mengajukan klaim kepada Kaisar Augustus di Roma. Sebelum berangkat, ia dengan kejam mengatasi hasutan dari orang-orang Farisi dengan membantai hampir tiga ribu orang dari mereka. Di Roma ia ditentang oleh Antipas dan oleh banyak orang Yahudi, yang takut akan kekejamannya, tetapi pada tahun 4 SM Augustus mengalokasikan kepadanya sebagian besar kerajaan (Samaria, Yudea, dan Idumea) dengan gelar etnarkh hingga 6 Masehi ketika Yudea dijadikan sebagai wilayah kekuasaan langsung di bawah pemerintahan Roma.
Awal pemerintahan
Sejarawan Yahudi-Romawi, Flavius Yosefus, menulis dalam kitabnya "Antiquitates Iudaicae" cukup detail mengenai latar belakang keluarganya. Yosefus memulai penuturannya pada hari-hari awal pemerintahan Arkhelaus sebelum Paskah tahun 4 SM. Arkhelaus berpakaian putih dan menduduki tahta dari emas tampil dengan ramah terhadap penduduk Yerusalem untuk menenangkan tuntutan mereka agar pajak diturunkan dan musuh-musuh yang dipenjarakan pada masa Herodes Agung dibebaskan. Suasana rapat menjadi ricuh pada titik tertentu, di mana rakyat mulai meminta agar pejabat-pejabat Herodes yang memerintahkan hukuman mati atas 2 orang guru dan 40 remaja untuk diberi hukuman. Mereka juga menuntut penggantian Imam Besar, yang saat itu merupakan orang yang ditempatkan oleh Herodes, dengan seorang Imam Besar yang "...lebih saleh dan bersih".[1] Yosefus tidak menulis siapa orang yang "...lebih saleh dan bersih" itu. Permintaan ini diterima oleh Arkhelaus, meskipun ia menjadi marah atas kelakukan rakyat. Arkhelaus meminta ketenangan dan mengatakan kepada rakyat agar sebaiknya semua permusuhan disingkirkan dan mereka menunggu sampai ia dikonfirmasi sebagai raja oleh kaisar Agustus.
Arkhelaus kemudian pergi berpesta dengan teman-temannya. Waktu itu hari sudah sore dan mulai gelap, ratapan dan tangisan mulai terdengar di kota. Arkhelaus mulai cemas ketika mengetahui orang-orang berduyun-duyun ke area Bait Allah dan menangisi kehilangan guru-guru mereka dengan suara nyaring. Tingkah laku orang-orang mulai meningkat menjadi ancaman. Yosefus menulis bahwa "Para pelopor perkabungan atas guru-guru itu berdiri pada bangunan utama Bait Allah, merekrut orang-orang untuk masuk ke dalam kelompok mereka".[2] Yosefus tidak menjelaskan siapa orang-orang yang merekrut itu.
Arkhelaus kemudian mengirim seorang jenderal dan pasukan, akhirnya suatu kelompok perwira ("tribune in Command of a Cohort") untuk berunding dengan kelompok ("Seditionists") itu, agar menghentikan hasutan mereka serta menanti sampai Arkhelaus kembali dari Roma setelah menghadap Kaisar Romawi. Orang-orang melempari utusan-utusan Arkhelaus dengan batu, banyak yang terbunuh. Setelah melempari batu itu, orang-orang meneruskan upacara pengorbanan seperti tidak terjadi apa-apa. Yosefus tidak menuliskan siapa yang mempersembahkan korban. Setelah tengah malam, Arkhelaus tiba-tiba memerintahkan seluruh pasukan masuk ke kota ke dalam Bait Allah dan membunuh orang-orang itu. Yosefus mencatat ada 3000 orang yang terbunuh. Arkhelaus mengirimkan utusan ke seluruh penjuru kota mengumumkan pembatalan perayaan Paskah
Arkhelaus segera berlayar ke Roma, menghadap Kaisar dan menghadapi sekelompok musuh-mushnya, yaitu keluarganya sendiri. Herodes Antipater, saudara laki-laki Arkhelaus yang disingkirkan dari surat wasiat Herodes Agung beberapa hari sebelumnnya, berpendapat bahwa Arkhelaus hanya pura-pura bersedih atas kematian ayahnya, menangis pada siang hari dan berpesta pora pada waktu malam. Ancaman Arkhelaus yang berujung tewasnya 3000 orang dalam Bait Allah dianggap bukan saja ancaman bagi para penyembah Allah di Yerusalem pada hari Paskah, melainkan juga ancaman bagi Kaisar sendiri, karena Arkhelaus bersikap sebagaimana seorang raja, sebelum gelar itu diberikan oleh Kaisar.
Pada titik itu, Nikholaus dari Damaskus mengatakan kepada Kaisar bahwa Arkhelaus bertindak dengan tepat dan bahwa surat wasiat Herodes Agung yang dikatakan ditulis beberapa minggu sebelumnya (menyerahkan tahta kerajaan kepada Arkhelaus bukan kepada Antipater) seharusnya dipandang sah. Perubahan surat wasiat yang menguntungkan Arkhelaus itu dianggap pilihan yang benar dari Herodes Agung ketika pikirannya jernih, mengingat ia menyerahkan keputusan akhir di tangan Kaisar. Perubahan surat wasiat itu tampaknya merupakan tindakan terakhir Herodes Agung dan dikuatkan oleh saksi dari Yerikho oleh seorang yang bernama "Ptolemy", penjaga segel meterai Herodes. Nikholaus dari Damaskus telah menjadi pendamping setia Herodes selama bertahun-tahun. Ia juga setia kepada Roma. Ptolemy adalah saudara laki-laki Nikholaus dari Damaskus.
Di akhir argumen ini, Arkhelaus bersujud di kaki Kaisar. Kaisar mengangkatnya berdiri dan menyatakan bahwa Arkhelaus, "... layak untuk meneruskan tahta ayahnya".[3] Kaisar memberikan Arkhelaus gelar "Etnark" serta membagi Kerajaan Herodes menjadi sejumlah wilayah. Roma akan mengkonsolidasi kekuasaannya pada hari kemudian.
Dengan demikian, Arkhelaus menerima tetrakhi Yudea menurut surat wasiat ayahnya, meskipun surat wasiat sebelumnya memberikan wilayah itu kepada saudara laki-lakinya, Antipas. Ia diproklamasikan sebagai raja oleh tentara, tetapi menolak untuk mengenakan gelar itu sampai ia menyerahkan klaimnya kepada Kaisar Agustus di Roma. Pada tahun 4 SM Agustus memberikan sebagian besar wilayah kerajaan ayahnya (Samaria, Yudea, dan Idumea) tetapi dengan gelar "etnark" bukan "raja".
Akhir pemerintahan
Istri pertama Arkhelaus menurut Yosefus bernama "Mariamne",[4] mungkin Mariamne III (Mariamne binti Aristobulus), yang diceraikannya untuk menikahi Glaphyra. Ia adalah janda saudara Arkhelaus, Alexander, meskipun suami keduanya, Juba, raja Mauretania, masih hidup. Ini merupakan pelanggaran hukum Torat Musa, yang sejalan dengan kekejaman Arkhelaus yang berkelanjutan, membangkitan kemarahan orang Yahudi, sehingga mereka mengajukan keluhan kepada Agustus. Arkhelaus diturunkan dari tahtanya pada tahun 6 M dan diasingkan ke Vienne di Gaul. Samaria, Yudea, dan Idumea menjadi provinsi Romawi dengan nama Iudaea.[5]
Catatan Alkitab
Arkhelaus disebutkan dalam Injil Matius (Matius 2:13-23). Saat itu Yusuf, Maria dan YesusKristus berada di Mesir setelah lari dari pembantaian anak-anak di Betlehem. Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret.[6]
Permulaan dan kesimpulan perumpamaan Yesusmengenai talenta pada Injil Lukaspasal 19 mungkin merujuk kepada perjalanan Arkhelaus ke Roma. Sejumlah penafsir menyimpulkan darinya bahwa perumpamaan-perumpamaan Yesus menggunakan peristiwa-peristiwa yang dikenal orang-orang untuk menyampaikan ajaran-ajaran rohani secara lebih nyata.
"Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan setelah itu baru kembali... Akan tetapi orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: 'Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami'...'Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.'" (Lukas 19:12, Lukas 19:14, Lukas 19:27)
^H.H. Ben-Sasson, A History of the Jewish People, Harvard University Press, 1976, ISBN 0-674-39731-2, page 246: "When Archelaus was deposed from the ethnarchy in 6 AD, Judea proper, Samaria and Idumea were converted into a Roman province under the name Iudaea."