Perumpamaan talenta

Perumpamaan tentang talenta, tergambar dalam suatu cukil kayu tahun 1712. Hamba yang malas mencari talentanya yang ia kubur, sementara dua hamba yang lain mempersembahkan apa yang mereka hasilkan kepada sang tuan.

Perumpamaan tentang Talenta (juga Perumpamaan tentang Uang Mina) adalah salah satu perumpamaan Yesus yang ditemukan dalam dua Injil Sinoptik dan kanonik pada Perjanjian Baru:

  • Matius 25:14-30
  • Lukas 19:12-27

Kendati cerita dasar dalam masing-masing perumpamaan tersebut pada hakikatnya sama, perbedaan-perbedaan antara kedua perumpamaan yang diperlihatkan dalam Injil Matius dan dalam Injil Lukas dianggap cukup untuk menunjukkan bahwa perumpamaan-perumpamaan tersebut tidak berasal dari sumber yang sama.[1] Dalam Injil Matius, kata-kata pembukanya mengaitkan Perumpamaan tentang Talenta dengan Perumpamaan tentang Sepuluh Gadis yang disampaikan sebelumnya, yang mengacu pada Kerajaan Surga.[1]

Dalam Injil Matius maupun Lukas, seorang tuan mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya selagi ia bepergian ke luar negeri. Setelah pulang kembali, sang tuan mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ia mengevaluasi mereka berdasarkan seberapa setia masing-masing dari mereka dalam mengelola harta yang dipercayakan kepada mereka agar memberikan suatu hasil. Tampak jelas bahwa sang tuan mengharapkan sejumlah hasil dari mereka. Suatu hasil menunjukkan kesetiaan di pihak hamba. Sang tuan memberi penghargaan kepada hamba-hambanya berdasarkan bagaimana masing-masing dari mereka memikul tanggung jawab atas harta yang dipercayakan kepada mereka. Ia menilai dua orang di antara mereka sebagai hamba yang "baik" dan "setia" serta memberikan mereka imbalan positif. Seorang yang lain dinilai sebagai hamba yang "jahat" dan "malas" serta mendapat kompensasi negatif.

Satu varian tematik dari perumpamaan ini dapat ditemukan dalam Injil Orang Ibrani yang dipandang non-kanonik.

Latar

Meskipun cerita dasar dalam masing-masing perumpamaan pada hakikatnya sama, latar keduanya relatif berbeda.

  • Latar perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25 adalah khotbah di atas Bukit Zaitun. Dalam Matius 24 dan 25, tema keseluruhannya adalah peristiwa-peristiwa akhir zaman, peringatan, dan perumpamaan-perumpamaan. "Peringatan-peringatan dan teguran-teguran langsung (Mat. 24:42, 44; 25:13) tentunya bagi para murid (pendengar-Nya)—peringatan-peringatan untuk berjaga-jaga dan siap sedia untuk kedatangan Kristus".
  • Latar perumpamaan tentang mina dalam Lukas 19 adalah tempat terbuka di antara orang banyak. Zakheus baru saja "menerima Yesus dengan suka cita" dan Yesus menyatakan keselamatan dirinya. Namun, setelah itu orang banyak dikatakan mengharapkan agar Yesus mendirikan kerajaan-Nya.[2]

Perumpamaan tentang Talenta

"Perumpamaan tentang Talenta" dalam Matius 25:14–30 mengisahkan tentang seorang tuan yang meninggalkan rumahnya untuk pergi ke luar negeri, dan sebelum pergi ia memercayakan harta miliknya kepada para hambanya. Berdasarkan "kesanggupan" masing-masing dari mereka, seorang hamba menerima lima talenta, hamba yang kedua menerima dua talenta, dan hamba yang ketiga menerima satu talenta. Talenta dalam perumpamaan ini adalah sejumlah besar uang. Setelah sekian lama waktu berlalu, sang tuan kembali ke rumah dan menanyakan pertanggungjawaban ketiga hambanya atas harta milik yang ia percayakan kepada mereka. Hamba yang pertama dan kedua menjelaskan bahwa mereka masing-masing berhasil melipatgandakan talenta yang dipercayakan kepada mereka; masing-masing hamba itu kemudian beroleh ganjaran:

Maka kata tuannya itu kepadanya: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."

— Matius 25:23, Terjemahan Baru

Namun, hamba yang ketiga hanya menyembunyikan talenta yang dipercayakan kepadanya, memendamnya "di dalam tanah", dan beroleh hukuman:

Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: "Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!" Maka jawab tuannya itu: "Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."

— Matius 25:24–30, Terjemahan Baru

Perumpamaan tentang Uang Mina

Dalam Lukas 19:12-27, Yesus menyampaikan perumpamaan ini karena Ia telah berada dekat Yerusalem dan karena murid-murid-Nya mengira bahwa Kerajaan Allah akan segera tampak. Tujuan dari hamba-hambanya diminta "berdagang" selama sang tuan dalam perumpamaan ini pergi ke "negeri yang jauh" dimaksudkan untuk melawan ekspektasi akan kedatangan segera Kerajaan Allah. Perumpamaan tentang uang mina pada dasarnya serupa dengan perumpamaan tentang talenta, tetapi terdapat perbedaan-perbedaan yang meliputi pencantuman motif seorang raja yang memperoleh suatu kerajaan[3] dan diberikannya masing-masing dari kesepuluh hamba dengan satu mina, bukan sejumlah talenta ({{{1}}} 60 mina). Yang berkaitan secara langsung adalah apa yang dihasilkan para hamba dan imbalan-imbalan yang diterima ketiga hamba sebagai konsekuensinya. Selain itu, pada bagian awal Lukas menyertakan laporan mengenai "orang-orang sebangsanya" yang mengirim suatu pesan kepada sang bangsawan bahwa mereka tidak menginginkannya sebagai raja mereka; dan, pada bagian akhir, Lukas menuliskan bahwa sang bangsawan menginstruksikan agar seteru-seterunya dibawa ke hadapannya untuk dibunuh setelah hamba yang tidak menghasilkan diambil minanya.

Kesejajaran antara materi-materi Lukas (Injil Lukas dan Kisah Para Rasul) dengan tulisan-tulisan Yosefus telah lama disinggung.[4][5][6][7] Gagasan pokoknya, tentang seseorang yang bepergian ke negeri yang jauh terkait dengan suatu kerajaan, memiliki sejumlah kesamaan yang samar dengan Herodes Arkhelaus yang menempuh perjalanan ke Roma agar dapat memperoleh kerajaannya; meski kesamaan tersebut tidak dengan sendirinya penting, laporan Yosefus juga mengandung sejumlah rincian yang digemakan oleh atribut-atribut dalam perumpamaan Lukas.[8] Yosefus melukiskan orang-orang Yahudi yang mengirim seorang utusan kepada Augustus, sementara Arkhelaus sedang bepergian ke Roma, untuk menyampaikan keluhan kalau mereka tidak menghendaki Arkhelaus sebagai penguasa mereka;[9][10] ketika Arkhelaus kembali, ia memerintahkan agar 3.000 orang musuhnya dibawa ke hadapannya di Bait Allah di Yerusalem, tempat ia membunuh mereka secara massal.[9]

Nilai dari talenta

Talenta (bahasa Yunani Kuno τάλαντον, talanton 'skala, ukuran, keseimbangan') adalah suatu satuan ukuran yang beratnya kira-kira 80 pon (36 kg), dan bila digunakan sebagai satuan uang senilai dengan berat perak tersebut.[11] Sebagai satuan mata uang, satu talenta nilainya sekitar 6.000 denarius (jamak: denarii, Alkitab TB menggunakan kata "dinar").[1] Karena satu denarius merupakan upah yang lazim untuk kerja satu hari,[1] nilai satu talenta adalah sekitar 20 tahun kerja, oleh seorang pekerja biasa.[12] Dengan standar kontemporer (ca 2009 M) pada tingkat upah minimum di Amerika Serikat sebesar $7,25 per jam, nilai dari satu talenta adalah sekitar $300.000 yang dapat diperoleh dalam waktu 20 tahun; namun, pada tingkat upah tahunan rata-rata $26.363, satu talenta nilainya sekitar $500.000.[13]

Sebagai ajaran untuk umat Kristen

Dalam Injil Matius, kata-kata pembukanya tampaknya menghubungkan perumpamaan ini dengan perumpamaan Gadis-Gadis yang Bijaksana dan Gadis-Gadis yang Bodoh (Perumpamaan tentang Sepuluh Gadis), yang tepat mendahuluinya.[1] Perumpamaan tersebut berkaitan dengan kebijaksanaan dalam suatu konteks eskatologis.[1] Bagaimanapun, perumpamaan ini telah ditafsirkan dengan beberapa cara.

Sebagai kemampuan personal

Menurut tradisi, perumpamaan tentang talenta telah dilihat sebagai suatu nasihat kepada murid-murid Yesus untuk menggunakan karunia-karunia yang dianugerahkan Allah dalam diri mereka untuk melayani atau dipersembahkan kepada Allah, dan untuk mengambil risiko-risiko yang diperlukan demi Kerajaan Allah. Pemberian dari Allah tersebut dianggap mencakupi kemampuan-kemampuan personal ("talenta" dalam arti sehari-hari, sering kali disebut "bakat"), juga harta milik pribadi. Dikatakan bahwa kegagalan dalam memanfaatkan anugerah atau karunia dalam diri seseorang akan mengakibatkan penghakiman dirinya dengan ganjaran buruk.[1] Dari suatu sudut pandang psikologis, kegagalan tersebut merupakan akibat langsung dari kegagalan merasakan cinta kasih Allah. Kedua hamba yang pertama dapat memandang Allah dalam persepsi positif, sebagai pribadi yang "pengertian, murah hati, dan baik hati", sedangkan hamba ketiga memandang Allah sebagai pribadi yang "keras, menuntut, dan kritis".[14]

Sebagai cinta atau belas kasihan

Yang Mulia Uskup Mgr. Robert Barron mengatakan bahwa talenta dalam perumpamaan ini adalah "suatu andil dalam belas kasihan Allah, suatu partisipasi dalam beratnya cinta kasih ilahi", bukan kekayaan ataupun kemampuan pribadi. Ia memanfaatkan penafsiran dari seorang profesor Perjanjian Lama bernama Robert Schoenstene, yang berpendapat bahwa satu talenta pada zaman kuno Yahudi adalah sangat berat sehingga lima talenta adalah luar biasa berat. Bobot atau berat sedemikian mengingatkan pada bobot yang terberat di antara semuanya, kabod (harfiah: bobot atau beratnya) Allah di dalam Bait Suci Yerusalem, karenanya yang paling 'berat' di antara semuanya adalah belas kasihan atau kerahiman Allah.[15] Demikian pula satu refleksi dalam situs web Ordo Karmel mendefinisikan talenta sebagai "cinta, pelayanan, berbagi", yang adalah "uang dari sang tuan".[16] Dengan kata lain, menurut Erasmo Leiva-Merikakis, "Talenta dan harta terbesar kita adalah kemampuan kita untuk mencintai, dan dalam upaya ini juaranya adalah pengambil risiko terbesar, yang berarti orang yang paling bersedia untuk menginvestasikan dirinya sendiri pada kesempatan yang tampaknya paling tidak menguntungkan dirinya."[17]

Galeri

Referensi

  1. ^ a b c d e f g (Inggris) Arland J. Hultgren, The Parables of Jesus: A Commentary, Eerdmans Publishing, 2002, ISBN 0-8028-6077-X, pp. 271-281.
  2. ^ (Inggris) Finley, Tom. The Parable of the Talents and the Parable of the Minas (Matt. 25:14-30 and Lk. 19:11-27). Online: http://seekersofchrist.org/talents/talents.pdf Diarsipkan 2016-02-22 di Wayback Machine.
  3. ^ (Inggris) Luke Timothy Johnson and Daniel J. Harrington, The Gospel of Luke, Liturgical Press, 1991, ISBN 0-8146-5805-9, p. 292.
  4. ^ (Inggris) Steve Mason, Josephus and Luke-Acts, (1992), pages 185-229
  5. ^ (Inggris) Gregory Sterling, historiography and Self-Definition: Josephos, Luke-Acts and Apologetic historiography (1992)
  6. ^ (Inggris) Heinz Schreckenberg, Flavius Josephus and the Lukan Writings (1980), pages 179-209.
  7. ^ (Inggris) Max Krenkel, Josephus und Lukas (1894)
  8. ^ (Inggris) Luke Timothy Johnson, Daniel J. Harrington, The Gospel of Luke (1991), endnote 12, page 289
  9. ^ a b (Inggris) Josephus, Antiquities of the Jews, 17:11
  10. ^ (Inggris) Luke Timothy Johnson, Daniel J. Harrington, The Gospel of Luke (1991), endnote 14, page 290
  11. ^ (Inggris) Ridgeway, William, "Measures and Weights" in Whibley, Leonard (ed). A Companion to Greek Studies, Cambridge University Press, 1905, p. 444.
  12. ^ Pada rata-rata 6 hari kerja berbayar per minggu, dan rata-rata 50 minggu per tahun, 6.000 hari kerja berbayar setara dengan 20 tahun.
  13. ^ (Inggris) The median U.S. wage in 2010 was just $26,363 Washington Post by Suzy Khimm 10/20/2011
  14. ^ (Inggris) Wilkie Au; Noreen Cannon Au (2016). God's Unconditional Love: Healing Our Shame. Paulist Press. ISBN 978-1-58768-570-5. 
  15. ^ (Inggris) Robert Barron (September 22, 2014). "The Deeper Meaning of the Parable of the Talents". Catholic World Report. 
  16. ^ (Inggris) "Lectio Divina: Matthew 25,14-30". The Order of Carmelites. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-07. Diakses tanggal November 21, 2017. 
  17. ^ (Inggris) Erasmo Leiva-Merikakis (1996). "The Meaning of the Parable of the Talents". Taken from Fire of Mercy: Heart of the Word: Meditations on the Gospel According to Saint Matthew Vol. 1. Ignatius Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-12. Diakses tanggal 2017-11-21. 

Pranala luar