Perumpamaan talentaPerumpamaan tentang Talenta (juga Perumpamaan tentang Uang Mina) adalah salah satu perumpamaan Yesus yang ditemukan dalam dua Injil Sinoptik dan kanonik pada Perjanjian Baru:
Kendati cerita dasar dalam masing-masing perumpamaan tersebut pada hakikatnya sama, perbedaan-perbedaan antara kedua perumpamaan yang diperlihatkan dalam Injil Matius dan dalam Injil Lukas dianggap cukup untuk menunjukkan bahwa perumpamaan-perumpamaan tersebut tidak berasal dari sumber yang sama.[1] Dalam Injil Matius, kata-kata pembukanya mengaitkan Perumpamaan tentang Talenta dengan Perumpamaan tentang Sepuluh Gadis yang disampaikan sebelumnya, yang mengacu pada Kerajaan Surga.[1] Dalam Injil Matius maupun Lukas, seorang tuan mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya selagi ia bepergian ke luar negeri. Setelah pulang kembali, sang tuan mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Ia mengevaluasi mereka berdasarkan seberapa setia masing-masing dari mereka dalam mengelola harta yang dipercayakan kepada mereka agar memberikan suatu hasil. Tampak jelas bahwa sang tuan mengharapkan sejumlah hasil dari mereka. Suatu hasil menunjukkan kesetiaan di pihak hamba. Sang tuan memberi penghargaan kepada hamba-hambanya berdasarkan bagaimana masing-masing dari mereka memikul tanggung jawab atas harta yang dipercayakan kepada mereka. Ia menilai dua orang di antara mereka sebagai hamba yang "baik" dan "setia" serta memberikan mereka imbalan positif. Seorang yang lain dinilai sebagai hamba yang "jahat" dan "malas" serta mendapat kompensasi negatif. Satu varian tematik dari perumpamaan ini dapat ditemukan dalam Injil Orang Ibrani yang dipandang non-kanonik. LatarMeskipun cerita dasar dalam masing-masing perumpamaan pada hakikatnya sama, latar keduanya relatif berbeda.
Perumpamaan tentang Talenta"Perumpamaan tentang Talenta" dalam Matius 25:14–30 mengisahkan tentang seorang tuan yang meninggalkan rumahnya untuk pergi ke luar negeri, dan sebelum pergi ia memercayakan harta miliknya kepada para hambanya. Berdasarkan "kesanggupan" masing-masing dari mereka, seorang hamba menerima lima talenta, hamba yang kedua menerima dua talenta, dan hamba yang ketiga menerima satu talenta. Talenta dalam perumpamaan ini adalah sejumlah besar uang. Setelah sekian lama waktu berlalu, sang tuan kembali ke rumah dan menanyakan pertanggungjawaban ketiga hambanya atas harta milik yang ia percayakan kepada mereka. Hamba yang pertama dan kedua menjelaskan bahwa mereka masing-masing berhasil melipatgandakan talenta yang dipercayakan kepada mereka; masing-masing hamba itu kemudian beroleh ganjaran:
Namun, hamba yang ketiga hanya menyembunyikan talenta yang dipercayakan kepadanya, memendamnya "di dalam tanah", dan beroleh hukuman:
Perumpamaan tentang Uang MinaDalam Lukas 19:12-27, Yesus menyampaikan perumpamaan ini karena Ia telah berada dekat Yerusalem dan karena murid-murid-Nya mengira bahwa Kerajaan Allah akan segera tampak. Tujuan dari hamba-hambanya diminta "berdagang" selama sang tuan dalam perumpamaan ini pergi ke "negeri yang jauh" dimaksudkan untuk melawan ekspektasi akan kedatangan segera Kerajaan Allah. Perumpamaan tentang uang mina pada dasarnya serupa dengan perumpamaan tentang talenta, tetapi terdapat perbedaan-perbedaan yang meliputi pencantuman motif seorang raja yang memperoleh suatu kerajaan[3] dan diberikannya masing-masing dari kesepuluh hamba dengan satu mina, bukan sejumlah talenta ({{{1}}} 60 mina). Yang berkaitan secara langsung adalah apa yang dihasilkan para hamba dan imbalan-imbalan yang diterima ketiga hamba sebagai konsekuensinya. Selain itu, pada bagian awal Lukas menyertakan laporan mengenai "orang-orang sebangsanya" yang mengirim suatu pesan kepada sang bangsawan bahwa mereka tidak menginginkannya sebagai raja mereka; dan, pada bagian akhir, Lukas menuliskan bahwa sang bangsawan menginstruksikan agar seteru-seterunya dibawa ke hadapannya untuk dibunuh setelah hamba yang tidak menghasilkan diambil minanya. Kesejajaran antara materi-materi Lukas (Injil Lukas dan Kisah Para Rasul) dengan tulisan-tulisan Yosefus telah lama disinggung.[4][5][6][7] Gagasan pokoknya, tentang seseorang yang bepergian ke negeri yang jauh terkait dengan suatu kerajaan, memiliki sejumlah kesamaan yang samar dengan Herodes Arkhelaus yang menempuh perjalanan ke Roma agar dapat memperoleh kerajaannya; meski kesamaan tersebut tidak dengan sendirinya penting, laporan Yosefus juga mengandung sejumlah rincian yang digemakan oleh atribut-atribut dalam perumpamaan Lukas.[8] Yosefus melukiskan orang-orang Yahudi yang mengirim seorang utusan kepada Augustus, sementara Arkhelaus sedang bepergian ke Roma, untuk menyampaikan keluhan kalau mereka tidak menghendaki Arkhelaus sebagai penguasa mereka;[9][10] ketika Arkhelaus kembali, ia memerintahkan agar 3.000 orang musuhnya dibawa ke hadapannya di Bait Allah di Yerusalem, tempat ia membunuh mereka secara massal.[9] Nilai dari talentaTalenta (bahasa Yunani Kuno τάλαντον, talanton 'skala, ukuran, keseimbangan') adalah suatu satuan ukuran yang beratnya kira-kira 80 pon (36 kg), dan bila digunakan sebagai satuan uang senilai dengan berat perak tersebut.[11] Sebagai satuan mata uang, satu talenta nilainya sekitar 6.000 denarius (jamak: denarii, Alkitab TB menggunakan kata "dinar").[1] Karena satu denarius merupakan upah yang lazim untuk kerja satu hari,[1] nilai satu talenta adalah sekitar 20 tahun kerja, oleh seorang pekerja biasa.[12] Dengan standar kontemporer (ca 2009 M) pada tingkat upah minimum di Amerika Serikat sebesar $7,25 per jam, nilai dari satu talenta adalah sekitar $300.000 yang dapat diperoleh dalam waktu 20 tahun; namun, pada tingkat upah tahunan rata-rata $26.363, satu talenta nilainya sekitar $500.000.[13] Sebagai ajaran untuk umat KristenDalam Injil Matius, kata-kata pembukanya tampaknya menghubungkan perumpamaan ini dengan perumpamaan Gadis-Gadis yang Bijaksana dan Gadis-Gadis yang Bodoh (Perumpamaan tentang Sepuluh Gadis), yang tepat mendahuluinya.[1] Perumpamaan tersebut berkaitan dengan kebijaksanaan dalam suatu konteks eskatologis.[1] Bagaimanapun, perumpamaan ini telah ditafsirkan dengan beberapa cara. Sebagai kemampuan personalMenurut tradisi, perumpamaan tentang talenta telah dilihat sebagai suatu nasihat kepada murid-murid Yesus untuk menggunakan karunia-karunia yang dianugerahkan Allah dalam diri mereka untuk melayani atau dipersembahkan kepada Allah, dan untuk mengambil risiko-risiko yang diperlukan demi Kerajaan Allah. Pemberian dari Allah tersebut dianggap mencakupi kemampuan-kemampuan personal ("talenta" dalam arti sehari-hari, sering kali disebut "bakat"), juga harta milik pribadi. Dikatakan bahwa kegagalan dalam memanfaatkan anugerah atau karunia dalam diri seseorang akan mengakibatkan penghakiman dirinya dengan ganjaran buruk.[1] Dari suatu sudut pandang psikologis, kegagalan tersebut merupakan akibat langsung dari kegagalan merasakan cinta kasih Allah. Kedua hamba yang pertama dapat memandang Allah dalam persepsi positif, sebagai pribadi yang "pengertian, murah hati, dan baik hati", sedangkan hamba ketiga memandang Allah sebagai pribadi yang "keras, menuntut, dan kritis".[14] Sebagai cinta atau belas kasihanYang Mulia Uskup Mgr. Robert Barron mengatakan bahwa talenta dalam perumpamaan ini adalah "suatu andil dalam belas kasihan Allah, suatu partisipasi dalam beratnya cinta kasih ilahi", bukan kekayaan ataupun kemampuan pribadi. Ia memanfaatkan penafsiran dari seorang profesor Perjanjian Lama bernama Robert Schoenstene, yang berpendapat bahwa satu talenta pada zaman kuno Yahudi adalah sangat berat sehingga lima talenta adalah luar biasa berat. Bobot atau berat sedemikian mengingatkan pada bobot yang terberat di antara semuanya, kabod (harfiah: bobot atau beratnya) Allah di dalam Bait Suci Yerusalem, karenanya yang paling 'berat' di antara semuanya adalah belas kasihan atau kerahiman Allah.[15] Demikian pula satu refleksi dalam situs web Ordo Karmel mendefinisikan talenta sebagai "cinta, pelayanan, berbagi", yang adalah "uang dari sang tuan".[16] Dengan kata lain, menurut Erasmo Leiva-Merikakis, "Talenta dan harta terbesar kita adalah kemampuan kita untuk mencintai, dan dalam upaya ini juaranya adalah pengambil risiko terbesar, yang berarti orang yang paling bersedia untuk menginvestasikan dirinya sendiri pada kesempatan yang tampaknya paling tidak menguntungkan dirinya."[17] Galeri
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Parable of the Talents.
|