Pencobaan YesusPencobaan Yesus tercantum dalam Injil Matius,[1] Markus,[2] dan Lukas.[3] Menurut teks-teks tersebut, setelah dibaptis, Yesus berpuasa selama empat puluh hari dan empat puluh malam di Gurun Yudea. Pada waktu itu, Setan menemui Yesus dan mencobainya. Yesus menolak setiap pencobaan, kemudian iblis pergi meninggalkan-Nya dan Yesus kembali ke Galilea untuk memulai pelayanan-Nya. Pencobaan-pencobaan ini berkaitan dengan hedonisme (lapar / kepuasan), egoisme (loncatan spektakuler / kekuatan) dan materialisme (kerajaan / kekayaan). Penginjil Yohanes dalam surat-suratnya menyebut pencobaan-pencobaan "di dalam dunia" sebagai "keinginan mata" (materialisme), "keinginan daging" (hedonisme) dan "kengkuhan hidup" (egoisme).[4] Pencobaan-pencobaan itu ditujukan untuk menyesatkan dan menyelewengkan tiga ciri utama manusia; untuk berpikir, berkeinginan, dan berperasaan yang berada di dalam pikiran, jiwa dan hati sebagaimana disebutkan oleh Yesus dalam Hukum Terutama. Semua ini terkait dengan transendental atau ideal paling utama dalam tiga area minat manusia; ilmu (kebenaran), seni (keindahan) dan agama (kebaikan). Orang Kristen dipanggil untuk mencari kebajikan-kebajikan ilahi; iman, pengharapan dan kasih yang menghubungkan mereka secara langsung kepada Allah yang Sendirinya adalah Kebenaran, Keindahan, dan Kebaikan.[5] Penulis Surat Ibrani juga merujuk bahwa Yesus pernah dicobai "dalam segala hal seperti kita [yaitu, orang beriman Kristen]".[6] Catatan Injil Markus sangat pendek, hanya menyebut adanya peristiwa itu. Injil Matius dan Lukas menggambarkan pencobaan itu dengan memberi detail percakapan Yesus dan Setan. Pencobaan Kristus tidak secara eksplisit diceritakan dalam Injil Yohanes tetapi dalam Injil ini ditulis bahwa Yesus menyebutkan si Iblis, "penguasa dunia ini" (bahasa Inggris: "the prince of this world"), tidak mempunyai kuasa terhadap Dia.[7] Jenis sastraDiskusi status kisahDiskusi jenis sastra mencakup pembahasan apakah kisah ini mencerminkan sejarah, perumpamaan, mitos, atau kombinasi berbagai genre. Ini berkaitan dengan realitas pertemuan.[8] Kadang-kadang kisah pencobaan dianggap sebagai perumpamaan, membaca bahwa Yesus dalam pelayanan-Nya menceritakan kisah ini kepada para pendengar mengenai pengalaman rohani-Nya dalam bentuk perumpamaan.[9] Bisa pula bersifat otobiografi,[10] mengenai jenis Mesias yang menjelma dalam Yesus.[11] Para penulis termasuk William Barclay menunjukkan fakta bahwa "tidak ada guung yang cukup tinggi di dunia untuk melihat seluruh dunia" sebagai indikasi hakikat kisah ini adalah bukan harfiah, melainkan menggambarkan apa yang ada dalam pikiran Yesus.[12] Teologi Dominican Thomas Aquinas menjelaskan, "Dalam hal perkataan, 'ia menunjukkan kepada-Nya seluruh kerajaan di dunia dan kemuliaannya,' kita tidak memahaminya bahwa Ia melihat setiap kerajaan, dengan kota-kota dan penduduk, emas dan peraknya; tetapi iblis menunjukkan arah setiap kerajaan dan kota, dan mengungkapkan dengan kata-kata kemuliaan dan kekayaannya." [13] Pemahaman Katolik tradisional adalah bahwa pencobaan Kristus itu bersifat harfiah dan peristiwa jasmani. "Meskipun diajukan kesulitan-kesulitan, ... terhadap karakter sejarah ketiga pencobaan Yesus, sebagaimana dicatat oleh St. Matius dan St. Lukas, jelas bahwa para penulis kudus itu bermaksud menggambarkan pendekatan aktual dan dapat dilihat oleh Setan, untuk membukukan perpindahan tempat yang aktual, dan lain-lain, dan bahwa pandangan tradisional, yang berpegang pada hakikat objektif pencobaan Kristus, adalah satu-satunya yang memenuhi semua persyaratan kisah Injil."[14] Catechism of the Catholic Church menyatakan:
Penggunaan rujukan Perjanjian LamaCatatan dalam Injil Matius menggunakan bahasa Perjanjian Lama. Penggambaran ini akan lebih mudah dipahami oleh para pembaca pada masa hidup Matius. Dalam versi bahasa Yunani Septuaginta untuk Zakharia 3, istilah-istilah Iesous (Yesus) dan diabolos (iblis) tepat sama dengan istilah bahasa Yunani dalam Matius 4.[17] Matius menyajikan tiga nas Alkitab yang dikutip oleh Yesus (Ulangan 8:3, Ulangan 6:13, dan Ulangan 6:16) bukan dalam urutan munculnya pada Kitab Ulangan, melainkan dalam urutan pencobaan bangsa Israel ketika mereka menggembara di padang gurun, sebagaimana dicatat dalam Kitab Keluaran.[18][19] Kisah dalam Injil Lukas sangat mirip, meskipun pembalikan urutan pencobaan kedua dan ketiga "menggambarkan suatu perpindahan geografis yang lebih alamiah, dari padang gurun ke Bait Suci".[20] Pernyataan penutup pada Injil Lukas bahwa iblis "mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik"[21] memberikan kaitan naratif kepada upaya di Nazaret untuk menjatuhkan Yesus dari tempat tinggi,[22] atau mengantipasi peran Setan dalam Kesengsaraan Yesus (bandingkan Lukas 22:3).[23][24] Catatan Alkitab
Catatan: Perbandingan catatan kitab-kitab InjilDalam catatan Injil Lukas (Lukas 4:1–13) dan Injil Matius (Matius 4:1–11), ada perbedaan urutan ketiga pencobaan. Geisler dan Howe mengamati bahwa Injil Matius mencatat pencobaan ini secara "kronologis", sedangkan Injil Lukas mencantumkan secara "klimaktik", yaitu menurut topik, guna mengungkapkan klimaks yang ditekankannya.[25] Matius 4:5 dimulai dengan kata “kemudian” (bahasa Yunani: Τότε, Tote; bahasa Inggris: then) sedangkan Matius 4:8 diawali dengan kata “lagi-lagi” atau "sekali lagi" (AYT, MILT, TL) (bahasa Yunani: Πάλιν, Palin; bahasa Inggris: Again). Dalam bahasa Yunani, kata-kata ini mengindikasikan urutan peristiwa. Namun dalam Lukas 4:5 (MILT) dan Lukas 4:9 (MILT) masing-masing hanya memuat kata penghubung sederhana “dan” (bahasa Yunani: Καὶ, Kai; bahasa Inggris: And), yang dalam bahasa Yunani tidak untuk menyatakan urutan kronologis.[25] Yang jelas kedua sumber yang tidak terkait ini sama-sama menjadi saksi terjadinya pencobaan terhadap Yesus beserta materi pencobaan-pencobaan tersebut.[25] Injil Matius, Lukas dan Markus jelas menulis bahwa Roh membawa Yesus ke padang gurun. Secara tradisional puasa mendahlui suatu pergumulan rohani besar.[26] Elia dan Musa dalam Perjanjian Lama berpuasa 40 hari dan 40 malam, sehingga Yesus melakukan hal yang sama mengundang perbandingan dengan peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam Yudaisme, "praktik berpuasa dihubungkan dengan tubuh dan kebutuhan jasmani dengan nilai yang kurang dapat diamati, seperti penyangkalan diri dan pertobatan."[27] Pada waktu itu, 40 dapat berupa angka yang tidak spesifik dan lebih merupakan ekspresi umum angka yang besar.[28] Puasa dapat berarti bukannya sama sekali tidak makan; jadi, Yesus dapat pula memakan apa adanya makanan yang dapat ditemukan di padang gurun.[29][30] Meskipun Injil Markus, Matius, dan Lukas mengkombinasikan puasa Yesus selama 40 hari dengan pencobaan-Nya, bagian-bagian Alkitab lain menyiratkan bahwa puasa Yesus merupakan ujian yang harus dilengkapi sebelum perjumpaan-Nya dengan Setan. Injil Markus tidak memberikan detail, tetapi dalam Injil Matius dan Lukas "si pencoba" (bahasa Yunani: ὁ πειραζων, ho peirazōn; bahasa Inggris: "the tempter")[31] atau "Iblis" (bahasa Yunani: ὁ διαβολος, ho diabolos; bahasa Inggris: "the devil") mencobai Yesus untuk:
Karena unsur-unsur yang ada pada Injil Matius dan Lukas yang tidak ada dalam Injil Markus kebanyakan adalah pasangan kutipan bukan narasi detail, banyak sarjana berpendapat bahwa detail tambahan ini berasal dari Document Q. Pencobaan Kristus dalam Injil MarkusKebanyakan catatan Injil Markus (Markus 1:12–13) yang singkat itu terdapat juga dalam versi Injil Matius dan Lukas, kecuali pernyataan bahwa Yesus "berada di antara binatang-binatang liar." Meskipun tidak ada teks aktual sama yang terdapat dalam ketiga versi, bahasa dan penafsiran Injil Markus digunakan untuk membandingkan ketiganya. Kata kerja bahasa Yunani yang digunakan dalam Injil Markus sinonim dengan "mengusir roh-roh jahat", dan padang gurun kadangkala menggambarkan tempat pergumulan.[32] Dua ayat yang terdapat dalam Injil Markus untuk mencatat Pencobaan Yesus segera bersambung ke catatan karier-Nya sebagai pengkhotbah. Pencobaan Kristus dalam Injil YohanesPencobaan Kristus tidak secara eksplisit diceritakan dalam Injil Yohanes tetapi dalam Injil ini ditulis bahwa Yesus menyebutkan si Iblis, "penguasa dunia ini" (bahasa Inggris: "the prince of this world"), tidak mempunyai kuasa terhadap Dia.[7] Ini merupakan salah satu ketiadaan yang sangat mencolok dalam Injil Yohanes. Namun, sejumlah pembaca mengidentifikasi paralel di dalam Injil Yohanes yang mengindikasikan penulisnya mengetahui kisah Pencobaan ini dalam bentuk tertentu.[33]
Pencobaan yang dialami Yesus di padang gurun1. Batu menjadi rotiPencobaan untuk menjadikan roti dari batu terjadi pada lokasi padang gurun di mana Yesus telah berpuasa. Alexander Jones [34] melaporkan bahwa padang gurun yang disebutkan di sini sejak abad ke-5 telah diyakini adalah daerah berbatu-batu tanpa penghuni antara Yerusalem dan Yerikho, di mana satu tempat di Mount Quarantania secara tradisional dianggap lokasi tepatnya. Padang gurun di sini dilihat sebagai batas terluar masyarakat dan sebagai pemukiman roh-roh jahat (demon) seperti Azazel (Imamat 16:10). Gundry menyatakan bahwa padang gurun ini tampaknya mengacu kepada gurun di mana bangsa Israel mengembara setelah keluar dari Mesir, dan secara khusus kepada Musa.[30] Pergumulan Yesus melawan lapar di hadapan Setan menunjuk kepada peranan-Nya mewakili bangsa Israel, tetapi di sini Ia tidak meninggalkan Allah dalam kelaparan-Nya.[35] Pencobaan ini mungkin saja merupakan pukulan terakhir terhadap Yesus, ditujukan pada rasa lapar-Nya.[36] Sebagai respon terhadap suruhan Setan, Yesus menjawab, "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." Ini adalah kutipan dari Ulangan 8:3:
Hanya dalam Injil Matius bagian akhir ayat itu dikutip secara penuh. 2. Bubungan Bait AllahKebanyakan orang Kristen memahami Kota Suci dalam Injil Matius tanpa keraguan sebagai Yerusalem dan bait ("temple) dengan bubungan itu merupakan Bait Allah di Yerusalem. Injil Matius menyebut kata "bait" ("the temple") 17 kali tanpa pernah menambahkan "di Yerusalem". Dalam versi Injil Lukas jelas ditunjukkan bahwa lokasi bait ini adalah di Yerusalem karena ditulis untuk Teofilus yang mungkin kurang mengenal Yudaisme.[38] Kata yang secara tradisional diterjemahkan sebagai "bubungan" (bahasa Inggris: pinnacle) tidak benar-benar jelas maknanya karena bentuk diminutif bahasa Yunani pterugion ("sayap kecil"; "little wing") tidak terlestarikan dalam konteks naskah arsitektur lain.[39] Meskipun bentuk pterux ("sayap besar"; "large wing") digunakan untuk ujung suatu bangunan oleh Pollianus,[40] Schweizer merasa "menara kecil" (little tower) atau parapet lebih akurat, dan New Jerusalem Bible memang menggunakan terjemahan "parapet". Satu-satunya paralel Yahudi mengenai pencobaan menggunakan kata baku šbyt ("atap"; "roof") bukan "sayap" ("wing"): "Para rabi kami mengisahkan bahwa pada waktu ketika Mesias dinyatakan Ia akan datang dan berdiri di atap (šbyt) bait (suci)." (Peshiqta Rabbati 62 c–d)[41] Istilah ini dilestarikan sebagai "sayap" dalam terjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Suryani.[42] Robert H. Gundry (1994) mendaftarkan tiga tempat pada Bait Suci Yerusalem yang cocok dengan deskripsi ini:[30]
3. GunungUntuk pencobaan terakhir dalam Injil Matius (yang kedua dalam versi Injil Lukas), iblis membawa Yesus ke tempat yang tinggi, di mana Injil Matius secara eksplisit menyebutnya sebagai suatu "gunung yang sangat tinggi", dimana semua kerajaan dunia dapat dilihat. Menurut tradisi, tempat ini adalah puncak gunung "Quarantania", suatu puncak batu kapur pada jalur antara Yerusalem dan Yerikho.[14] Penafsiran KristenKarena menurut kepercayaan Kristen, Yesus adalah manusia sejati, ia diuji dengan tiga kemampuan utama yang mendefinisikan manusia; "berpikir, berkeinginan, dan berperasaan", yang seharusnya membawa manusia memahami kebenaran, keindahan dan kebaikan. Korupsi akan kemampuan ini membawa maunisa kepada egoisme (lompatan spektakuler / kekuatan), materialisme (kerajaan / kekayaan) dan hedonisme (lapar / kepuasan). Inilah sesungguhnya pencobaan yang dialami oleh Yesus. Dalam Surat 1 Yohanes ketiganya disebut "keangkuhan hidup", "keinginan mata" dan "keinginan daging".
Pencobaan Kristus dalam seni, sastra, film dan musikPencobaan Kristus telah sering menjadi subjek dalam seni dan sastra kebudayaan Kristen. Terutama dijadikan subjek karya John Milton, epik empat buku Paradise Regained. Karya Fyodor Dostoyevsky, The Grand Inquisitor, bagian dari novel The Brothers Karamazov, menampilkan penggambaran panjang mengenai pencobaan Kristus. Nathan Toulane menulis novel The Ring In The Glass yang menyinggung tempat di mana pencobaan Kristus terjadi. Seniman Prancis, Jean Giroud Moebius, menciptakan buku seni berjudul 40 days dans le desert B menggambarkan tema serupa. Andrew Lloyd Webber menggubah opera Jesus Christ Superstar dengan rujukan singkat bahwa Kristus dicobai oleh kesenangan manusiawi. Stephen Schwartz menyediakan satu adegan mengenai hal itu dalam karyanya Godspell. Sebuah stanza dalam sajak "O Operário em Construção" ("The Building Operary"), karya Vinícius de Moraes, menyinggung mengenai pencobaan ini. Lihat pula
Referensi
Pustaka tambahan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Temptation of Christ. |