Baruga, Bantimurung, Maros4°56′22″S 119°35′38″E / 4.9394901°S 119.5939663°E
Baruga (Lontara Bugis & Lontara Makassar: ᨅᨑᨘᨁ, transliterasi: Baruga) adalah nama sebuah desa yang berada di wilayah Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa Baruga berstatus sebagai desa definitif dan tergolong pula sebagai desa swasembada. Desa Baruga memiliki luas wilayah 23,68 km² dan jumlah penduduk sebanyak 4.360 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 184,12 jiwa/km² pada tahun 2017. Pusat pemerintahan desa ini berada di Dusun Cambajawa. Desa Baruga merupakan desa/kelurahan terluas ke-3 di Kecamatan Bantimurung. Penamaan desa ini diambil dari kebudayaan Suku Bugis, yaitu rumah besar untuk berlindung atau bernaung. Kondisi geografisTopografiDesa Baruga terletak pada wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0-500 mdpl. Desa ini terletak di bagian utara Kecamatan Bantimurung. Di desa ini terdapat sebuah sungai kecil (Sungai Gotongnge), dua buah sungai sedang (Sungai Cambajawa dan Sungai Kassi), dan sebuah sungai yang cukup besar, yakni Sungai Punrunge yang juga sebagai batas wilayah dengan Kelurahan Maccini Baji. Sungai Punrunge ini mengarah ke Sungai Pute yang juga merupakan sungai besar yang bermuara ke laut Selat Makassar. Berbatasan dengan Desa Salenrang yang dibatasi oleh pegunungan karst (Kawasan Karst Maros-Pangkep). Dengan topografinya ini, Desa Baruga terutama di Dusun Batunapara kerap menjadi langganan banjir setiap tahunnya. OrbitrasiBeberapa lokasi pada jarak orbitrasi atau pusat pemerintahan dari Desa Baruga adalah sebagai berikut:
Batas wilayahDesa Baruga memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Kondisi demografisJumlah pendudukDesa Baruga memiliki luas 23,68 km² dan penduduk berjumlah 4.370 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 184,54 jiwa/km² pada tahun 2021. Adapun rasio jenis kelamin penduduk Desa Baruga pada tahun tersebut adalah 102,31. Artinya, tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 102 penduduk laki-laki. Berikut ini adalah data jumlah penduduk Desa Baruga dari tahun ke tahun:
Etnis dan bahasaPenduduk Desa Baruga mayoritas adalah etnis Suku Bugis dengan penciri penutur Bahasa Bugis Dialek Maros yang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mata pencaharianRata-rata penduduk yang ada di Desa Baruga bermatapencaharian sebagai petani padi, pekebun, dan petambak (empang). PemerintahanPembagian wilayah administrasiDusunDesa Baruga memiliki lima wilayah pembagian administrasi daerah tingkat V (lima) berupa dusun sebagai berikut:
Rukun wargaDesa Baruga memiliki 5 wilayah pembagian administrasi berupa rukun warga (RW) sebagai berikut:
Rukun tetanggaDesa Baruga memiliki 13 wilayah pembagian administrasi berupa rukun tetangga (RT) sebagai berikut:
Daftar kepala desaBerikut ini adalah daftar kepala desa di Desa Baruga dari masa ke masa:
Daftar sekretaris desa
Perusahaan
InfrastrukturJalan
Jembatan
Bangunan
Indeks desa membangunData informasi mengenai Indeks Desa Membangun (IDM) berperan membantu upaya pemerintah dalam memahami kondisi desa. Data yang diekspos sangat penting dalam perencanaan agar setiap tahun ada peningkatan status desa. Setiap tahun status desa diperbarui sesuai dengan capaian yang ada dalam indeks desa membangun. Tim ahli IDM yang menilai terdiri dari tenaga ahli bidang infrastruktur, pengembangan masyarakat desa, perencanaan partisipatif, dan pelayanan sosial dasar. IDM ini mengukur aspek indeks pembangunan desa, yakni ketahanan sosial, ketahanan lingkungan, dan ketahanan ekonomi. Indeks Desa Membangun meliputi kategori sangat tertinggal, tertinggal, berkembang, maju, dan mandiri. Kategori desa mandiri adalah kategori ideal yang ingin dicapai. Pada tahun 2021, prestasi Indeks Desa Membangun (IDM) dari Desa Baruga mendapatkan raihan nilai 0,7522 dan diklasifikasikan dengan status desa maju di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.
Instansi BUMN pemerintah
Desa wisataTamangura adalah bukit yang cukup unik. Pada Mei 1902, Paul Sarasin dan Fritz Sarasin penjelajah alam (naturalis) dari Swiss menyambangi kawasan ini, dan mendaki puncaknya. Mereka terhenyak menyaksikan batu berwarna hitam. Sarasin menulisnya "hitam seperti batubara". "Batuannya sangat berbeda dengan batuan tebing bukit kapur yang mengelilinginya. Lapisan batuannya jelas mencuat naik, memanjang utara-selatan", "ternyata magma dari bawah yang telah mengangkat lapisan batuan kapur seperti melengkung yang kemudian terkikis oleh erosi".[19] Sarasin juga menjelaskan puncak Tamangura juga dijadikan penduduk sekitar sebagai tempat persembahan ritual, memotong kerbau atau sapi, sebelum panen padi dimulai. Beberapa warga setempat mempunyai cerita sendiri mengenai Tamangura. Batu besar hitam yang berada di puncak bukit, pada masa awalnya adalah seekor kerbau yang telah dipotong, dan berubah menjadi batu. Tamangura, juga memiliki tempat yang indah untuk masyarakat. Sebelum penduduk menjadi semakin padat, bukit itu dijadikan warga sekitar sebagai tempat wisata dan rekreasi setelah lebaran. Orang-orang akan berbondong mendakinya dan duduk menikmati suasana. Piknik masa lalu, seperti itulah mereka mengenang. Kini, Tamangura diberikan di penanda menyerupai gerbang. Jalan beton kecil yang curam dibangun untuk memudahkan pengunjung menapakinya. Di puncaknya ada gazebo kecil bersisihan dengan batu besar.[19]
APBD desaTahun 2020Masjid
PertanianMasyarakat Desa Baruga mayoritas bekerja di bidang pertanian. Mereka menanam jenis tanaman padi irigasi, cabai, dan jagung. Mereka menggunakan pupuk organik. Pembudidayaan cacing tanah dengan kotak-kotak kecil diterapkan untuk menghasilkan sisa kotorannya, terangkat ke permukaan dan dijadikannya untuk pupuk tanaman cabai. Cacing hanya diberi makan sisa buah-buahan, pelepah pisang, atau sisa makanan. Setelah itu tinggal menunggu kotorannya. Pada musim hujan masyarakat desa akan menanam padi. Ketika musim kemarau, mereka akan menanam jagung. Saat pancaroba, mereka akan menanam cabai. KesehatanFasilitas
PendidikanDaftar sekolah
Organisasi kemasyarakatan
Prestasi dan penghargaan desa
Lihat pula
Referensi
Pranala luar |